BSNP 2006: 140 merumuskan lima tujuan pembelajaran matematika adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.
1 Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2 Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3 Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4 Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5
Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
2.1.2 Teori Belajar
Beberapa teori belajar banyak dikembangkan oleh para ahli. Teori-teori belajar yang mendukung penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut.
2.1.2.1 Teori Ausubel
Sebagai pelopor aliran kognitif, David Ausubel mengemukakan teori belajar bermakna meaningful learning. Ia membedakan antara belajar
menemukan dengan belajar menerima. Makna dibangun ketika guru memberikan
permasalahan yang relevan dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah ada sebelumnya, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan
menerapkan idenya sendiri. Untuk membangun makna tersebut, proses belajar mengajar berpusat pada siswa Hamdani, 2010: 23.Pada belajar
menghafalkan, peserta didik hanya menghafalkan materi yang sudah diperolehnya, tetapi pada belajar menemukan materi yang telah diperoleh itu
dikembangkan dengan keadaan lain sehingga mudah dimengerti. Dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan teori belajar Ausubel adalah
pembelajaran dengan model Discovery Learning berbantuan prakarya origami. Pada model pembelajaran Discovery Learning berbantuan prakarya origami,
siswa dihadapkan pada suatu masalah kemudian mereka harus memecahkan masalah tersebut sebagai langkah awal terjadinya penemuan, baik penemuan
model matematika maupun solusi permasalahan. 2.1.2.2
Teori Bruner
Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajarannya diarahkan kepada konsep-konsep atau struktur-
struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur Suherman et al., 2003 :
43. Menurut Bruner, sebagaimana dikutip oleh Suherman et al.,
2003:44,proses belajaranya anak melewati 3 tahap berikut.
1. Tahap Enaktif
Dalam tahap ini, anak secara langsung terlihat dalam memanipulasi mengotak-atik objek.
2. Tahap Ikonik
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan anak berhubungan dengan mental, yang merupakan gambaran dari objek
– objek yang dimanipulasinya. Anak tidak langsung memanipulasi objek seperti yang dilakukan siswa dalam tahap
enaktif. 3.
Tahap Simbolik Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang
objek tertentu. Anak tidak lagi terikat dengan objek-objek pada tahap sebelumnya. Siswa pada tahap ini sudah mampu menggunakan notasi tanpa
ketergantungan dengan objek riil. Suatu proses belajar akan berlangsung secara optimal jika pembelajaran
diawali dengan tahap enaktif, dan kemudian jika tahap belajar yang pertama ini dirasa cukup, siswa beralih ke tahap belajar yang kedua, yaitu tahap belajar
dengan menggunakan modus representasi ikonik. Selanjutnya kegiatan belajar itu dilanjutkan pada tahap ketiga, yaitu tahap belajar dengan menggunakan modus
representasi simbolik. Brunner melalui teorinya itu mengungkapkan bahwa dalam proses belajar
anak sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda alat peraga. Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana
keterangan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang
diperhatikannya itu. Keteraturan tersebut kemudian oleh anak dihubungkan dengan keterangan intuitif yang telah melekat pada dirinya. Suherman et al, 2003
: 43. Teori ini sesuai dengan model Discovery Learning berbantuan prakarya
origami yang menuntut keaktifan anak dalam proses belajar secara penuh. Teori Bruner memiliki kaitan dengan Discovery Learning dimana untuk mengajarkan
anak agar mempunyai kemampuan dalam hal menguasai konsep, teorema, definisi dan
semacamnya, anak
harus dilatih
untuk melakukan
penyusunan representasinya. Untuk melekatkan ide atau definisi tertentu dalam pikiran, anak-
anak harus menguasai konsep dengan mencoba dan melakukannya sendiri. Selain itu, teori Brunner memiliki kaitan dengan prakarya origami dimana anak akan
melihat langsung bagaimana keterangan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya.
2.1.2.3 Teori Piaget