Pilihan dari diisosianat juga mempengaruhi stabilitas dari poliuretan atas pengaruh terhadap cahaya. Poliuretan yang dihasilkan lebih lembut, elastis, dan lebih
fleksibel ketika difunctional polietilen glikol segmen yang linier, biasanya disebut polieter poliols, digunakan untuk menciptakan uretan. Strategi ini digunakan untuk
membuat karet lunak dan serat spandex yang elastomeric, seperti halnya karet busa. Produk yang lebih keras dihasilkan jika polifunctional poliols digunakan dengan
suatu struktur tiga-dimensi yang cross-linked-nya didapat dalam wujud suatu low-densas juga dapat dibuat dengan penggunaan dari trimerisasi katalisator khusus yang
menciptakan struktur siklis di dalam acuanmatriks busa, sehingga memberi kekerasan lebih yang berhubungan dengan panas struktur yang yang stabil.
Saat ini, aplikasi poliuretan paling banyak sekitar 70 adalah sebagai bahan busa, kemudian diikuti dengan elastomer, baru kemudian sebagai lem dan pelapis.
Pembuatan busa dari poliuretan dimungkinkan dengan menggunakan agen pengembang blowing agent, yang akan menghasilkan gas pada saat terjadi reaksi sehingga poliuretan
dapat membentuk busa. Jika poliuretan yang digunakan bersifat lunak, maka yang dihasilkan adalah busa lunak seperti pada kasur busa, alas kursi dan jok mobil. Ada juga
jenis busa kaku rigid foam, seperti pada insulasi dinding, insulasi lemari es, atau insulasi kedap suara. Busa poliuretan bersifat ulet dan tidak mudah putus. Dalam aplikasi
sebagai insulasi dinding, poliuretan juga dapat dibuat menjadi tahan api dengan penambahan senyawa halogen. Sifat poliuretan yang dapat terdegradasi oleh sinar
ultraviolet dari matahari dapat diatasi dengan menambahkan aditif UV stabilizer Nazarudin, 2007.
Aplikasi yang tak kalah penting adalah sebagai elastomer untuk menggantikan karet alam. Di sini, sifat poliuretan yang elastis, kuat, tahan gores, dan tahan terhadap
minyak sangat berguna. Bahan elastomer digunakan untuk melapisi bahan yang terkena tekanan mekanik terus-menerus, seperti roda gigi, pelapis rol, dan sol sepatu. Misalnya
sebagai pelapis rol pada mesin pembuat kertas, di mana poliuretan akan mengalami tekanan hingga 5.3 MPa dan diputar dengan kecepatan sampai 600 rpm Kibbie, 2000.
2.3.2.1 Pembentukan Ikatan Silang Poliuretan
Universitas Sumatera Utara
Secara umum ada dua tahap pembentukan ikatan silang poliuretan, yaitu: 1. Mereaksikan diisosianat dengan dua atau lebih monomer yang mempunyai dua atau
lebih gugus hidroksi per molekulnya. Dimana tingkat ikatan silang tergantung pada dasar struktur, fungsi dari kandungan polihidroksinya, dan variasi kandungan
hidroksi. 2. Poliuretan liniear direaksikan dengan gugus hidroksi atau gugus diisosianat yang
mempunyai dua gugus fungsi. Poliuretan elastis pertama kali disintesis oleh O, Bayer 1962 dengan dua tahap, yaitu
pengeringan dan berat molekul rendah. Poliester atau polieter yang memiliki gugus hidroksi akan direaksikan dengan isosianat berlebih. Kira-kira 2 atau 3 molekul dioal
linear berikatan secara bersama-sama sehingga dapat memperpanjang rantai rantai yang
lurus serta mengandung beberapa gugus uretan Eisenbach and Hartmuth, 1990.
2.4
Agregat Yang dimaksud agregat dalam hal ini adalah berupa batu pecah, krikil, pasir ataupun
komposisi lainnya, baik hasil alam natural aggregate, hasil pengolahan manufactured aggregate maupun agregat buatan syntetic aggregate yang digunakan sebagai bahan
utama penyusun perkerasan jalan.
Menurut Pedoman No. 023TBM1999, SK No. 76KPTsDb1999. Pedoman Teknik Perencanan Campuran beraspal Panas dengan Pendekatan Kepadatan Mutlak
Dep. Kimpraswil Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Prasarana Jalan, agregat dibedakan dalam beberapa kelompok yaitu :
a Agregat kasar, yaitu batuan yang tertahan saringan No. 8 2,36 mm terdiri atas batu pecah atau kerikil pecah. Agregat kasar dalam campuran beraspal panas untuk
mengembangkan volume mortar dengan demikian membuat campuran lebih ekonomis dan meningkatkan ketahanan terhadap kelelehan.
b Agregat halus, yaitu batuan yang lolos saringan No. 8 2,36 mm dan tertahan saringan No. 200 0.075 mm terdiri dari hasil pemecahan batu atau pasir alam.
Fungsi utama dari agregat halus adalah untuk mendukung stabilitas dan mengurangi deformasi permanen dari campuran melalui ikatan dan gesekan antar partikel,
Universitas Sumatera Utara
berkenaan dengan itu agregat halus harus memiliki kekerasan yang cukup dan mempunyai sudut, mempunyai bidang pecah permukaan, bersih dan bukan bahan
organik. c Agregat pengisi filler, terdiri atas bahan yang lolos saringan No. 200 0,075 mm
tidak kurang dari 75 terhadap beratnya.SK. SNI M-02- 1994-03. Fungsi dari Filler adalah untuk meningkatan viskositas aspal dan untuk mengurangi kepekaan
terhadap temperatur. Hasil penelitian umumnya menunjukan bahwa meningkatnya jumlah bahan pengisi filler cenderung akan meningkatkan stabilitas dan
mengurangi rongga dalam campuran. Adapun persyaratan untuk agregat dan standar
uji serta batasan batasan tercamtum dalam Tabel 2.3 Rianung, 2007.
Tabel 2.3 Ketentuan Agregat No
Karakteristik Standar Pengujian
Persyaratan
A. Agregat Kasar 1
Penyerapan air SNI 03-1969-1990
maks. 3 2
Berat Jenis SNI 03-1970-1990
min. 2.5 gcc 3
Abrasi dengan mesin Los Angeles SNI 03-2417-1991
maks. 40 4
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991
min. 95 5
Partikel pipih ASTM D-4791
maks. 25 6
Partikel Lonjong ASTM D-4791
maks. 10 B. Agregat Halus
1 Penyerapan air
SNI 03-1969-1990 maks. 3
2 Berat Jenis
SNI 03-1970-1990 min. 2.5 gcc
3 Nilai setara pasir
AASHO T-176 min. 50
C. Filler 1
Material lolos saringan no.200 SNI M-02-1994-03
min. 70
Universitas Sumatera Utara
2.4.1 Penggunaan Pasir Sebagai Bahan Agregat Pasir adalah bahan batuan halus yang terdiri dari butiran sebesar 0,14 - 5 mm didapat dari
hasil disintegrasi batu alam natural sand atau dapat juga pemecahanya artifical sand, dari kondisi pembentukan tempat terjadinya pasir alam dapat dibedakan atas : pasir
galian, pasir sungai, pasir laut yaitu bukit-bukit pasir yang dibawa ke pantai Setyono,
2003.
Pasir merupakan agregat halus yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran aspal beton. Agregat ini menempati kurang lebih 70 dari volume aspal,
sehingga akan sangat berpengaruh terhadap kekuatannya. Persyaratan pasir menurut
PUBI 1982 agar dapat digunakan sebagai bahan konstruksi adalah sebagai berikut : - Pasir harus bersih. Bila diuji dengan memakai larutan pencuci khusus, tinggi endapan
pasir yang kelihatan dibandingakan tinggi seluruhnya endapan tidak kurang dari 70.
- Kandungan bagian yang lewat ayakan 0,063 mm Lumpur tidak lebih besar dari 5 berat.
- Angka modulus halus butir terletak antara 2,2 sampai 3,2 bila diuji memakai rangkaian ayakan dengan mata ayakan berukuran berturut-turut 0,16 mm, 0,315 mm,
0,63 mm, 1,25 mm, 2,5 mm, dan 10 mm dengan fraksi yang lewat ayakan 0,3 mm minimal 15 berat.
- Pasir tidak boleh mengandung zat-zat organik yang dapat mengurangi mutu aspal. Untuk itu bila direndam dalam larutan 3 NaOH, cairan di atas endapan tidak boleh
lebih gelap dari warna larutan pembanding. - Kekekalan terhadap larutan MgSO4, fraksi yang hancur tidak lebih dari 10 berat.
- Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi, reaksi pasir terhadap alkali harus negatif Setyawan, 2006
Senyawa kimia silikon dioksida, juga yang dikenal dengan silika dari bahasa latin silex, adalah oksida dari silikon dengan rumus kimia SiO
2
dan telah dikenal sejak
Universitas Sumatera Utara
100 x
M M
M WA
k k
j
− =
dahulu kekerasannya. Silika ini paling sering ditemukan di alam sebagai pasir atau kuarsa, serta di dinding sel diatom.
2.5 Karakterisasi Aspal Modifier
Karakteristik dari aspal modifier yang diukur meliputi Analisa Sifat Ketahanan Terhadap Air dengan Uji Serapan Air Water Absorption Test mengacu pada ASTM C 20-00-