Hasil Penelitian Terdahulu LINDO

27 satuan yang dikirimkan dari sumber i ke tujuan j adalah sebanyak X ij dengan ongkos pengiriman per unit adalah C ij . Dengan demikian, maka formulasi programa liniernya adalah sebagai berikut. Meminimumkan ∑∑ = = = m i n j ij ij X C Z 1 1 berdasarkan pembatas : i n j ij a X = ∑ =1 ; i = 1, 2, ..., m j n i ij b X = ∑ =1 ; j = 1, 2, ..., n dan ≥ ij X untuk seluruh i dan j.

I. LINDO

LINDO Linear Interactive and Discrete Optimizer ialah suatu paket program interaktif programming linier, kuadratik dan integer yang dirancang agar dapat digunakan oleh berbagai kalangan pemakai. Lindo disusun sedemikian rupa sehingga sangat mudah digunakan karena persoalan Linear Programming yang telah dinyatakan dalam fungsi tujuan dan kendala- kendala tidak perlu dipindahkan ke dalam format-format tertentu yang menyulitkan, akan tetapi secara langsung dapat dimasukkan sesuai dengan bentuk aslinya Pusat Pengolahan Data dan Statistik Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, 1985. LINDO telah digunakan pada ribuan badan usaha, perguruan tinggi, universitas dan badan pemerintahan di seluruh dunia. LINDO versi Windows menyediakan menu pull-down dan toolbar yang mudah digunakan serta editor model yang lengkap. Persoalan dapat diekspresikan dalam gaya persamaan lurus yang sederhana. LINDO juga mempunyai kapasitas untuk menyelesaikan model linier dan integer berskala besar dengan cepat. LINDO juga mempunyai semua fitur yang dibutuhkan untuk input model, editing, tampilan solusi, penyelidikan kelogisan data, penanganan file dan analisis sensitivitas LINDO Sytems Inc, 2006.

J. Hasil Penelitian Terdahulu

Ritonga 2005 melakukan analisis pemasaran komoditas kentang dengan pendekatan konsep SCM di Semarang, dimana analisis difokuskan 28 pada pola rantai pasokan serta analisis marjin pemasaran dan farmer share bagian petani. Penelitian tersebut menggunakan data primer yang diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan anggota mata rantai pasokan komoditas kentang baik melalui hipermarket maupun pasar tradisional. Anggota rantai pasokan yang terlibat dalam rantai pasokan kentang di Semarang yaitu petani, pedagang pengumpul, pedagang grosir, pemasok, pedagang pengecer termasuk hipermarket serta konsumen. Petani di lokasi penelitian menjual komoditas kentang yang dipanen untuk pasar Kota Semarang melalui dua pasar induk, yaitu Pasar Johar dan Pasar Bandungan. Secara umum pola rantai pasokan komoditas kentang dari lokasi penelitian adalah dari petani kentang dijual ke pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul menjual kepada pedagang grosir yang terdapat di pasar grosir Johar dan pasar grosir Bandungan. Terdapat tiga pola rantai pasokan komoditas kentang, yaitu : 1. Pola rantai pasokan 1 : Petani → Pedagang pengumpul → Pedagang besar Pasar Johar Semarang → Pedagang pengecer pasar tradisional → Konsumen rumah tangga 2. Pola rantai pasokan 2 : Petani → Pedagang pengumpul → Pedagang besar Pasar Bandungan Semarang → Pedagang pengecer pasar tradisional → Konsumen rumah tangga 3. Pola rantai pasokan 3 : Petani → Pedagang pengumpul → Pedagang besar Pasar Johar Semarang → Pemasok → Makro Cash and Carry → Konsumen rumah tangga Perhitungan marjin, sebaran marjin dan farmer share dilakukan berdasarkan tiga kelas mutu komoditas kentang yaitu AB Super, AB dan ABC. Pola rantai pasokan 3 memiliki total marjin pemasaran yang lebih besar dibandingkan pola 1 dan pola 2. Penyebaran marjin belum merata di antara ketiga rantai pasokan. Pedagang grosir memperoleh marjin pemasaran terendah diantara anggota rantai pasokan lain karena sedikitnya aktivitas pedagang grosir yang membutuhkan biaya dan sedikitnya keuntungan yang 29 diambil. Bagian petani farmer’s share adalah bagian yang diterima petani sebagai balas jasa atas kegiatan usaha tani kentang. Bagian petani terbesar diperoleh pada pola rantai 1 karena pada pola ini harga jual komoditas di tingkat konsumen lebih rendah. Perolehan marjin tertinggi rantai pasokan kentang mutu kelas AB super pada pola 1 dan pola 2 terdapat pada tingkat pengecer, sedangkan marjin tertinggi pada rantai pasokan 3 terdapat pada tingkat pemasok. Keuntungan lebih besar kontribusinya dalam marjin-marjin tersebut daripada biaya yang dikeluarkan. Marjin total untuk komoditas kentang mutu kelas AB dan ABC pada pola 1 dan 2 cenderung rendah. Kedua komoditas tersebut dijual dengan harga murah dan terkadang pedagang tidak mengambil keuntungan karena hanya mengharapkan keuntungan yang besar dari kentang untuk mutu AB super. Persentase biaya terbesar yang dikeluarkan masing-masing anggota rantai pasokan adalah biaya penyusutan. Pada pola rantai 1, biaya pemasaran terbesar untuk setiap kelas mutu ditanggung oleh pengecer karena banyaknya aktivitas yang memerlukan biaya. Untuk pola rantai 1 biaya pemasaran terbesar untuk kentang kelas AB super ditanggung oleh pedagang pengumpul karena besarnya biaya angkut ke pasar grosir. Untuk kelas mutu lainnya, biaya pemasaran terbesar untuk setiap kelas mutu ditanggung oleh pengecer seperti pada pola pertama. Pada rantai pasokan ke 3, biaya pemasaran terbesar ditanggung oleh pemasok ke pasar modern karena tingginya biaya seperti biaya pengemasan, pengangkutan dan resiko kerusakan komoditas di supermarket. Susiyana 2005 melakukan analisis rantai persediaan komoditas jeruk Medan dengan metode studi kasus di Pasar Induk Kramat Jati dan Carrefour Cempaka Mas Jakarta. Data primer penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dengan 7 pedagang eceran serta beberapa pedagang grosir di Cililitan dan Pasar Induk Kramat Jati PIKJ. Data sekunder diperoleh dari BPS, Pasar Induk Kramat Jati, Departemen Pertanian dan instansi-instansi lain. 30 Anggota primer SC jeruk Medan adalah pedagang antar pulau PAP, pedagang grosir, pedagang eceran, perusahaan pemasok dan swalayan. Anggota sekunder SC ini yaitu distributor dan supermarket collector. Marjin pemasaran dihitung berdasarkan ketiga saluran pemasaran yang terjadi yaitu : 1. Petani - PAP - Grosir PIKJ - Pengecer 2. Petani - PAP - Grosir Cililitan - Perusahaan Pemasok- Pengecer 3. Petani - PAP - Grosir Cililitan - Perusahaan Pemasok- Swalayan Pola saluran 3 memiliki marjin pemasaran yang paling besar. Saluran pemasaran 1 memperoleh total keuntungan yang terbesar. Pola saluran pemasaran 1 juga yang paling efisien karena memiliki total biaya, keuntungan dan marjin pemasaran yang terendah serta rasio keuntungan dan biaya tertinggi. Pola saluran pemasaran 1 dapat memberikan nilai lebih bagi petani karena menghasilkan farmer’s share yang tinggi. 31

III. METODOLOGI A.