Kotoran Manusia PERSPEKTIF TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

3. Buang Air Besar dengan jamban plengsengan, adalah buang air besar

dengan menggunakan jamban sederhana yang didesain mering sedemikian rupa sehinnga kotoran dapat jatuh menuju tangki septic setelah dikeluarkan. Tetapi tangki septiknya tidak berada langsung dibawah pengguna jamban.

4. Buang Air Besar dengan jamban model cemplungcubluk, adalah buang

air besar dengan menggunakan jamban yang tangki septiknya langsung berada dibawah jamban. Sehingga tinja yang keluar dapat langsung jatuh kedalam tangki septic. Jamban ini kurang sehat karena dapat menimbulkan kontak antara septic tank dengan menusia yang menggunakannya. 5. Buang Air Besar tidak di tangki septik atau tidak menggunakan jamban. Buang Air Besar tidak di tangki septik atau tidak dijamban ini adalah perilaku buang air besar yang tidak sehat. Karena dapat menimbulkan dampak yang berbahaya bagi kesehatan manusia. 6. Buang Air Besar di sungai atau dilaut, Buang Air Besar di sungai atau dilaut dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan teracuninya biota atau makhluk hidup yang berekosistem di daerah tersebut. Selain itu, buang air besar di sungai atau di laut dapat memicu penyebaran wabah penyakit yang dapat ditularkan melalui tinja.

2.11 Kotoran Manusia

Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja feces, air seni urine, dan CO 2 Notoatmodjo 2011 : 182 Peningkatan jumlah penduduk di dunia yang tidak sebanding dengan area pemukiman, membuat masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi. Karena kotoran manusia feces adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber pada feces dapat melalui berbagai macam jalan atau cara. Hal ini dapat diilustrasikan seperti pada gambar berikut ini. Bagan 2.3 Tinja dan Penyakit Notoatmodjo, 2001 : 184. Skema tersebut menggambarkan dengan jelas bahwa peranan tinja dalam penyebaran penyakit sangat besar. Disamping dapat langsung mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, dan sebagainya, juga air, tanah, serangga lalat, tinja tanah lalat air tangan Makanan, minuman, sayur sayuran, dsb subjek mati sakit kecoa, dan sebagainya dan bagian-bagian tubuh kita dapat terkontaminasi oleh tinja tersebut. Benda-benda yang telah terkontaminasi oleh tinja dari seseorang yang sudah menderita suatu penyakit tertentu, sudah barang tentu akan menjadi penyebab penyakit bagi orang lain. Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang ditularkan melalui tinja. Berdasarkan penelitian yang ada, seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata- rata 330 gram per hari, dan air seni 970 gram per hari. Jadi, bila Penduduk Indonesia dewasa saat ini 200 juta, maka setiap hari tinja yang dikeluarkan sekitar 194.000 juta gram 194.000 ton. Maka bila pengelolaan tinja tidak baik, jelas penyakit akan mudah tersebar Notoatmodjo, 2001 : 184. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain : tifus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing gelang, kremi, pita, schistosomiasis dan sebagainya.

2.12 Kajian Pustaka