41
UPTD tersebut. Penarikan retribusi dilakukan dengan cara penjualan karcis kepada para pedagang baik yang menempati kios maupun para pedagang yang
menempati lapak serta wilayah pinggiran jalan pasar. Jumlah pedagang khususnya yang menempati lapakjalan bisa tidak sama setiap harinya.
B. Konsumsi dan Kebutuhan Buah Kelapa
Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan Departemen Pertanian merumuskan suatu komposisi pangan yang seimbang untuk dikonsumsi guna
memenuhi kebutuhan gizi penduduk dalam bentuk Pola Pangan Harapan PPH. PPH mencerminkan susunan konsumsi pangan anjuran untuk hidup
sehat. Konsumsi buahbiji berminyak dalam bentuk daging kelapa menurut PPH Nasional yaitu sebesar 10 gr per kapita per hari, dengan satu butir kelapa
diasumsikan setara dengan 252 gram daging kelapa Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan Departemen Pertanian, 2004.
Data Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa penduduk Indonesia pada tahun 2004 berjumlah 217.854.000 orang. Jika diperhitungkan dengan
angka PPH, maka kebutuhan daging kelapa penduduk Indonesia mencapai 795.167 ton selama tahun 2004. Angka tersebut jauh dibawah angka produksi
kelapa setara kopra tahun 2004. Produksi kopra pada tahun yang sama yaitu sebesar 3.301.942 ton atau setara dengan 16.509.710 ton daging buah kelapa.
Hasil registrasi penduduk akhir tahun 2004 oleh Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Bogor mencapai 831.571
jiwa. Jika diperhitungkan dengan standar PPH Nasional maka diharapkan konsumsi daging kelapa penduduk Kota Bogor mencapai 8.315.710 gram per
hari atau sekitar 33.000 butir kelapa per hari. Dengan demikian, untuk memenuhi kebutuhan kelapa sesuai anjuran PPH, Kota Bogor memerlukan
pasokan kelapa sebanyak 990.000 butir per bulan. Kota Bogor juga memiliki beberapa industri kecil pengolah kelapa. Industri-industri tersebut yaitu empat
buah industri VCO dan sebuah industri minyak kelapa. Total kebutuhan kelapa untuk kelima industri tersebut yaitu sebesar 36.600 butir per bulan.
42
C. Identifikasi Anggota Rantai Pasokan
C.1. Anggota Rantai Pasokan
Anggota primer adalah semua unit bisnis strategik yang benar- benar menjalankan aktivitas operasional dan manajerial dalam proses
bisnis yang dirancang untuk menghasilkan keluaran tertentu bagi pelanggan atau pasar. Yang termasuk anggota primer dalam rantai
pasokan buah kelapa tua di Kota Bogor yaitu pedagang antar wilayah, pedagang besar, pedagang eceran dan konsumen.
1. Pedagang Antar Wilayah
Pedagang Antar Wilayah PAW adalah satu-satunya anggota rantai pasokan yang membawa kelapa butiran ke Kota Bogor. Para
PAW tidak memiliki kebun kelapa sendiri, mereka membeli kelapa dari para petani danatau dari para pengumpul kelapa di daerah asal
masing-masing. Untuk mendapatkan kelapa sesuai jumlah yang dibutuhkan, PAW perlu membeli kelapa dari beberapa
petanipengumpul kelapa. 2.
Pedagang Besar Pedagang besar kelapa yaitu pedagang yang menjual kelapa
kepada konsumen rumah tangga, pedagang-pedagang eceran dan industri. Pedagang besar memperoleh pasokannya dari PAW. Tidak
semua pedagang besar menjual kelapa kepada konsumen rumah tangga, pedagang eceran maupun industri. Pedagang besar hanya
terdapat di Pasar Baru Bogor, Pasar Kebon Kembang, Pasar Merdeka, Pasar Jambu Dua dan Pasar Sukasari.
3. Pedagang Pengecer
Pedagang pengecer yaitu pihak yang memperoleh kelapa dari pedagang besar dan hanya menjualnya kepada konsumen rumah
tangga. 4.
Konsumen Konsumen rantai pasokan buah kelapa tua di Kota Bogor
antara lain yaitu penduduk secara umum untuk konsumsi makanan
43
harian, serta industri pengolah buah kelapa tua yang ada di Kota Bogor yaitu industri kecil VCO dan minyak kelapa.
Anggota sekunder adalah perusahaan-perusahaan yang menyediakan sumber daya, pengetahuan, utilitas atau aset-aset bagi
anggota primer. Yang termasuk ke dalam anggota sekunder adalah lembaga pengangkutan yaitu lembaga perantara pada rantai pasokan yang
bergerak di bidang jasa transportasi. Pihak lain yang juga menjadi anggota sekunder rantai pasokan kelapa yaitu pedagang kemasan,
pedagang mesin pemarut dan pemerasan santan, serta penyedia bahan bakar mesin-mesin tersebut.
C.2. Aktivitas Anggota Primer Rantai Pasokan
PAW membeli kelapa dari petani-petani atau para pengumpul kelapa di daerahnya. Umumnya mereka membeli kelapa yang sebagian
besar sabutnya telah dikupas. Sortasi dilakukan sambil kelapa-kelapa dimuat ke dalam truk oleh para pegawai petanipengumpul kelapa.
Pemuatan kelapa dilakukan sejak pagi sampai siang hari, kemudian dibawa ke Kota Bogor pada malam hari saat arus lalu lintas tidak ramai.
Grading dilakukan saat kelapa dijualdialihkan kepada pedagang besar.
Grading dilakukan berdasarkan besar-kecilnya kelapa, semakin besar
kelapa semakin mahal harganya. Tingkatan grade kelapa tidak sama untuk setiap pedagang besar. Tabel 11 memperlihatkan aktivitas-aktivitas
pemasokan yang dilakukan oleh anggota primer rantai pasokan. Pedagang besar membeli kelapa dari PAW masih dalam bentuk
kelapa yang telah dikupas sebagian besar sabutnya, dan dijual kepada pedagang pengecer tanpa mengalami proses pengolahan. Kelapa
dipindahkan dengan memakai keranjang bambu. Pedagang besar hanya mengolah kelapanya menjadi kelapa kupas tanpa tempurung, kelapa
parut ataupun santan jika dijual kepada konsumen rumah tangga ataupun industri.
44
Tabel 11. Aktivitas anggota primer rantai pasokan kelapa di Kota Bogor Aktivitas
Anggota Primer Rantai Pasokan Kelapa PAW
Pedagang Besar
Pengecer Industri Pertukaran
Penjualan
Pembelian
√ √
√ √
√ √
√ √
Fisik
Pengangkutan
Pengemasan
Penyimpanan √
- -
√- √-
√ √
√- √
√ -
- Fasilitas
Sortasi
Grading
Pengolahan
√- √-
- √-
√- √-
√ √
√- -
- √
Keterangan : √ dilakukan
- tidak dilakukan √- dilakukan oleh sebagian anggota
Beberapa pedagang besar menyimpan kelapanya di gudang- gudang baik di dalam atau di luar wilayah pasar. Pedagang besar lainnya
menyimpan kelapanya di kios-kios tempat berjualan. Pedagang besar yang melakukan pengolahan baik pengupasan, pemarutan ataupun
pemerasan santan, menjual hasil samping berupa tempurung dan air kelapanya kepada penampung. Tempurung kelapa umumnya ditampung
oleh pembuat arang, sedangkan air kelapa umumnya ditampung oleh pembuat nata de coco. Adapula seorang pedagang besar yang menjual
kerikan kelapanya kepada peternak unggas. Pedagang eceran minimal akan mengupas dan memisahkan
daging kelapa dari tempurungnya sebelum dijual kepada konsumen. Sebagian besar pedagang eceran dapat mengolah kelapanya menjadi
kelapa parut. Sebagian pedagang eceran juga menjual tempurung dan air kelapanya kepada para penampung, sebagian lain membuangnya begitu
saja. Industri memperoleh kelapanya dalam bentuk butiran, parutan ataupun santan.
45
D. Konfigurasi Jaringan Logistik