3 Membentuk sesuatu dari origami perlu melewati tahapan dan proses tahapan
ini tak pelak mengajari anak untuk tekun, sabar serta disiplin untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan.
4 Lewat origami anak juga diajarkan untuk menciptakan sesuatu, berkarya dan
membentuk model sehingga membantu anak memperluas ladang imajinasi mereka dengan bentukan origami yang dihasilkan.
5 Apa yang dirasakan anak-anak ketika berhasil menciptakan sesuatu dari
tangan mungil mereka? Kebanggaan dan kepuasan sudah pasti. Terlebih lagi anak belajar menghargai dan mengapresiasi karya lewat origami. Belajar
membaca diagramgambar, berpikir matematis serta perbandingan proporsi lewat bentuk-bentuk yang dibuat melalui origami adalah salah satu
keuntungan lain dari mempelajari origami.
2.1.7 Kemampuan Pemecahan Masalah
Salah satu aktivitas siswa di kelas adalah pemecahan masalah yang juga terjadi dalam kehidupan sehari-harinya. Suatu pertanyaan merupakan masalah
apabila seseorang tidak mempunyai aturan atau hukum tertentu yang dengan segala cara dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban dari pertanyaan
tersebut Nasution, 2003: 170.
Cooney et al. Hudojo, 2003:152 mengatakan mengajar siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan siswa itu menjadi lebih analitis
di dalam memgambil keputusan di dalam kehidupan.
Matematika yang disajikan kepada siswa-siswa yang berupa masalah akan memberikkan motivasi siswa untuk mempelajari pelajaran tersebut. Pera siswa
akan merasa puas bila mereka dapat memecahkan masalah yang dihadapkan kepadanya. Kepuasan intelektual ini merupakan hadiah intrinsik bagi siswa
tersebut. Menurut Depdiknas Nomor 506CKepPP2004, sebagaimana dikutip
oleh Wardhani 2008: 18, bahwa indikator yang menunjukkan pemecahan masalah antara lain sebagai berikut.
1 Menunjukkan pemahaman masalah.
2 Mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan
masalah. 3
Menyajikan masalah secara matematika dalam berbagai bentuk. 4
Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat. 5
Mengembangkan strategi pemecahan masalah. 6
Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah. 7
Menyelesaikan masalah yang tidak rutin. Kemampuan pemecahan masalah dapat terlihat dari langkah-langkah yang
dilakukan siswa dalam memecahkan permasalahan matematika. Penilaian kemampuan pemecahan masalah yang digunakan pada penelitian ini mengacu
pada langkah-langkah menemukan pemecahan masalah menurut Polya. Menurut Polya 1971, terdapat empat langkah untuk menemukan solusi
pemecahan masalah, yaitu sebagai berikut.
1 Memahami masalah
Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak akan mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar. Setelah siswa dapat
memahami masalahnya dengan benar, selanjutnya mereka harus dapat menyusun rencana penyelesaian masalah.
2 Merencanakan penyelesaian
Kemampuan melakukan langkah kedua ini sangat tergantung pada pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah. Pada umumnya semakin
bervariasi pengalaman mereka, ada kecenderungan siswa lebih kreatif dalam menyusun rencana penyelesaian suatu masalah.
3 Menyelesaikan masalah sesuai rencana
Setelah rencana penyelesaian suatu masalah telah dibuat, baik secara tertulis atau tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah sesuai dengan rencana
yang dianggap paling tepat. 4
Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan
Langkah terakhir dari proses penyelesaian masalah adalah melakukan pengecekan atas apa yang telah dilakukan mulai dari langkah pertama sampai
langkah yang ketiga. Dengan cara seperti ini maka berbagai kesalahan yang tidak perlu dapat terkoreksi kembali sehingga siswa dapat sampai pada
jawaban yang benar sesuai dengan masalah yang diberikan.
2.1.8 Aktivitas Belajar Siswa