Tabung baseline Tabung sampel 2 ml fraksi mikrosomal
2 ml buffer fosfat pH 7.6 2 ml buffer fosfat pH 7.6 CO
1-3 mg Na
2
S
2
O
4
Dituang larutan ke dalam kuvet Diukur absorbansi pada λ 500-400 nm
Gambar 7. Diagram alir determinasi Kadar Sitokrom P-420 Perhitungan :
Kadar sitokrom P-420 = A
420
111 cm
–1
mM
–1
Kadar sitokrom = kadar sitokrom mmolml kadar protein mgml
d. Pengukuran Aktivitas Glutation S-Transferase Arisudana, 2003
Aktivitas Glutation S-Transferase GST diukur dari fraksi sitosol hati tikus dengan menggunakan 2 substrat yakni 1-chloro-2,4-
dinitrobenzen CDNB dan glutation dalam bentuk tereduksi GSH. CDNB yang dibutuhkan mempunyai konsentrasi 1 mM dan GSH yang
dibutuhkan 1 mM dalam 0.1 M buffer fosfat pH 6.5. Ke dalam masing-masing kuvet dimasukkan 2700 µL buffer
fosfat pH 6.5. Ke dalam kuvet sampel dimasukkan fraksi sitosol 100 µL
sedangkan untuk kuvet blanko dimasukkan akuades 100 µL. Selanjutnya
masing-masing kuvet ditambah 100 µL 30 mM GSH dalam buffer
fosfat. Sebelum diukur, ditambahkan 100 µL 30 mM CDNB dalam
etanol. Total volume akhir dalam kuvet sebesar 3 ml. Aktivitas GST diukur pada panjang gelombang 340 nm selama 3 menit.
Kuvet sampel Kuvet blanko 2700
µL buffer fosfat pH 6.5
Fraksi sitosol 100 µL Akuades 100 µL
100 µL 30 mM GSH dalam buffer fosfat 100
µL 30 mM CDNB dalam etanol
Diukur absorbansi λ 340 nm, t = 3 menit
Gambar 8. Diagram alir pengukuran aktivitas GST Perhitungan :
Aktivitas GST = ♠ Absorbansimenit
ε
GS-DBN
x kadar protein saat pengujian ε
GS-DBN
= 9.6 cm
–1
mM
–1
= koefisien ekstinsi molar
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. BUBUK DAUN KUMIS KUCING
1. Pembuatan Bubuk Daun Kumis Kucing
Bubuk daun kumis kucing merupakan produk yang dapat dijadikan minuman seduhan. Produk ini dibuat sebagai alternatif minuman seduhan
yang lazim dikonsumsi masyarakat seperti seduhan daun teh sebagai minuman fungsional. Bubuk daun kumis kucing ini dibuat dengan cara
pengeringan daun segar dengan menggunakan sinar matahari dan oven, hingga kadar air mencapai 7. Dari hasil perhitungan didapat bahwa
rendemen hasil pengeringan daun kumis kucing segar menjadi bubuk daun kumis kucing adalah sebesar 20.43.
Dalam penelitian ini, daun kumis kucing dikeringkan hingga kadar air mencapai 7, hal ini bertumpu pada kadar air bubuk seduhan pada
umumnya seperti teh seduh. Berdasarkan SNI 01-3836-2000, kadar air teh kering dalam kemasan adalah maksimal 8. Demikian juga produk-produk
bubuktepung lainnya, maksimal memiliki kadar air sekitar 10. Metode pengeringan yang digunakan, yaitu dengan sinar matahari
dan oven bertujuan untuk meningkatkan daya simpan produk. Pengeringan dilakukan setelah satu hari sebelumnya daun kumis kucing diangin-
anginkan, hal ini dimaksudkan untuk menutup stomata daunnya sehingga tidak terjadi penguapan zat-zat yang terkandung di dalamnya Mahendra dan
Kusuma, 2005. Pada hari selanjutnya, daun kumis kucing bisa dijemur di bawah sinar matahari langsung dan untuk pengeringan oven dilakukan pada
suhu 40-50 C. Daun kumis kucing dihamparkan pada suatu wadah secara
merata dan tidak saling menumpuk. Selama proses pengeringan sebaiknya daun dibolak-balik agar pengeringan yang didapat lebih merata. Setelah
kering kemudian dihancurkan dengan blender, sehingga dihasilkan bubuk daun kumis kucing yang siap diseduh. Warna bubuk yang dihasilkan adalah
hijau kecoklatan. Daun kumis kucing yang telah diolah menjadi bubuk memiliki daya
simpan lebih tinggi dibandingkan dengan daun kumis kucing segar. Dari