1.3. Tujuan
Tujuan penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis karakteristik rumah tangga dan menjabarkan secara tabulasi
silang crosstabs karakteristik tersebut dengan permintaan kredit sepeda motor.
2. Menganalisis karakteristik rumah tangga yang mempengaruhi peluang permintaan kredit sepeda motor.
1.4. Manfaat
Maksud akhir dari penelitian tentang analisis pengaruh karakteristik rumah tangga terhadap peluang permintaan kredit sepeda motor diharapkan dapat
bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan yang diteliti ini. Secara ringkas, manfaat yang harapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah
sebagai berikut : 1. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembuat kebijakan tentang
pemberian kredit konsumsi khususnya sepeda motor, agar tidak menjadi masalah besar yang akan semakin memberatkan perekonomian Indonesia.
2. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi saya pada khususnya dan mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada umumnya, dalam memahami
permintaan kredit konsumsi khususnya kredit sepeda motor. 3. Sebagai referensi untuk penelitian yang lebih lanjut.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Kebijakan Moneter
Bank Indonesia BI, sebagai bank sentral yang memiliki otoritas penuh atas pengambilan keputusan mengenai moneter memiliki beberapa piranti
moneter, berdasarkan Pasal 10 Undang-Undang UU No.3 tahun 2004 yaitu operasi pasar terbuka OPT, giro wajib minimum GWM, penetapan tingkat
diskonto, pengaturan kredit atau pembiayaan. Seluruh piranti tersebut akan dibuat dengan menetapkan sasaran moneter yaitu base money dengan memperhatikan
perkembangan suku bunga. Selanjutnya operasi pasar terbuka OPT dilaksanakan berdasarkan piranti yang dimiliki oleh Bank Indonesia Bank Indonesia, 2005 ,
yaitu 1.
Sertifikat Bank Indonesia SBI 2.
Surat Utang Negara SUN 3.
Fasilitas Simpanan Bank Indonesia FASBI 4.
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI 5.
SBI Repo 6.
Fine Tune Operation 7.
Sterilisasi Valas Piranti OPT yang dimiliki oleh Bank Indonesia itu seluruhnya dimaksudkan
untuk mengendalikan jumlah uang beredar. Dari beberapa piranti OPT, Bank Indonesia memiliki piranti utama yaitu SBI. Dari piranti utama ini Bank Indonesia
mengandalikan jumlah uang yang beredar dengan menetapkan suku bunga, yang lebih dikenal dengan suku bunga SBI.
Suku bunga SBI ditetapkan oleh BI dengan mengikuti perkembangan perekonomian Indonesia, seperti mengikuti tingkat inflasi dan pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Hal ini sesuai dengan tugas BI untuk menjaga tingkat inflasi dengan konsep inflation targeting framework Bank Indonesia. Kemudian suku
bunga SBI dijadikan acuan oleh lembaga keuangan seperti bank dan perusahaan pembiayaan. Bank menjadikan acuan dalam menentukan suku bunga pinjaman
dan suku bunga simpanan dan oleh lembaga keuangan dijadikan untuk suku bunga pembiayaan.
Suku bunga merupakan opportunity cost of holding money, sehingga bila suku bunga meningkat maka keinginan memegang uang menurun Boediono,
1985 Suku bunga pinjaman juga dapat juga disebut suku bunga kredit, Djinarto 2000 dalam Risdwianto 2004 mengemukakan beberapa pendapat yang
menentukan tingkat suku bunga kredit yang ditetapkan oleh perbankan yaitu : 1.
Profit Margin yaitu persentase rentang keuntungan yang ingin didapatkan bank pada kebijakan harga kredit yang ditujukan untuk memperoleh
return on asset. 2.
Cost to Service yaitu persentase yang dibebankan atas biaya yang dikeluarkan oleh penghimpun dana serta admistrasi rekening dana dan
pinjaman. 3.
Credit Premium yaitu penambahan evaluasi kemungkinan terjadinya resiko dimana kredit tidak terbayar oleh debitur.
4. Cost of Fund yaitu hasil murni suku bunga dengan mempertimbangkan
asset dana yang bisa dipinjamkan.
2.2. Bank dan Perusahaan Pembiayaan