Tabel 5.9. Nilai Loading Pada PC1 dan PC2 Analisis Penerimaan Pajak Daerah Kota Bogor
Variabel PC1
PC2 Jumlah Hotel
-0,266 -0,462
Jumlah Restoran -0,360
-0,006 Jumlah Perusahaan
-0,364 -0,082
Jumlah Kendaraan Bermotor -0,364
0,056 Jumlah Rumah Tangga
-0,371 0,002
Jumlah Penduduk Bogor -0,368
-0,057 Tingkat Inflasi
0,149 -0,876
Pendapatan Perkapita -0,349
0,076
dummy
-0,343 -0,007
sumber: lampiran 3, diolah
5.3.2 Analisis Komponen Utama Penerimaan Retribusi Daerah Kota Bogor
Semua variabel-variabel yang digunakan dalam menganalisis penerimaan retribusi daerah berdasarkan kontribusi terhadap pengelompokan dari masing-
masing retribusi yang berlaku, variabel yang mempunyai pengaruh secara umum terhadap variabel tak bebas, dan variabel dummy yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh kebijakan otonomi daerah. Dalam proses analisis dilakukan seleksi variabel berdasarkan pertimbangan kelengkapan data dan kemampuan
variabel tersebut terhadap total penerimaan retribusi daerah. Jenis pungutan retribusi di Kota Bogor terdiri dari 31 jenis dan setelah dikategorikan berdasarkan
karakteristiknya, sehingga didapatkan 15 variabel penjelas. Setelah itu seleksi variabel dilakukan melalui teknik analisis komponen utama dengan
mengelompokkan peubah-peubah penting untuk melakukan pendugaan, sekaligus memahami struktur dan melihat hubungan antar variabel di wilayah studi.
Proses analisis komponen utama terhadap penerimaan retribusi daerah di Kota Bogor menghasilkan tiga komponen utama yang merupakan kombinasi
linier dengan peubah aslinya yang bersifat saling bebas. Ke-tiga komponen utama ini mampu menjelaskan keragaman data sebesar 87,8 persen yang merupakan
nilai kumulatif akar ciri eigenvalue yang disesuaikan dengan kriteria penentuan jumlah komponen utama yang dapat digunakan. Angka ini juga menunjukkan
suatu deskripsi cukup baik karena nilai akar ciri tersebut berada di atas 70 persen. Hal yang digunakan untuk mengetahui variabel mana yang memiliki
kontribusi yang tinggi dapat dilihat pada nilai loading yang besar dengan mengabaikan tanda positif dan negatif, karena tanda tersebut merupakan tanda
korelasi yang bersifat positif atau negatif terhadap komponen utamanya. Adapun arti dari korelasi positif adalah komponen utama berbanding lurus dengan variabel
penjelas. Sedangkan arti dari korelasi negatif adalah bahwa komponen utama berbanding terbalik dengan variabel penjelas. Dalam penelitian ini menggunakan
rule of thumb sebesar 0,5 yang berarti bahwa variabel yang mempunyai korelasi signifikan memiliki loading score 0,5. Jadi, dari ke-tiga komponen utama
tersebut dapat diambil suatu analisis bahwa: 1. Pada komponen utama 1 PC1 tidak memiliki variabel yang berkorelasi
secara signifikan terhadap penerimaan retribusi daerah di Kota Bogor karena tidak ada loading score yang melebihi batas yang telah ditentukan, sehingga
masing-masing variabel memiliki kontribusi yang tidak terlalu jauh berbeda dan tidak ada yang berkontribusi secara dominan.
2. Komponen utama 2 PC2 berkorelasi positif dengan tingkat inflasi terhadap penerimaan retribusi daerah dengan nilai loading sebesar 0,506. Hal ini
mengindikasikan bahwa tingkat inflasi berbanding lurus terhadap penerimaan
retribusi daerah Kota Bogor yang berarti apabila tingkat inflasi mengalami peningkatan, maka penerimaan retribusi daerah akan meningkat dan begitu
juga sebaliknya. Hal ini memperlihatkan bahwa retribusi tidak dipengaruhi oleh tingkat inflasi yang tinggi, karena ada beberapa retribusi yang tidak
dipengaruhi inflasi seperti retribusi pelayanan kesehatan dan retribusi kebersihan yang memiliki tingkat kepentingan tinggi. Oleh karena itu, naik
turunnya angka inflasi tidak memiliki pengaruh negatif terhadap penerimaan retribusi daerah.
3. Komponen utama 3 PC3 berkorelasi positif dengan uji kendaraan bermotor terhadap penerimaan retribusi daerah dengan nilai loading sebesar 0,566 dan
berkorelasi negatif dengan jumlah pengunjung objek wisata terhadap penerimaan retribusi daerah dengan nilai loading sebesar -0,666. Uji
kendaraan bermotor berbanding lurus dengan penerimaan retribusi daerah karena apabila kendaraan telah lulus uji, maka dampak terhadap lingkungan
secara umum akan memiliki dampak yang sangat positif dan akan menekan biaya retribusi lain yang terkait dengan lingkungan umum. Sehingga apabila
semakin banyak kendaraan yang lulus uji, maka akan berdampak signifikan terhadap penerimaan retribusi daerah. Berdasarkan hasil analisis, jumlah
pengunjung objek wisata yang berbanding terbalik terhadap penerimaan retribusi daerah, hal ini diduga diakibatkan oleh masalah pengelolaan,
pengawasan, dan pelaporan data. 4. Pada hasil analisis ini, variabel dummy tidak memperlihatkan nilai pembobot
yang signifikan terhadap PC1, PC2, dan PC3. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kebijakan otonomi daerah tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan retribusi di Kota Bogor. Hal ini dimungkinkan karena
jenis-jenis retribusi daerah baik masa sebelum dan pada masa otonomi daerah tidak terlalu berbeda jauh dan tergantung dari kebijakan masing-masing
daerah. Sehingga kebijakan otonomi daerah tidak berpengaruh nyata terhadap penerimaan retribusi daerah di Kota Bogor.
Hasil selengkapnya dari analisis penerimaan retribusi daerah dapat dilihat dari pengolahan eigenanalysis of correlation matrix pada Tabel 5.10 dan nilai
loading pada PC1, PC2, dan PC3 pada Tabel 5.11. Tabel 5.10. Eigenanalysis of the Correlation Matrix Penerimaan
Retribusi Daerah Kota Bogor Eigenvalue
9,4040 2,5150 1,2563 Proportion
0,627 0,168 0,084 Cumulative
0,627 0,795 0,878
sumber: lampiran 5, diolah
Tabel 5.11. Nilai Loading Pada PC1, PC2, dan PC3 Analisis Penerimaan Retribusi Daerah Kota Bogor
Variabel PC1
PC2 PC3 Panjang jalan
-0,240 0,400
-0,051 Jumlah Rumah Tangga
-0,323 -0,068
0,001 Jumlah Penerbitan Akta Sipil
-0,244 0,213
0,074 Jumlah Rumah Sakit Puskesmas
-0,239 0,218
-0,334 Jumlah Kematian
-0,280 -0,242
0,020 Izin Membangun Bangunan
0,187 -0,294
0,129 Uji Kendaraan Bermotor
-0,093 -0,423
0,566
Jumlah Kendaraan Bermotor -0,310
-0,108 -0,014
Jumlah Kendaraan Umum -0,311
-0,073 -0,006
Pengunjung Objek Wisata 0,069
-0,366 -0,666
Jumlah Perusahaan -0,320
-0,010 0,005
Jumlah Penduduk Bogor -0,320
-0,047 0,135
Tingkat Inflasi 0,105
0,506 0,251
Pendapatan Perkapita -0,310
0,012 -0,117
dummy
-0,299 -0,093
0,059
sumber: lampiran 5, diolah
5.4. Implikasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kota Bogor Berdasarkan