52
E. Pengendalian Inventori
Inventori muncul dalam rantai pasokan kelapa terutama dalam bentuk kelapa butiran. Inventori dalam bentuk kelapa kupas hanya sedikit,
disesuaikan dengan perkiraan jumlah penjualan ke konsumen rumah tangga setiap harinya, demikian pula kelapa parut dan santan. Hal ini disebabkan
karena ketiga bentuk hasil olahan kelapa tersebut tidak tahan lama sehingga akan rusak apabila tidak habis terjual pada hari itu.
Pengelolaan inventori baik oleh para PAW, pedagang besar maupun pedagang pengecer dilakukan dengan cara yang masih sederhana.
PAW dari daerah Lampung yang diwawancarai oleh peneliti mengumpulkan kelapa dari sekitar pukul sembilan pagi dan selesai sekitar pukul 3-4 sore.
Untuk mengirimkannya ke Kota Bogor, PAW tersebut memilih berangkat sekitar pukul tujuh malam sehingga lalu lintas selama perjalanan tidak ramai.
Perjalanan memakan waktu sekitar 15 jam sehingga muatan tiba di Kota Bogor pukul 9-10 pagi. Ada pula PAW yang tiba di pasar pada malam hari.
Dengan demikian, jika bukan pengiriman rutin, maka pesanan kelapa memerlukan waktu minimal sekitar 24 jam jika dipesan pada pagi hari
sebelum jam delapan. PAW dari Tasikmalaya-Ciamis yang memasok kelapa ke Pasar
Bogor biasa mengumpulkan kelapa sejak pukul tujuh pagi sampai siang hari. PAW tersebut berangkat dari daerahnya sekitar pukul lima sore dan sampai di
Kota Bogor sekitar pukul tujuh pagi. Dengan demikian perjalanan memakan waktu sekitar 15 jam. Di pasar lainnya, PAW dari Tasikmalaya-Ciamis
umumnya tiba di malam hari. Serupa dengan pengiriman pesanan kelapa dari Lampung, jika bukan pengiriman rutin, maka pesanan kelapa memerlukan
waktu minimal sekitar 24 jam jika dipesan pada pagi hari. Pedagang besar yang mendapat pasokan kelapa dari daerah Lampung maupun Tasikmalaya-
Ciamis umumnya memesan kelapa jika persediaan kelapa mereka diperkirakan hanya cukup untuk 1-2 hari lagi. Peneliti tidak dapat mewawancarai PAW dari
daerah Banten yang biasa berada di daerah pasar di Kota Bogor pada pukul 12 sampai 3 pagi. Namun, berdasarkan informasi dari pedagang besar yang secara
53
rutin mendapat pasokan kelapa dari PAW Banten, perjalanan dari Banten ke Kota Bogor memakan waktu lima sampai enam jam.
Di pasar, kelapa disimpan dalam tempat penyimpanan berupa gudang berdinding tembok, gudang berdinding kayu ataupun dalam kios-kios.
Buah-buahan dan sayuran serta hasil pertanian lainnya setelah dipanen masih melakukan proses respirasi serta metabolisme lainnya sehingga terjadi
perubahan-perubahan yang akhirnya menyebabkan benda-benda tersebut menjadi rusak. Apabila penanganan telah dilakukan dengan baik, maka
terjadinya kerusakan dan kebusukan pada bahan dapat dihambat atau dikurangi semaksimal mungkin Winarno dan Aman, 1981.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tempat penyimpanan yang berhubungan dengan keadaan bahan dalam simpanan yaitu temperatur dan
kelembaban serta sirkulasi udara. Meningkatnya temperatur tempat penyimpanan dapat meningkatkan temperatur masa bahan yang berada di
dalamnya. Oleh karena itu, tempat penyimpanan yang baik adalah tempat atau ruang yang keadaannya sejuk, kering dan terlindung dari pengaruh sinar
matahari langsung Imdad dan Nawangsih, 1999. Salah satu syarat penyimpanan kelapa yaitu terhindar dari pengaruh
sinar matahari langsung Anonim, 2006. Menurut beberapa pedagang, buah kelapa akan pecah jika terjemur. Hal ini mungkin disebabkan karena pada
saat dijemur, kelapa mengalami perubahan temperatur yang terlalu cepat atau karena kadar air kelapa sudah sangat jauh berkurang terlalu kering.
Perubahan temperatur secara cepat sebanyak 8 °C dapat menyebabkan
pecahnya buah kelapa tanpa sabut. Selain itu, kelapa yang terlalu kering juga akan pecah Paul dan Ketsa, 2007.
Syarat lain dalam penyimpanan kelapa yaitu terhindar dari kebocoran dan kehujanan Anonim, 2006. Kapang permukaan akan tumbuh
pada buah kelapa yang basah Paul dan Ketsa, 2007. Selain karena kebocorankehujanan, kelapa juga bisa menjadi basah karena perpindahan uap
air. Pada setiap tempat penyimpanan produk pertanian, secara alamiah akan terjadi peristiwa perpindahan uap air dari atau ke dalam tempat atau ruang
penyimpanan akibat perubahan temperatur di luar tempat penyimpanan.
54
Untuk menghindari perubahan udara akibat lingkungan yang tidak stabil dapat dilakukan dengan cara mengurangi timbulnya perbedaan temperatur di
luar dan di dalam gudang melalui pengaturan sirkulasi udara yang baik Imdad dan Nawangsih, 1999.
Sirkulasi udara aerasi dapat dipandang sebagai suatu proses mendinginkan udara di dalam ruang penyimpanan sehingga keadaannya tetap
stabil dan terpelihara tanpa ada kerusakan yang berarti. Temperatur dalam ruang penyimpanan juga dapat meningkat karena uap panas yang dihasilkan
pada proses respirasi. Cara paling mudah untuk menghindari timbulnya uap panas masa bahan dalam simpanan adalah dengan menyimpan bahan secara
hamparan atau onggokan. Tinggi tumpukan perlu dipertimbangkan, maksudnya agar udara segar dapat mengenai permukaan bahan sehingga
mengusir panas yang ada Imdad dan Nawangsih, 1999. Untuk komoditas kelapa, tinggi tumpukan sebaiknya tidak lebih dari 1 meter, dengan tumpukan
berbentuk piramida dan longgar Anonim, 2006. Tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan jendela atau
ventilasi untuk masuknya udara segar dalam ruang penyimpanan. Jika keadaan masa bahan tertutup, suhu udara dalam ruang menjadi naik dan
mengakibatkan bakteri dan cendawan perusak aktif tumbuh sehingga dapat mendatangkan kerusakan. Sirkulasi udara yang jelek dapat menyebabkan
buah mudah berkeringat dan menimbulkan bau busuk karena jamur Imdad dan Nawangsih, 1999. Gudang-gudang tembok di pasar tidak memiliki ruang
ventilasi, sehingga sebaiknya pintu gudang sesering mungkin dibuka, atau dibuat lubang angin untuk memperbaiki sirkulasi udara.
Dalam ruang penyimpanan modern, kelembaban dan temperatur ruangan simpan dapat diatur sesuai dengan kehendak. Kondisi lingkungan
yang dingin menyebabkan patogen gudang tidak dapat berkembang sehingga bahan aman dalam simpanan Imdad dan Nawangsih, 1999. Penyimpanan
pada suhu 0-1,5 °C dan kelembaban relatif 75-85 dapat mempertahankan
kualitas kelapa tua yang telah dikupas sabutnya selama 60 hari Maliyar dan Marar, 1963 dalam Paul dan Ketsa, 2007.
55
Pemilihan tempat penyimpanan bahan segar tentu saja harus diperhitungkan dari segi biaya, keamanan bahan, dan manfaatnya. Pengaturan
suhu dan kelembaban pada ruang penyimpanan akan membutuhkan biaya yang tinggi Imdad dan Nawangsih, 1999. Penyimpanan pada suhu kamar
dapat mempertahankan kualitas kelapa tua yang telah dikupas sabutnya selama 2 minggu tanpa menimbulkan kerusakan yang serius Duke, 1983.
Buah kelapa tua yang masih bersabut dapat disimpan pada suhu ruang selama 3-5 bulan sebelum air kelapanya menguap dan tempurungnya pecah karena
kekeringan atau perkecambahan Paul dan Ketsa, 2007. Buah kelapa tua umumnya dapat dipanen setelah 11-12 bulan sejak
bunga betina diserbuki Samosir, 1992. Selain karena dipengaruhi kondisi penyimpanan, kebusukan kelapa yang cepat terjadi juga dapat disebabkan
karena umur panen buah kelapa yang terlalu muda. Beberapa pedagang menginformasikan bahwa PAW terkadang menyertakan buah-buah yang
masih belum tua benar. Mereka menyatakan bahwa buah kelapa tersebutlah yang biasanya lebih cepat busuk hanya dalam 3 hari penyimpanan.
Kebusukan sebagian kelapa yang terjadi dengan cepat di penyimpanan pedagang besar juga dapat disebabkan karena jangka waktu yang cukup
panjang sejak kelapa dipetik sampai diterima oleh pedagang besar. Para pedagang sebenarnya dapat mendeteksi kelapa mana yang
benar-benar tua. Menurut para pedagang, pada buah kelapa tua sisa sabut dekat pangkal buah berwarna hitam dan timbul suara nyaring jika kelapa
diguncang-guncangdiketuk-ketuk. Kelapa tua juga memiliki bobot yang lebih ringan karena kadar air kelapanya telah berkurang. Walaupun demikian,
kelapa yang kurang tua tetap diterima pedagang besar.
F. Integrasi Rantai Pasokan