Bahan a E. Merck Alat Kesimpulan

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Bahan

Adapun bahan-bahan kimia yang digunakan disusun dalam tabel 3.1. Tabel 3.1 Bahan – bahan penelitian Bahan Spesifikasi Merek Aspal Type Grade 6070 Iran Lindi hitam - - Agregat pasir halus - - Toluena diisosianat

p.a E. Merck

Asam sulfat p.a E. Merck Natrium hidroksida - - Asam asetat anhidrat - - Piridin

p.a E. Merck

3.2 Alat

Sedangkan alat – alat yang digunakan disusun dalam tabel 3.2. Tabel 3.2 Alat – alat penelitian Nama Alat Spesifikasi Merek Gelas beaker 500 mL Pyrex Gelas ukur 25 mL Pyrex Neraca analitis presisi ± 0.0001 g Mettler Toledo Hot plate 30 – 600 o C Corning PC 400 D Mixer 0 – 1200 rpm Fisher Scientific Oven 30 – 200 o C Precision Scientific Hot compressor - Shimadzu D 6072 Dreiech Ayakan 80 mesh Tantalum 3N8 purity Stirer fisher scientific Made in USA Universitas Sumatera Utara Water bath 20 – 200 o C Memmert Termometer 100 o C Fisher Statif dan klem - - Fourier Transform Infrared Spectroscopy - Shimadzu IR-Prestige-21 Seperangkat alat Scanning Electron Microscopy - Jeol Type JSM-6360 LA Seperangkat alat Differential Scanning Calorimeter - - Seperangkat alat Uji Kuat Tekan CAP 2000 Kg.f TorseeType SC-2DE Cetakan sample berupa kubus ukuran sisi 5 cm - -

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Preparasi Agregat dan Lignin Isolat Bahan Pengikat Alami

Natural Binder 3.3.1.1 Preparasi Agregat 1. Agregat berupa pasir halus dicuci terlebih dahulu dengan air, kemudian dikeringkan di oven pada suhu 110 o C. 2. Seluruh agregat pasir halus disaring dalam ayakan 80 mesh. 3. Hasil ayakan dibuat masing-masing ke dalam 300 g.

3.3.1.2 Preparasi Lignin Isolat Bahan Pengikat Alami Natural Binder dari Lindi

Hitam 1. 300 ml lindi hitam dimasukkan kedalam beaker glass 2. Disaring dengan menggunakan kertas saring biasa 3. Dititrasi dengan H 2 SO 4 20 secara perlahan-lahan setetes demi setetes hingga pH menjadi 2 4. Endapan lignin dipisahkan dari lindi hitam yang telah diasamkan dengan menggunakan alat sentrifuse 4500 rpm selama 20 menit Universitas Sumatera Utara 5. Untuk meningkatkan kemurnian lignin, endapan lignin dilarutkan dalam larutan alkali yaitu NaOH 1N 6. disaring dengan kertas saring sehingga dihasilkan larutan lignin dengan kemurnian yang lebih tinggi 7. larutan lignin diendapkan kembali dengan cara titrasi menggunakan asam sulfat H2SO4 20 seperti proses pengendapan pertama 8. Endapan lignin dipisahkan dari lindi hitam yang telah diasamkan dengan menggunakan alat sentrifuse 4500 rpm selama 20 menit 9. Endapan lignin dicuci menggunakan aquades panas 10. disaring menggunakan penyaring vakum 11. Endapan yang telah dicuci dikeringkan dalam oven 50-60 o C 12. Dihitung rendemen lignin dengan persamaan 3.1 dibawah ini, Rendemen Lignin = Berat Lignin Berat kayu kering × 100 ........................................... 3.1

3.3.1.3 Kadar Kemurnian Lignin

Ke dalam gelas piala ukuran 100 ml dimasukkan sebanyak 1,0 gram lignin yang telah dikeringkan dalam oven pada suhu 105ºC selama 4 jam. Kemudian dilarutkan dengan 15 ml H 2 SO 4 72 dengan perlahan-lahan dan sambil diaduk dengan batang pengaduk selama 2-3 menit. Menutup dengan kaca arloji dan biarkan selama 2 jam. Hasil reaksi dipindahkan dalam labu erlenmeyer ukuran 500 ml. Diencerkan dengan aquadest sampai 400 ml, lalu direfluks selama 4 jam. Endapan lignin yang terbentuk disaring dengan kaca masir yang terlebih dahulu ditentukan beratnya dan dicuci dengan aquadest sampai bebas asam. Sampel dikeringkan dalam oven pada suhu 105ºC dan ditimbang sampai berat konstan, kadar kemurnian lignin dapat dihitung dengan persamaan 3.2 dibawah ini ; Kadar Lignin = Berat Sampel Berat kering lignin × 100 ............................................. 3.2 Universitas Sumatera Utara

3.3.1.4 Penentuan Bilangan Hidroksi Pada Lignin

Analisis ini dilakukan terhadap isolat lignin yang diisolasi dari lindi hitam. Adapun cara kerja penentuan bilangan hidroksi adalah sebagai berikut. 1. Botol tahan tekanan dan panas disiapkan seperlunya untuk penentuan blanko dan sampel. 2. Dipipet 20 ml reagent asetilasi yang dibuat dengan mencampurkan 127 ml asam asetat anhidrat dengan 1000 ml piridin. 3. Dua buah botol disiapkan untuk penentuan blanko dan kedalam botol lain dimasukkan sejumlah sampel sebanyak 5 gram. 4. Botol-botol tersebut ditutup dan dikocok hingga sampel tersebut larut. 5. Masing-masing botol diletakkan pada posisi yang sesuai dalam penangas minyak pada suhu 98ºC selama 1 jam diusahakan minyak yang ditambahkan dalam bath sesuai dengan tinggi permukaan larutan dalam botol. 6. Botol – botol tersebut dikeluarkan dari bath dan dibiarkan hingga botol-botol itu dingin pada temperatur kamar. 7. Bilas dengan hati-hati larutan pada penutup botol, dibilas pada dinding flask, sekitas 10-15ml aquadest. 8. Pada masing-masing botol ditambahkan potongan es yang bersih hingga sekitar setengahnya. 9. Setelah selesai didinginkan, tambahkan 2-3 tetes larutan indikator PP dan dititrasi segera dengan larutan NaOH yang terlebih dahulu distandarisasi hingga titik akhir titrasi yang ditandai oleh larutan berwarna pink. 10. Mencatat volume NaOH yang digunakan pada titrasi. Untuk menghitung jumlah OH dari suatu resin poliol dalam sampel mengikuti persamaan 3.3 dibawah ini; Kandungan OH = B – A N W × 40 .............................................................. 3.3 dimana : A : ml NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi sampel Universitas Sumatera Utara B : ml NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi blanko N : Normalitas NaOH W : gram sampel yang digunakan

3.3.2 Proses Pembuatan Aspal Modifier

1. Dirangkai alat sedemikian rupa didalam lemari asam. 2. Kemudian lemari asam dihidupakan dan diatur suhu Hot Plate pada suhu 40 o C. 3. Sebanyak 40 g lignin isolat dari lindi hitam dimasukkan ke dalam beaker glass 500 ml lalu ditambahkan 80 g toluene diisosianat, campuran diaduk selama 15 menit pada suhu 40 o C. 4. Sebelum mengeras poliuretan tersebut, ditambahkan 60 g aspal ke dalam campuran panas tersebut, kemudian diaduk kembali hingga merata dengan mixer sambil dipanaskan pada temperatur 60 o C yang sama selama 15 menit. 5. Ditambahkan 300 g pasir ke dalam campuran tersebut secara perlahan sambil diaduk pada temperatur yang sama selama 15 menit. 6. Campuran tersebut kemudian diekstruder pada suhu 150 o C. 7. Hasil ekstruksi dimasukkan ke dalam cetakan kubus, dan ditempatkan ke dalam Hot Compressor pada suhu 150 o C selama 20 menit. 8. Hasil cetakan didinginkan pada suhu kamar, kemudian dikeluarkan dari cetakan untuk di uji. 9. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada lignin isolat dan aspal dengan variasi perbandingan bb dalam 100 gram : 35:65 ; 30:70 ; 25:75 ; 20:80 ; 15:85 ; 10:90 ; 5:95 dan 0:100

3.4 Karakterisasi Aspal Modifier

Hasil yang diperoleh kemudian dikarakterisasi untuk menentukan sifat-sifat fisik dan mekanik dari aspal modifier yaitu dengan Analisa Sifat Ketahanan Terhadap Air dengan Uji Serapan Air Water Absorption Test, analisa Sifat Mekanik dengan Uji Kuat Tekan Compressive Strength Test, analisa Sifat Morfologi dengan Uji Scanning Electron Microscopy SEM, analisa Sifat Universitas Sumatera Utara 100 x M M M WA k k j − = A F P = Termal dengan Uji Differential Scanning Calorimeter DSC, analisa Gugus Fungsi dengan Fourier Transform Infrared Spectroscopy FTIR.

3.4.1 Analisa Sifat Ketahanan Terhadap Air dengan Uji Serapan Air

Water Absorption Test Untuk mengetahui besarnya penyerapan air oleh aspal polimer yang telah dibuat mengacu pada ASTM C 20-00-2005 dengan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Ditimbang berat sampel dan dicatat sebagai massa kering K 2. Direndam sampel di dalam air selama 24 jam 3. Diangkat sampel dan permukaannya dikeringkan dengan tissue 4. Ditimbang berat sampel setelah perendaman dan dicatat sebagai massa jenuh W 5. Dihitung nilai uji daya serap air dengan menggunakan persamaan 2.1, maka nilai uji daya serap air oleh aspal polimer dapat ditentukan.

3.4.2 Analisa Sifat Mekanik dengan Uji Kuat Tekan

Compressive Strength Test Alat yang digunakan pada uji tekan adalah Tokyo Testing Machine Type-SC 2DE dengan kapasitas 2000 Kg.f dan mengacu pada ASTM D 1559-76. Dengan prosedur pengujian sebagai berikut : 1. Sampel yang di uji berbentuk kubus dengan sisi 5 cm. 2. Kemudian sampel ditempatkan pada mesin uji tekan. Pembebanan diberikan sampai benda uji runtuh, yaitu pada saat beban maksimum bekerja. Beban maksimum dicatat sebagai P max. 3. Dihitung nilai uji kuat tekan dengan menggunakan persamaan 2.2, maka nilai dari uji kuat tekan dari aspal polimer dapat ditentukan. Universitas Sumatera Utara

3.4.3 Analisa Sifat Morfologi dengan Uji

Scanning Electron Microscopy SEM Analisa SEM dilakukan untuk mempelajari sifat morfologi dari film yang dihasilkan. Hasil analisa SEM dapat kita lihat rongga – rongga hasil pencampuran bahan pengikat alami Natural Binder dengan aspal serta agregat. Informasi dari analisa ini akan mendapatkan gambaran dari seberapa baik binder alam dengan aspal serta agregat bercampur.

3.4.4 Analisa Sifat Termal dengan Uji

Differential Scanning Calorimeter DSC Alat yang digunakan pada uji Differential Scanning Calorimeter DSC adalah Shimadzu, dengan prosedur pengujian sebagai berikut : 1. Ditimbang sampel dengan berat 30 mg. 2. Sampel dimasukkan ke dalam sel aluminium, kemudian dipress. 3. Sel yang telah dipress diletakkan pada posisi berdampingan dengan sel referensi. 4. Setelah alat dalam keadaan setimbang, perangkat analisis dioperasikan dengan temperatur -50 o C sd 250 o C dengan kecepatan kenaikan pemanasan 10 o Cmenit dan gas yang digunakan adalah nitrogen. 5. Hasil yang diperoleh yaitu berupa grafik aliran heat flow terhadap temperature.

3.4.5 Analisa Gugus Fungsi dengan

Fourier Transform Infrared Spectroscopy FTIR Bahan : Sampel aspal modifier Alat : FT-IR Cara kerja : 1. Sampel ditimbang ± 3 gram. 2. Pengujian dilakukan dengan meletakkan sampel pada kaca transparan, diusahakan menutupi seluruh permukaan kaca. 3. Kemudian diletakkan pada alat ke arah sinar infra merah. Hasilnya akan direkam ke dalam kertas berskala berupa aliran kurva bilangan gelombang terhadap intensitas. Universitas Sumatera Utara

3.5 Bagan Penelitian

3.5.1 Proses Isolasi Lignin Isolat dari Lindi Hitam

Universitas Sumatera Utara

3.5.2 Proses Penentuan Kadar Kemurnian Lignin

1,0 , g Lignin Isolat Dilarutkan dengan 15 ml H 2 SO 4 72 Diaduk selama 2 - 3 Menit Didiamkan selama 2 Jam Hasil Reaksi Diencerkan dengan 400 ml Aquadest Direfluks selama 4 Jam Endapan Lignin Disaring Dicuci dengan aquadest hingga bebas asam Dikeringkan dalam Oven T = 105 o C , t = 4 jam Lignin Murni Universitas Sumatera Utara

3.5.3 Proses Penentuan Bilangan Hidroksi Pada Lignin

Ditambahkan 5 gram Lignin Isolat Dikocok hingga sampel larut Diletakkan dalam penangas minyak T = 98°C, t = 1 jam Dikeluarkan dari penangas dan didinginkan hingga suhu kamar Dibilas pada dinding flask dengan 10-15 mL aquadest Ditambahkan 2-3 tetes larutan indikator PP Dititrasi dengan NaOH 2N Dicatat volume NaOH yang terpakai Diletakkan dalam penangas minyak T = 98°C, t = 1 jam Dikeluarkan dari penangas dan didinginkan hingga suhu kamar Dibilas pada dinding flask dengan 10-15 mL aquadest Ditambahkan 2-3 tetes larutan indikator PP Dititrasi dengan NaOH 2N Dicatat volume NaOH yang terpakai 20 mL Reagen Asetilasi Botol 1 Botol 2 Hasil Hasil Dimasukkan ke dalam botol Universitas Sumatera Utara

3.5.4 Proses Pembutan Aspal Modifier

Catatan : Perlakuan yang sama juga dilakukan pada lignin isolat dan aspal dengan variasi perbandingan bb dalam 100 gram : 35:65 ; 30:70 ; 25:75 ; 20:80 ; 15:85 ; 10:90 ; 5:95 dan 0:100 Uji SEM Uji DSC 40 g Lignin Isolat Diaduk dan dipanaskan T = 40 o C, t = 15 menit Ditambahkan 80 g Toluena diisosianat T = 40 o C, t = 15 menit Campuran Ditambahkan 300 g agregat pasir halus T = 60 o C, t = 15 menit Campuran Agregat Diekstruksi T = 150 o C Dimasukkan ke dalam cetakan kubus Dipress dan dipanaskan T = 150 o C, t = 20 menit Hasil Ditambahkan 60 g aspal T = 60 o C, t = 15 menit Uji Kuat Tekan Uji Penyerapan Air Dikarakterisasi Universitas Sumatera Utara

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Isolasi Lignin dari Lindi Hitam

Lindi Hitam yang digunakan pada penelitian ini merupakan hasil pencucian dan penyaringan dari digester pada proses pembuatan pulp yang memiliki ciri-ciri umum yaitu : berwarna coklat kehitaman.

4.1.2. Rendemen Lignin Isolat dan Kadar Lignin Murni

Rendemen lignin hasil isolasi dari lindi hitam diperoleh sebesar 3.354. Nilai ini didapat dari hasil isolasi lignin dari lindi hitam seberat 12,075 gram dibandingkan dengan volume atau berat bahan baku sebesar 300 ml atau setara dengan 360 gram. Dimana lignin yang diperoleh merupakan perpaduan beberapa macam kayu.

4.1.3. Karakteristik Lignin Isolat Lindi Hitam dengan Spectroscopy FT IR

4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 panjang gelombangcm -1 lignin lindi hitam TDI poliuretan Universitas Sumatera Utara 4.1.4. Karakteristik Berdasarkan Analisa Sifat Mekanik dengan Uji Kuat Tekan Compressive Strength Test Aspal Modifier Telah dilakukan pengujian sifat mekanik terhadap semua jenis sampel dalam penelitian ini, diperoleh hasil rata-rata. Data merupakan data awal rata-rata setiap sampel telah dibuat dalam bentuk grafik. Pengujian kuat tekan Compressive Strength Test dilakukan pada Torsces Electronik sistem Universal system mechine. Alat penguji terdiri dari bagian pencatat yang dapat menunjukkan besarnya tenaga tekanan yang telah dilakukan dan diteruskan dalam bentuk grafik. Hasil pengujian didapatkan pengukuran harga Load dan Stroke. Harga Load mempunyai satuan dalam Kgf yang kemudian dikonfersikan ke satuan Nm 2 dan Stroke dalam mmmenit. Hasil penelitian ini diolah kembali untuk mendapatkan regangan dan tegangan. 1. Harga tegangan dihitung dengan rumus Tegangan= P A o = Load A o Contoh : - Sampel spesimen uji mempunyai tebal = 50 mm dan lebar = 50 mm maka : Ao = 50 mm × 50 mm = 2500 mm 2 dan bila harga load = 692 Kgf untuk sampel campuran Lignin Isolat dan Aspal 40:60. Maka harga tegangan di peroleh : Tegangan = Error Bookmark not defined. 2 2500 692 mm Kgf = 0.27 Kgf mm 2 Harga ini dirubah untuk menggunakan satuan Nm 2 , maka diperoleh Tegangan = 0,27 Kgf × 9,81 NKgf mm 2 × 10 -6 m 2 mm 2 = 2,7 x 10 6 N m 2 Perhitungan yang sama juga dilakukan untuk setiap variasi sampel, hasil pengujian kuat tekan Compressive Strength Test yang lain. Hasil selengkapnya terdapat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Uji Kuat Tekan Sampel Aspal Modifier Compressive Strength Test Universitas Sumatera Utara Sampel Luas A mm 2 Load Stroke mmmenit Aspal gram Lignin Isolat gram Kg.f Nm 2 60 40 2500 692 2,7 x 10 6 33,25 65 35 2500 322 1,26 x 10 6 30,50 70 30 2500 145 0,57 x 10 6 29,24 75 25 2500 125 0,49 x 10 6 27,87 80 20 2500 120 0,47 x 10 6 25,12 85 15 2500 102 0,4 x 10 6 24,89 90 10 2500 98 0,38 x 10 6 24,45 95 5 2500 85 0,33 x 10 6 23,11 100 2500 15 0,06 x 10 6 22,65 Hasil pengukuran kuat tekan dan regangan dari aspal modifier yang ditunjukkan pada tabel 4.1 terlihat bahwa dengan adanya peningkatan persen Lignin Isolat, kelenturan regangan cenderung meningkat, dimana pada komposisi perbandingan Lignin Isolat dengan aspal 40 : 60 sekitar 33,25 mmmenit, tegangannya 692 kg.f, sehingga kekerasannya baik dijadikan aspal modifier. Dengan persentase konsentrasi sampel tersebut didapatkan kombinasi optimum bahan pada aspal modifier.

4.1.5. Analisa Ketahanan Terhadap Air dengan Uji Serapan Air Water Absorption

Test Analisa serapan air dengan merendam sampel selama 24 jam, dari berbagai persentase campuran diperoleh sampel yang lebih bayak mengandung lignin isolat menyerap air lebih sedikit, dimana selisih ini dijadikan dalam persen berat air yang terserap. Didapatkan selisih berat sampel yang telah direndam pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Daya Serap Air dari Sampel Aspal Modifier Sampel Berat Awal gram Berat Akhir gram Selisih Daya Serap Air Aspal gram Lignin Isolat gram Universitas Sumatera Utara 60 40 221,24 221,59 0,35 0,156 65 35 221,76 222,14 0,38 0,173 70 30 222,08 222,54 0,46 0,209 75 25 222,32 222,96 0,64 0,289 80 20 222,34 223,03 0,69 0,311 85 15 222,09 222,85 0,76 0,343 90 10 222,12 222.96 0,84 0,378 95 5 222,89 223,85 0.96 0,431 100 223,45 224,99 1,54 0,689 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 10 20 30 40 0;0,689 5;0,431 10;0,378 15;0,343 20;0,311 25;0,289 30;0,209 35;0,173 40;0,156 ligni n i sol at gr am daya serap grafik daya serap air Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Lignin Isolat dari Lindi Hitam Terhadap Daya Serap Air dari Sampel Aspal Modifier Dari data hasil yang diteruskan dalam bentuk grafik, terlihat adanya penurunan yang menunujukkan bahwa dengan bertambahanya persen lignin isolat maka daya serapan sampel terhadap air akan berkurang dimana lignin isolat ini berfungsi sebagai waterproof pada sampel aspal modifier. Pada penimbangan berat awal perbandingan 40:60 campuran lignin isolat dengan aspal adalah 221,24 gram namun setelah perendaman selama 24 jam berat yang didapat adalah 221,59 gram terdapat selisih 0.35 gram atau sekitar 0,156 . Dan pada perbandingan 5:95 campuran lignin isolat dengan aspal, berat Universitas Sumatera Utara awal 222,89 gram dan berat setelah perendaman 223,85 gram terdapat selisih 0,96 gram atau sekitar 0,431. Analisa Sifat Termal dengan Uji Differential Scanning Calorimeter Analisa termal menggunakan DSC memberikan data temperatur transisi gelas Tg, perubahan entalpi ∆H, temperatur pelelehan Tm, dan kapasitas kalor Cp. Peralatan DSC yang digunakan menggunakan pendingin gas Nitrogen. Adanya temperatur transisi gelas Tg dapat dideteksi dengan adanya lereng slope pada kurva, sedangkan adanya puncak endotermik menunjukkan temperatur pelelehan Tm. 100 200 300 400 500 600 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 325,70 C 288,49 C 89,44 C 41,83 C heat fl ow W g Temperatur C aspal modifier tanpa lignin Gambar 4.2 grafik DSC aspal modifier poliuretan dengan perbandingan 100;0 Transisi gelas Tg merupakan indikator amorfisitas dari suatu struktur polimer. Pengukuran Tg dapat menjadi tolok ukur untuk mengevaluasi tingkat ikat silang, komposisi campuran, degradasi, dan penuaan komponen-komponen polimer. Sementara itu Titik leleh Tm merupakan indikator tingkat kristalinitas dari suatu polimer. Universitas Sumatera Utara 100 200 300 400 500 600 -4 -2 2 4 6 8 10 12 14 16 18 505,91 C 431,14 C 320,61 C 283,81 C 191,25 C heat fl ow W g temperatur o C aspal modifier dengan lignin 40 gram Gambar 4.3 grafik DSC aspal modifier poliuretan dengan perbandingan 60;40 Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Sifat Termal menggunakan DSC aspal modifier poliuretan dengan perbandingan 60;40 dan 100;0 Kurva Aspal modifier poliuretan Tm o C Td o C 60;40 191,25 505,91 100;0 89,44 325,70 Dari tabel 4.3 dapat dilihat temperatur titik leleh pada aspal modifier poliuretan 60;40 dan 100;0 adalah 191,25 o C dan 89,44 o C diperoleh temperatur yang menunjukkan perbedaan yang signifikan hal ini membuktikan bahwa poliuretan dengan titik dekomposisi 505,91 o C merupakan poliuretan variasi lignin yang paling optimum dibandingkan dengan titik dekomposisi 325,70 o C yang merupakan poliuretan yang minimum, karena semakin tinggi titik leleh maka ketahanan panas yang dihasilkan semakin baik. Universitas Sumatera Utara

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pemanfaatan lignin isolat bahan pengikat alami natural binder dari kayu pinus pinus merkusii jungh et de vriese sebagai penguat aspal, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Lignin isolat hasil isolasi dari serbuk gergaji kayu pinus merkusii pinus merkusii jungh et de vriese memiliki rendemen 21,45, kemurnian lignin sebesar 82,5 dan memiliki bilangan hidroksi 672 mmolgram. 2. Campuran yang optimum adalah berupa campuran lignin isolat dengan aspal perbandingan 40:60 yang memberikan kekuatan tekan sebesar 34,55 mmmenit, tegangannya 792 kg.f dan kepadatan yang baik. 3. Hasil analisa ketahanannya terhadap air dengan uji daya serap air pada aspal modifier dengan perbandingan 40:60 cukup rendah yaitu 0,246 dimana nilai daya serap air maksimum untuk standard SNI adalah 3 serta berfungsi sebagai waterproof. 4. Hasil analisa morfologi diperoleh hasil foto SEM-EDS yang menunjukkan bentuk campuran adanya butiran-butiran kecil diatas aspal modifier yang mengindikasikan bahwa butiran tersebut adalah poliuretan yang hanya berinteraksi sebagian akibat poliuretan terlalu cepat mengeras pada aspal. Dari foto SEM-EDS analisa mikrostruktur dan analisa kuantitatif permukaan spesimen variasi optimum lignin isolat : aspal 40:60 terdapat empat elemen yang mendominasi dalam komposisi aspal modifier, kandungan utama bagi aspal modifier adalah C sebanyak 54,96, N sebanyak 28,89, O sebanyak 13,05 dan Si Sebanyak 1,91. Hal ini mengindikasikan terjadinya perubahan kimia yang signifikan. Universitas Sumatera Utara 5. Hasil termogram Differential Scanning Calorimeter menunjukkan bahwa kapasitas kalor untuk variasi lignin isolat : aspal 10:90 sebesar 0,0000537 J o C dan untuk variasi lignin isolat : aspal 40:60 sebesar 0,0000608 J o C. Dengan demikian aspal modifier yang dihasilkan memiliki mobiltas molekulnya berkurang dengan bertambahnya kandungan lignin isolat yang telah direaksikan MDI berlebih. 6. Hasil analisa hasil FTIR menunjukan interaksi kimia yang baik dimana ditemukan spektrum serapan yang khas yaitu spectrum poliuretan menunjukkan bahwa ciri khas terbentuknya poliuretan dapat dilihat pada spectrum FTIR dengan hilangnya puncak NCO pada bilangan gelombang 2280 cm -1 , karena gugus tersebut telah bereaksi dengan gugus OH dari poliol lignin isolate dari kayu pinus merkusii, bereaksinya MDI berlebih dengan aspal dapat dilihat pada bilangan gelombang 3292,66 cm -1 untuk gugus N-H terikat, 2872,23 cm -1 untuk gugus rentangan CH 2 dan CH 3 , 1715 cm -1 untuk gugus rentangan C=O tak terkonjugasi dan 1675 cm -1 untuk gugus rentangan C=O terkonjugasi, pita tajam pada 1515 cm -1 menunjukkan gugus amida CO-NR monosubstitusi. 7. Hasil Identifikasi fasa dari pola Difraksi Sinar-X yang muncul pada Lignin Isolat : Aspal 40:60 mengandung fasa pengotor dari aspal yang diduga adalah fasa albite AlNaO 8 Si 3 , fasa magnetite Fe 3 O 4 , dan fasa quartz SiO 2 , dan pada Lignin Isolat : Aspal 5:95 mengandung fasa pengotor dari aspal yang diduga adalah fasa albite AlNaO 8 Si 3 , dan fasa magnetite Fe 3 O 4 . Hasil refinement ini menghasilkan kualitas fitting sangat baik dengan faktor R yang sangat kecil juga. Faktor R merupakan criteria of fit dan faktor S adalah goodness of fit yang bernilai sangat kecil, dan menurut Izumi nilai S atau χ 2 chi-squared yang diperkenankan maksimum 1,3 Izumi,F., 1996. Universitas Sumatera Utara

5.2. Saran