2.2.1.3.2 Percaya Diri Lahiriyah Percaya diri lahir adalah suatu sifat keyakinan seseorang atas segala yang ada
pada dirinya yang berkenaan dengan hal yang tampak. Individu tersebut akan tampil dan berperilaku dengan optmis untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya dan
menunjukkannya kepada orang lain bahwa ia mampu melakukan hal tersebut. Sosok orang yang percaya diri lahir dapat dilihat dari perbuatannya sebagai berikut a
selalu berinteraksi dengan baik, b bersikap tegas, c mengendalikan diri, d kreatif, dan e bersikap dewasa.
2.2.1.4 Perkembangan Rasa Kepercayaan Diri
Terbentuknya kepercayaan diri tidak dapat dilepaskan dari perkembangan manusia pada umumnya. Kepercayaan diri sudah terbentuk pada tahun pertama yang
diperoleh dari perlakuan orang yang merawat, mengasuh dan memenuhi segala kebutuhan anak. Sikap orangtua yang terlalu melindungi menyebabkan rasa percaya
diri anak kurang, karena sikap tersebut membatasi pengalaman anak. Kepercayaan diri terbentuk dan berkembang melalui proses belajar secara individual maupun
sosial. Proses belajar secara individual berhubungan dengan umpan balik dari lingkungan melalui pengalaman psikologik. Proses belajar secara sosial diperoleh
melalui interaksi individu dengan aktivitas kegiatannya bersama orang lain. Menurut Erickson, “tahap keempat siklus kehidupan manusia adalah industry
versus inferiority, yaitu tahap tekun versus rendah diri” Sandtrock 2010:360. Tahap
ini terjadi pada pertengahan dan akhir masa kanak-kanak. Pada tahap ini, anak-anak
memiliki ketertarikan pada bagaimana sesuatu diciptakan dan bagaimana sesuatu bekerja. Rasa keingintahuan tersebut mendorong rasa antusias anak untuk berbuat,
membangun serta bekerja terhadap suatu benda. Seorang anak laki-laki yang memiliki keingintahuan tentang kinerja sebuah sepeda akan mencoba untuk
memperbaiki dan bekerja dengan sepeda itu seolah-olah dia adalah seorang mekanik. Rasa tekun akan membuat anak memiliki semangat yang tinggi untuk melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan itu. Orang tua yang mendukung anak melakukan eksperimen akan menimbulkan rasa tekun tersebut menjadi hal yang positif dan membuat anak
memiliki kepercayaan diri. Namun, orang tua yang menganggap pekerjaan anak tersebut sebuah pekerjaan yang membuat keadaan menjadi “kacau”, akan mendorong
munculnya rasa rendah diri pada anak. Perkembangan rasa percaya diri seseorang berawal dari terbentuknya konsep
diri yang positif. Begitu juga dengan kepercayaan diri pada masa pubertas awal. “Masa ini kepercayaan diri anak puber ditandai dengan konsep diri yang positif”
Hurlock 2012:197. Konsep diri negatif pada anak puber dapat disebabkan oleh faktor dari dalam diri dan faktor dari lingkungan. Hampir semua anak memiliki
konsep diri yang kurang realistik mengenai penampilan dan kemampuannya kelak ketika dewasa. Anak memperhatikan perubahan tubuh yang sedang dialaminya dan
mengamati perilakunya yang canggung. Anak puber menjadi kecewa karena apa yang terjadi berbeda dengan yang diharapkan sehingga hal itu akan memberi pengaruh
buruk pada konsep diri . “Anak puber yang mengembangkan konsep diri negatif
terlihat dari perilakunya berupa menarik diri dari lingkungan, sedikit melibatkan diri
dalam kegiatan atau kelompok, menjadi agresif dan bersikap bertahan dan membalas dendam perlakuan yang dianggap tida
k adil” Hurlock 2012:197. Perilaku-perilaku tersebut mencerminkan rendahnya kepercayaan diri anak puber. Sehingga anak puber
yang mengembangkan konsep diri negatif selama perkembangannya akan berdampak pada tertanamnya dasar-dasar rendah diri. Namun, jika anak puber memperoleh
bantuan dari orang dewasa dalam menyikapi perubahan tubuhnya dan mampu mengembangkan konsep diri positif, mereka akan mampu mengembangkan
kepercayaan diri sampai perkembangan tahap berikutnya.
2.2.1.5 Faktor Penyebab Rendahnya Kepercayaan Diri