Model Discovery Learning Landasan Teori

2.1.3 Model Discovery Learning

Model Discovery Learning yang dimaksud dalam penelitian ini menekankan pengalaman-pengalaman pembelajar yang berpusat pada diri siswa. Dari pengalaman itu siswa menemukan ide-ide sendiri dan menurunkan konsep oleh mereka sendiri dan guru sebagai motivator, fasilitator, manajer dalam pelajaran. Kosasih 2014:84 a. Motivator, yakni mendorong siswa untuk mau berpikir dan bekerja keras untuk bisa belajar dengan baik. b. Fasilitator, yakni penyedia sumber belajar yang diperlukan para siswa di dalam mewujudkan penemuan-penemuannya. c. Manajer pembelajaran, yakni menata hubungan antar siswa dan rencana pembelajaran yang akan mereka lakoni, misalnya dengan berpasang- pasangan, diskusi kelompok, dan mengunjungi tempat-tempat tertentu sehingga kegiatan mereka berlangsung efektif. Sesuai dengan namanya, model Discovery Learning ini mengarahkan siswa untuk dapat menemukan sesuatu melalui proses pembelajaran yang dilakoninya. Siswa diraih untuk terbiasa menjadi seorang saintis ilmuwan. Mereka tidak hanya sebagai konsumen, tetapi diharapkan pula bisa berperan aktif, bahkan sebagai pelaku dari pencipta ilmu pengetahuan. Kosasih, 2014:83 Menurut Bruner, sebagaimana dikutip oleh Djiwandono 2008: 170 berpendapat bahwa peran guru harus menciptakan situasi, dimana siswa dapat belajar sendiri daripada memberikan suatu paket yang berisi informasi atau pelajaran kepada siswa. Brunner mengatakan Djiwandono, 2008:171: We teach a subject not to produce little living libraries on that subject, but rather to get a student to think… for himself, to consider matters as an historian does, to take part in the process of knowledge-getting. Know-ing is a process, not a product 1996 :72. Untuk itu, Brunner menyarankan siswa harus belajar melalui kegiatan mereka sendiri dengan memasukkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Dimana mereka harus didorong untuk mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen dan membiarkan mereka untuk menemukan prinsip- prinsip bagi mereka sendiri. Langkah-langkah operasional dalam mengaplikasikan model discovery learning yaitu Syah, 2008:244, 1. Langkah Persiapan a. Menentukan tujuan pembelajaran. b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya. c. Memilih materi pelajaran. d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secarainduktif dari contoh-contoh generalisasi. e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa. f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik. g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa 2. Pelaksanaan a. Stimulation stimulasipemberian rangsangan Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan Proses Belajar Mengajar PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. b. Problem statement pernyataan identifikasi masalah Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis jawaban sementara atas pertanyaan masalah. c. Data collection Pengumpulan Data. Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan collection berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. d. Data Processing Pengolahan Data Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. e. Verification Pembuktian Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing. Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. f. Generalization menarik kesimpulangeneralisasi Tahap generalisasi menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.

2.1.4 Model Pembelajaran Ekspositori