berubah. Artinya, sumber utama PAD komponennya hanya terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba dari BUMD, dan lain-lain PAD yang sah.
Setelah desentralisasi digulirkan oleh pemerintah pusat, maka pemerintah daerah berlomba-lomba menciptakan ”kreativitas baru” untuk mengembangkan dan
meningkatkan jumlah penerimaan PAD di masing-masing daerah. Selama PAD benar-benar tidak memberatkan atau membebani masyarakat
lokal, investor lokal, maupun investor asing maka dapat dikatakan bahwa daerah dengan PAD yang meningkat setiap tahun mengindikasikan daerah tersebut
mampu membangun secara mandiri tanpa tergantung dana pusat.
2.3.1. Pajak Daerah
Berdasarkan UU No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan
pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Dari
definisi di atas jelas bahwa pajak daerah merupakan iuran wajib yang dapat dipaksakan kepada setiap orang wajib pajak tanpa kecuali, dan ditegaskan pula
bahwa hasil dari pajak daerah ini diperuntukkan bagi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah Prakosa, 2003.
Jenis-jenis pajak daerah menurut UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001
tentang Pajak Daerah. Pendapatan pajak daerah dibagi menjadi dua menurut wilayahnya, yaitu pendapatan pajak yang berasal dari propinsi dan pendapatan
pajak yang berasal dari kabupatenkota, dan dibedakan menjadi sebagai berikut: 1. Pajak Propinsi
Pajak propinsi adalah pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat propinsi, pajak yang masih berlaku sampai saat ini adalah:
a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Kendaraan di Atas Air. b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air.
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan. 2. Pajak KabupatenKota
Pajak KabupatenKota adalah pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat II yakni pemerintah daerah kabupatenkota. Jenis-
jenis pajak kabupatenkota adalah: a. Pajak Hotel.
b. Pajak Restoran. c. Pajak Hiburan.
d. Pajak Reklame. e. Pajak
Penerangan Jalan.
f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C. g. Pajak
Parkir.
Berdasarkan kelengkapan dan kemampuan variabel serta menggabungkan berbagai literatur dan pengamatan untuk menjelaskan keragaman karakteristik
faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak daerah, maka variabel dasar yang digunakan dalam analisis penerimaan pajak daerah Kota bogor dapat dilihat
pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Variabel-variabel yang Digunakan dalam Analisis Penerimaan Pajak
Daerah Kota Bogor No.
Variabel Satuan
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9. JHT: jumlah hotel proxy pajak hotel
JRS: jumlah restoran proxy pajak restoran JPR: jumlah perusahaan proxy pajak hiburan dan reklame
JKB: jumlah kendaraan bermotor proxy pajak parkir JRT: jumlah rumah tangga proxy pajak penerangan jalan
JPB: jumlah penduduk Kota Bogor INF: tingkat inflasi
PPK: pendapatan perkapita DUMMY: 0=sebelum otonomi; 1=pada masa otonomi
unit unit
unit unit
rt jiwa
persen Rp. miliar
-
2.3.2. Retribusi Daerah