barunya. Hal yang sama juga disampaikan oleh Hurlock 2012:192.” “Akibat perubahan masa puber pada sikap dan perilaku anak puber antara lain anak puber
ingin menyendiri, bosan, inkoordinasi, antagonisme sosial, emosi yang meninggi, hilangnya kepercayaan diri dan terlalu sederhana”.
2.2.2.3 Bahaya Pada Masa Puber
Masa pubertas remaja putri ditandai dengan perubahan fisik yang sangat pesat. Perubahan tersebut menuntut remaja putri untuk mampu menyesuaikan diri
serta menerima kondisi fisiknya yang baru. Penerimaan terhadap perubahan –
perubahan itu amatlah penting sebab dengan menerima kondisi tubuh yang baru, remaja putri dapat memusatkan perhatiannya pada potensi yang ia miliki sehingga ia
mampu menjadi individu yang tidak terjebak dalam penyesalan terhadap kelemahan yang dimiliki yang dapat menghambat perkembangan remaja putri dalam mencapai
kebahagiaan hidupnya. Penolakan terhadap keadaan tubuhnya yang baru juga akan berdampak pada pembentukan konsep diri yang negatif sehingga mempengaruhi
tingkat kepercayaan diri remaja putri. Hal itu sesuai dengan pendapat yang telah dikemukakan oleh Hurlock 2012:197 bahwa perubahan pada tubuh remaja putri
yang mengalami masa puber awal memiliki bahaya –bahaya psikologis berupa
“konsep diri yang negatif, prestasi yang rendah, kurangnya persiapan menghadapi masa puber, penolakan terhadap tubuh yang berubah, beban menerima peran seks
yang didukung secara sosial da n penyimpangan dalam pematangan seksual”.
Disebutkan pula oleh Sandtrock 2010:95 bahwa beberapa bahaya dari pubertas awal sebagai berikut:
Remaja perempuan yang matang dini cenderung untuk merokok, minum minuman keras, depresi, memiliki gangguan makan, menuntut
kemandirian lebih dini dari oran tua, tubuh mereka cenderung membangkitkan respon dari laki-laki dan mengarah pada pacaran dan
pengalaman seksual dini. Sebagai dampak dari ketidak matangan fisik yang lebih awal, para remaja perempuan yang matang dini rentan untuk
terkena masalah perilaku karena tidak mengetahui efek jangka panjang dari perkembangan.
Kartono 2007:178 juga menjelaskan bahwa remaja perempuan pubertas awal dapat saja melakukan upaya melarikan diri dari rumah. Hal itu disebabkan oleh
“a kerisauan seksual, b kurangnya kemampuan untuk mengontrol dan mengendalikan diri, terutama emosi-emosinya, c ketidakstabilan psikis, d konflik-
konflik internbatin yang sangat intens, e kebimbangan –kebimbangan karena belum
menemukan norma yang mantap”.
Remaja perempuan yang mengalami pubertas awal menghadapi beberapa risiko yang akan mempengaruhi perkembangannya di masa mendatang. Dari uraian
beberapa pendapat yang telah penulis tuliskan, remaja perempuan yang mengalami pubertas awal memiliki risiko-risiko antara lain menghadapi keadaan tubuh yang
berubah secara drastis, kurangnya persiapan menghadapi masa puber, beban peran seks, rentan pelecehan seksual, kecemasan mengenai status sebagai wanita dewasa,
ketidakstabilan psikis, konflik-konflik internbatin yang sangat intens, dan kebimbangan
–kebimbangan terhadap pilihan dalam kehidupan sehari-hari.
2.3 Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik
Role Playing 2.3.1
Layanan Penguasaan Konten 2.3.1.1
Konsep Dasar Layanan Penguasaan Konten
2.3.2.1.1 Pengertian Layanan Penguasaan Konten Layanan pembelajaran penguasaan konten didefinisikan oleh Sukardi
2008:62 sebagai : ”layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik
mengembangkan berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya serta
berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainya sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi dan kesenian”.
Prayitno 2004 :2 juga menjelaskan bahwa ”layanan penguasaan konten
merupakan layanan bantuan kepada individu sendiri –sendiri ataupun dalam
kelompok untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar”. Hal yang sama dikemukakan oleh Tohirin 2008:158 bahwa ”layanan
konten juga bermakna suatu bantuan kepada individu siswa agar menguasai aspek –
aspek konten tertentu secara terintegrasi”. Kemampuan atau kompetensi yang diberikan merupakan suatu unit konten yang di dalamnya terkandung fakta dan data,
konsep, proses, hukum, aturan, nilai, persepsi, afeksi, sikap dan tindakan. Dengan menguasai konten tersebut, individu mampu memenuhi kebutuhannya serta
mengatasi masalah –masalah yang dialaminya.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat kita simpulkan bahwa layanan penguasaan konten sebagai salah satu layanan bimbingan konseling merupakan