23
Indikator-indikator yang lebih jelas dan lebih mudah digunakan untuk menentukan efisiensi pemasaran adalah marjin pemasaran, tersedianya
fasilitas fisik pemasaran dan intensitas persaingan pasar. Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan harga yang
diterima petani. Sementara ini ada anggapan bahwa semakin besar marjin pemasaran, semakin tidak efisien suatu proses pemasaran. Anggapan ini tidak
selamanya benar, sebab marjin pemasaran ini pada hakekatnya terdiri dari biaya-biaya untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan
lembaga-lembaga pemasaran. Anggapan tersebut dapat dibenarkan jika dibutuhkan biaya yang relatif kecil untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran.
Penyediaan fasilitas fisik untuk pengangkutan, penyimpanan dan pengolahan dianggap dapat digunakan untuk melihat efisiensi pemasaran.
Kurang tersediaanya fasilitas fisik, terutama pengangkutan diidentikkan dengan ketidakefisienan proses pemasaran. Intensitas persaingan pasar juga
seringkali digunakan untuk menilai efisiensi pemasaran. Struktur pasar persaingan sempurna dianggap lebih efisien dibanding struktur pasar
oligopolistik maupun monopolistik.
G. Programa Linier
Menurut Dimyati dan Dimyati 2003, programa linier adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang
terbatas di antara beberapa aktivitas yang bersaing, dengan cara terbaik yang mungkin dilakukan. Programa linier menggunakan model matematis untuk
menjelaskan persoalan yang dihadapinya. Dalam membangun model dari formulasi persoalan digunakan karakteristik-karakteristik yang biasa
digunakan dalam persoalan programa linier, yaitu : a.
Variabel keputusan Variabel keputusan adalah variabel yang menguraikan secara lengkap
keputusan-keputusan yang akan dibuat b.
Fungsi tujuan Fungsi tujuan merupakan fungsi dari variabel keputusan yang akan
dimaksimumkan untuk pendapatan atau keuntungan atau diminimumkan untuk ongkos.
24
c. Pembatas
Pembatas merupakan kendala yang dihadapi sehingga kita tidak bisa menentukan harga-harga variabel keputusan secara sembarang.
Bentuk standar dari persoalan programa linier tersaji di bawah ini. Setiap situasi yang formulasi matematisnya memenuhi model ini adalah
persoalan programa linier. Maksimumkan z = c
1
x
1
+ c
2
x
2
+ … + c
n
x
n
fungsi tujuan
berdasarkan pembatas : a
11
x
11
+ a
12
x
2
+ … + a
1n
x
n
b
1
a
21
x
11
+ a
22
x
2
+ … + a
2n
x
n
b
2
. .
. a
m1
x
11
+ a
m2
x
2
+ … + a
mn
x
n
b
m
dan x
1
0, x
2
0, …, x
n
Selain model programa linier dengan bentuk seperti yang telah diformulasikan di atas, ada pula model programa linier dengan bentuk yang
agak lain seperti : 1.
Fungsi tujuan bukan memaksimumkan, melainkan meminimumkan. 2.
Beberapa pembatas fungsionalnya mempunyai ketidaksamaan dalam bentuk lebih besar atau sama dengan.
3. Beberapa pembatas fungsionalnya mempunyai bentuk persamaan.
4. Menghilangkan pembatas nonnegatif untuk beberapa variabel keputusan.
Dalam menggunakan model programa linier, diperlukan beberapa asumsi sebagai berikut :
1. Asumsi kesembandingan proportionality
Kontribusi setiap variabel keputusan terhadap fungsi tujuan adalah sebanding dengan nilai variabel keputusan. Kontribusi suatu variabel
terhadap ruas kiri dari setiap pembatas juga sebanding dengan nilai variabel keputusan itu.
2. Asumsi penambahan aditivity
Kontribusi setiap variabel keputusan terhadap fungsi tujuan bersifat tidak tergantung pada nilai variabel keputusan yang lain. Kontribusi
pembatas teknologis
25
suatu variabel terhadap ruas kiri dari setiap pembatas bersifat tidak tergantung pada nilai variabel keputusan yang lain.
3. Asumsi pembagian divisibility
Dalam persoalan programa linier, variabel keputusan boleh diasumsikan berupa bilangan pecahan.
4. Asumsi kepastian certainty
Setiap parameter, yaitu koefisien fungsi tujuan, ruas kanan, dan koefisien teknologis, diasumsikan dapat diketahui secara pasti.
Menurut Nasendi dan Anwar 1985, sistematika dari analisis- analisis dalam proses pengambilan keputusan yang memakai progam linier
dan variasinya mempunyai lima tahap sebagai berikut : 1.
Identifikasi persoalan Identifikasi persoalan terdiri dari kegiatan penentuan dan
perumusan tujuan, identifikasi peubah serta pengumpulan data tentang kendala-kendala yang menjadi syarat ikatan terhadap peubah-peubah
dalam fungsi tujuan sistem model yang dipelajari. 2.
Penyusunan model Kegiatan penyusunan model terdiri dari empat hal, yaitu :
1 memilih model yang cocok sesuai dengan permasalahannya
2 merumuskan segala macam faktor yang terkait di dalam model yang
bersangkutan secara simbolik ke dalam rumusan model matematika 3
menentukan peubah-peubah beserta kaitannya satu sama lain 4
menetapkan fungsi tujuan dan kendala-kendalanya dengan nilai-nilai dan parameter yang jelas
3. Analisis model
Model yang dipilih untuk dapat dianalisis dengan teknik program linier dan variasinya akan memberikan hasil-hasil yang optimal.
Hasil analisis tersebut perlu diuji kepekaannya guna melihat sampai seberapa jauh parameter dari peubah-peubah yang ditetapkan dapat
bertahan apabila terjadi perubahan pada sistem.
26
4. Pengesahan model
Analisis pengesahan model menyangkut penilaian terhadap model dengan cara mencocokkannya dengan keadaan dan data nyata.
5. Implementasi
Hasil-hasil yang diperoleh dapat dipakai dalam perumusan- perumusan rencana kegiatan yang sewaktu-waktu dapat dinilai.
Implementasi hasil ini juga menyangkut sistem dokumentasi model dan dokumentasi hasil analisis yang baik.
H. Model Transportasi