3. Lansia
3.1 Defenisi lansia
Proses menua atau aging adalah suatu proses alami pada semua makhluk hidup. Dalam pasal 1 ayat 2 UU No. 13 tahun 1998 dinyatakan bahwa yang
dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas. Lanjut usia adalah istilah untuk tahap akhir dari proses penuaan yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua Mubarak, 2006.
Masa usia lanjut merupakan masa yang tidak bisa dielakkan oleh siapapun khususnya bagi yang dikaruniai umur panjang.
3.2 Klasifikasi lansia
Dalam UU No. 13 tahun 1998 dinyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas. Pengelompokan lansia menurut
Departemen Kesehatan meliputi: a. Kelompok pertengahan umur
Kelompok usia dalam masa virilitas, yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa 45-54 tahun
b. Kelompok usia lanjut dini Kelompok dalam masa prasenium, yaitu kelompok yang mulai memasuki
usia lanjut 55-64 tahun. c. Kelompok usia lanjut
Kelompok dalam masa senium 65 tahun ke atas
Universitas Sumatera Utara
d. Kelompok usia lanjut dengan risiko tinggi Kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang
hidup sendiri, terpencil, menderita penyakit berat atau cacat. Sedangkan menurut WHO lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan middle age adalah kelompok usia 45-59 tahun. b. Usia lanjut elderly adalah kelompok usia antara 60-70 tahun.
c. Usia lanjut tua old adalah kelompok usia antara 75-90 tahun. d. Usia sangat tua very old adalah kelompok usia di atas 90 tahun.
3.3 Perubahan yang terjadi pada lanjut usia
Nugroho 2008 menyatakan adapun perubahan yang terjadi pada lansia tersebut terbagi atas perubahan fisik yang meliputi perubahan pada sel, sistem
persarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan dan sistem muskuloskletal. Perubahan yang terjadi pada sel adalah lebih sedikit jumlahnya, lebih besar
ukurannya, berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, darah, dan hati, jumlah sel
otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel, otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10. Pada sistem persarafan terjadi berat otak menurun 10-
20 setiap orang berkurang sel otaknya dalam setiap harinya, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres, mengecilnya saraf
panca indra, yaitu berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu
Universitas Sumatera Utara
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin dan kurang sensitif terhadap sentuhan.
Pada sistem pendengaran terjadi gangguan pada pendengaran yaitu hilangnya kemampuan daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap
bunyi suara atau nada-nada yang tinggi dan nada yang rendah, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata yang diucapkan, membran timpani menjadi
mengecil menyebabkan terjadinya kerapuhan pada membran tersebut, terjadi pengumpulan serumen dan mengeras karena meningkatnya keratin dan
pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa stres. Sedangkan pada sistem penglihatan terjadi pada pupil yaitu timbul
kekakuan dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk bulat bola, lensa lebih suram kekeruhan pada lensa hingga menjadi katarak,
menyebabkan gangguan penglihatan, meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya
gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapangan pandang; berkurang luas pandangannya dan berkurangnya daya membedakan warna biru atau hijau pada
skala ukur. Pada sistem muskuloskeletal terjadi tulang kehilangan density cairan dan
makin rapuh, kifosis, discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek, persendian membesar dan menjadi pendek dan tendon mengerut serta mengalami
skelerosis. Sementara perubahan mental yang terjadi pada lansia lebih disebabkan oleh adanya perubahan fisik, organ perasa, kesehatan secara umum, tingkat
pendidikan, keturunan, lingkungan, memori jangka panjang dan jangka pendek,
Universitas Sumatera Utara
intelegency dan kemampuan komunikasi verbal dan berkurangnya keterampilan psikomotor serta perubahan psikososial pada lansia Nugroho, 2008.
Perubahan status gizi pada lansia lebih disebabkan pada perubahan lingkungan maupun faali tubuh dan status kesehatan lansia. Perubahan tersebut
semakin nyata pada kurun usia 70-an. Faktor lingkungan meliputi perubahan kondisi ekonomi akibat pensiun, isolasi sosial karena hidup sendiri setelah
pasangan meninggal dunia dan rendahnya pemahaman gizi akan memperburuk keadaan gizi lansia. Faktor kesehatan yang mempengaruhi status gizi adalah
timbulnya penyakit degeneratif dan non generatif yang berakibat pada perubahan dalam asupan makanan dan perubahan penyerapan zat gizi Darmojo, 2004.
4. Posyandu lansia