Selain dari makanan dan minuman, kondisi tikus juga dapat ditentukan dari kandang yang digunakan. Kandang harus dibersihkan setiap 2-3 hari
sekali, hal ini bertujuan untuk menjaga kelembaban lingkungan tikus percobaan. Penempatan tikus percobaan pada rak-rak kayu harus dirotasi agar
udara panas pada siang hari dan udara malam dapat dirasakan tikus percobaan secara merata. Udara yang tidak mendukung seperti kelembaban dapat
menyebabkan tikus terserang kutupenyakit atau mengalami stres. Hal ini dapat mempengaruhi pola makan atau minum tikus.
Gambar 13. Tikus galur Sprague Dowley
1. Berat Tikus Percobaan
Berat tikus percobaan diukur setiap dua hari sekali, penimbangan dilakukan sejak tikus berada pada masa adaptasi sampai masa perlakuan
sebelum dilakukan terminasi. Penimbangan berat tikus dilakukan untuk mengetahui peningkatan berat selama masa perlakuan dan untuk
perhitungan berat relatif organ, yaitu hati dan ginjal. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diketahui adanya
penambahan berat tikus selama masa perlakuan dihitung dari akhir masa adaptasi, peningkatan dapat dilihat pada Gambar 14.
Perubahan berat badan selama 28 hari pada kelompok tikus yang diberi perlakuan memiliki nilai peningkatan lebih kecil dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan minuman seduhan bubuk kumis kucing dapat mempengaruhi pola makan
atau minum dari tikus percobaan. Berdasarkan data pada Lampiran 7 dilihat dari berat awal dan berat akhir sebelum terminasi, delta
∆ berat tikus kontrol selama 28 hari adalah sebesar 42.2 gram. Sedangkan untuk
kelompok tikus KK1 dan KK2 berturut-turut delta berat tikus hanya sebesar 27.2 gram dan 29.8 gram.
Gambar 14. Kurva peningkatan berat tikus selama perlakuan pada kelompok kontrol, kelompok konsenterasi rendah dan kelompok konsenterasi
tinggi
Delta berat badan pada kelompok tikus kontrol jauh lebih besar jika dibandingkan dengan delta berat badan kelompok tikus perlakuan. Hal ini
disebabkan karena daun kumis kucing daun segarkering bersifat diuretik Dalimartha, 2000. Selama perlakuan dengan pemberian minuman seduhan
bubuk daun kumis kucing, kemungkinan besar telah terjadi efek diuretik pada tikus percobaan. Sehingga penambahan berat badan tikus pada
kelompok perlakuan lebih kecil dibanding dengan kelompok kontrol.
2. Berat Relatif Organ
Berat relatif organ adalah berat organ tikus per berat tikus percobaan yang bersangkutan. Pengujian berat relatif organ pada tikus percobaan untuk
100 120
140 160
180 200
220
1 3
5 7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Hari selama perlakuan hari ke- Berat tikus gram
Kontrol konsenterasi rendah
Konsenterasi tinggi
mengetahui adanya kelainan pada organ-organ tubuh tikus tersebut akibat pemberian minuman seduhan dari bubuk daun kumis kucing baik pemberian
konsenterasi rendah maupun konsenterasi tinggi.
Gambar 15. Berat relatif organ hati dan ginjal pada kelompok Kontrol, kelompok konsenterasi rendah dan kelompok konsenterasi
tinggi Organ ginjal yang ditimbang dari kelompok kontrol, Kk1 dan Kk2
memiliki nilai rata-rata berat relatif organ yang sama, yaitu 0.006 gram, sedangkan untuk organ hati pada kelompok kontrol, Kk1 dan Kk2 berturut-
turut sebesar 0.029 gram, 0.028 gram dan 0.028 gram. Data yang dihasilkan dapat mendukung bahwa pemberian minuman seduhan bubuk daun kumis
kucing tidak menimbulkan kelainan pada organ-organ tikus percobaan.
Grafik berat relatif organ tikus dapat dilihat pada Gambar 15. 3. Kadar Protein Hati Tikus Percobaan
Menurut Donatus 2001, hati merupakan gudang penyimpanan racuntoksikan yanng poten, karena organ tersebut memiliki kapasitas yang
tinggi untuk mengikat zat-zat kimia. Hasil fraksinasi sel hati tikus didapat dua fraksi, yaitu fraksi sitosol dan fraksi mikrosomal. Pada tahap awal hati
dihancurkan bersama sukrosa-buffer kemudian disentrifus agar tercampur ratahomogen dan didapat supernatan Opdycke et al., 1982. Supernatan
0.029 0.028
0.028
0.006 0.006
0.006 0.005
0.01 0.015
0.02 0.025
0.03 0.035
Kontrol konsenterasi rendah
Konsenterasi tinggi
Kelompok tikus B
e ra
t r e
la ti
f g
Organ hati Organ ginjal
disentrifus kembali dengan kecepatan yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama, tahap ini bertujuan untuk mendapatkan supernatan fraksi
sitosol dan endapan akan menjadi fraksi mikrosomal. Tahap akhir untuk mendapatkan fraksi mikrosomal adalah
penambahan larutan sukrosa-buffer tris-buffer EDTA pada endapan. Setelah proses fraksinasi sel kemudian dilakukan pengukuran kadar protein metode
Lowry, pengukuran kadar sitokrom dan pengukuran aktivitas GSH. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap kadar protein hati
tikus untuk mengetahui jumlahkadar protein yang berasal dari fraksi sitosol dan mikrosomal. Kadar protein dari fraksi sitosol memiliki nilai yang jauh
lebih tinggi dibandingkan kadar protein dari fraksi mikrosomal baik dari kelompok tikus kontrol maupun kelompok perlakuan. Kandungan protein
dari fraksi sitosol tikus kelompok kontrol, Kk 1 dan Kk 2 berturut-turut adalah 62.221 mgml, 81.311 mgml dan 75.096 mgml sedangkan dari
fraksi mikrosomal berturut-turut dari kelompok kontrol, Kk1 dan Kk2 adalah 2.272 mgml, 0.974 mgml dan 1.447 mgml.
4. Kadar Sitokrom P-420