3.8.3 Taraf Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran. Teknik perhitungannya adalah dengan menghitung berapa
persen testi yang gagal menjawab benar atau berada pada batas lulus untuk tiap- tiap item. Rumus yang digunakan untuk mencari taraf kesukaran soal bentuk
uraian adalah: =
� = Untuk menginterpolasikan tingkat kesukaran soal digunakan tolak ukur
sebagai berikut: Kriteria:
� : Soal sukar
� : Soal sedang
� : Soal mudah Arikunto, 2007:210.
Soal-soal yang digunakan dalam penelitian ini soal dengan taraf kesukaran seimbang, dimana ada soal yang sukar, sedang, dan mudah. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sudjana 2005:135, adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut, keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang termasuk
mudah, sedang, dan sukar secara proporsional. Berdasarkan analisis uji coba diperoleh satu soal dengan kriteria mudah
yaitu soal nomor 6, serta empat soal dengan kriteria sedang yaitu soal nomor 1, 2, 4, dan 5. Sedangkan soal dengan kriteria sukar ada dua yaitu soal nomor 3 dan 7.
3.8.4 Daya Pembeda
Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang kurang pandai
berkemampuan rendah. Dalam hal ini tidak ada siswa yang bodoh. Daya beda ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Pada pengujian daya beda
soal, terdapat tanda negatif. Tanda negatif pada daya beda berarti soal tersebut tidak dapat membedakan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai. Atau
dengan kata lain, anak yang kurang pandai bisa mengerjakan tetapi anak yang pandai justru tidak bisa mengerjakan.Bagi suatu soal yang dapat dijawab dengan
benar oleh siswa pandai maupun siswa kurang pandai, maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya beda. Soal yang baik adalah soal yang dapat
dijawab dengan benar oleh siswa yang pandai saja. Seluruh pengikut tes dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok
pandai atau kelompok atas dan kelompok kurang pandai atau kelompok bawah. Jika seluruh kelompok atas dapat menjawab soal tersebut dengan benar, sedang
seluruh kelompok bawah menjawab salah, maka soal tersebut mempunyai daya beda paling besar yaitu 1,00. Sebaliknya jika semua kelompok atas menjawab
salah, tetapi semua kelompok bawah menjawab benar, maka daya bedanya -1,00. Tetapi jika siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah sama-sama
menjawab benar atau sama-sama salah, maka soal tersebut mempunyai daya beda 0,00, atau dengan kata lain tidak mempunyai daya beda sama sekali.
Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi pada butir soal uraian adalah: =
Keterangan: D
: Daya Pembeda : Rata-Rata Skor Kelompok Atas
: Rata- Rata Skor Kelompok Bawah maks : Skor maksimal
Kategori interpretasi skor yang diperoleh dari rumus di atas dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 3.2 Kategori Daya Pembeda
Indeks Diskriminasi D
Klasifikasi
0,00 ≤ D ≤ 0,20 Jelek
0,20 D ≤ 0,40
Cukup 0,40D
≤ 0,70 Baik
0,70 D ≤ 1,00
Baik sekali D bernilai negatif
Tidak baik
Arikunto, 2007: 211
Dari 7 butir soal yang telah diujicobakan diperoleh satu soal dengan kriteria baik yaitu soal nomor 4. Sedangkan empat soal dengan kriteria cukup yaitu soal
nomor 2,3,5, dan 7, serta dua soal dengan kriteria jelek yaitu soal nomor 1 dan 6. Butir soal nomor 2, 3, 4, 5, dan 7 dapat diterima karena daya beda
, sebagaimana diungkapkan oleh Zulaiha 2008: 28,
“soal yang baik atau diterima bila memiliki daya pembeda soal di atas 0,25 karena soal tersebut dapat
membedakan kelompok siswa yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan
rendah. Secara keseluruhan hasil analisis Butir Soal Kelas Uji Coba dapat dilihat pada Tabel 3.3. berikut.
Tabel 3.3. Hasil Analisis Butir Soal Kelas Uji Coba No
Validitas Reliabilitas
Tingkat Kesukaran
DayaPembeda Keterangan
1 Valid
Reliabel Sedang
Jelek Soal dibuang
2 Valid
Sedang Cukup
Soal dipakai 3
Valid Sukar
Cukup Soal dipakai
4 Valid
Sedang Baik
Soal dipakai 5
Valid Sedang
Cukup Soal dipakai
6 Tidak
Valid Mudah
Jelek Soal dibuang
7 Valid
Sukar Cukup
Soal dipakai
3.9 Metode Analisis Data