dalam pelarut polar. Senyawa-senyawa yang dapat larut dalam etanol adalah glikosida, antrakuinon, steroid, alkaloid, flavonoid, klorofil, dan dalam jumlah
sedikit yang larut, yaitu lemak dan saponin Depkes RI, 1986. Penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam dari serbuk simplisia, ENBA, EEABA, dan
EABA sebesar 4,80; 0,32; 0,91; 1,42; dan 0,26; 0; 0,02; 0,07. Tujuan penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam adalah untuk
memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya simplisia dan ekstrak Depkes RI, 2000. Zat-zat ini
dapat berasal dari senyawa-senyawa oksida anorganik. Kadar abu total yang tinggi menunjukkan adanya zat anorganik logam-logam Ca, Mg, Fe, Cd, dan Pb yang
sebagian mungkin berasal dari pengotor. Kadar logam berat yang tinggi dapat membahayakan kesehatan sehingga perlu dilakukan penetapan kadar abu total dan
kadar abu tidak larut asam untuk memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung logam berat tertentu melebihi nilai yang ditetapkan karena berbahaya
toksik bagi kesehatan Suismono, dkk., 2007.
4.3 Hasil Skrining Fitokimia Simplisia dan Ekstrak
Hasil skrining fitokimia terhadap simplisia, ENBA, EEABA, serta EEBA dilakukan untuk mendapatkan informasi golongan senyawa metabolit sekunder yang
terdapat di dalamnya. Hasil skrining fitokima menunjukkan bahwa buah andaliman mengandung golongan senyawa-senyawa kimia seperti yang terlihat pada Tabel 4.2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak buah andaliman
No. PEMERIKSAAN
Simplisia ENBA
EEABA EEBA 1
Alkaloid +
- +
+ 2
Glikosida +
- +
+ 3
SteroidTriterpenoid +
+ -
- 4
Flavonoid +
- +
+ 5
Tanin +
- +
+ 6
Saponin +
- +
- 7
Antrakuinon -
- -
- Keterangan:
+
positif : mengandung golongan senyawa
- negatif : tidak mengandung golongan senyawa
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa buah andaliman memiliki potensi sebagai antikanker, yaitu dengan adanya senyawa alkaloid dan flavonoid. Golongan senyawa
kimia yang ada pada ENBA adalah steroidtriterpenoid. EEABA mengandung golongan senyawa alkaloid, glikosida, flavonoid, tanin, dan saponin. EEBA
mengandung golongan senyawa alkaloid, glikosida, flavonoid, dan tanin. Alkaloid merupakan senyawa yang sangat penting pada tumbuhan bergenus Zanthoxylum
dimana alkaloid yang mempunyai aktivitas sebagai antikanker. Golongan alkaloid dapat menyebabkan kerusakan dan pengkerutan pada membran sel sehingga
komponen penyusun membran akan berubah dan proses fisiologi membran akan terganggu. Flavonoid pada tumbuhan bergenus Zanthoxylum memberi khasiat
sebagai antitumor, antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, dan antifungi Silalahi, 2006; Patino, et al., 2012. ENBA dan EEABA yang diperoleh selanjutnya dilakukan
penelitian secara komprehensif tentang aktivitas antikankernya terhadap sel T47D yang dikombinasikan dengan doksorubisin.
Universitas Sumatera Utara
4.4 Efek Sitotoksik ENBA dan EEABA terhadap Sel Vero dan Sel T47D
Pengujian sitotoksik dilakukan untuk mengetahui potensi ketoksikan dilakukan terhadap sel Vero dan sel T47D yang dinyatakan dalam parameter IC
50
Inhibitory Concentration lalu diketahui indeks selektivitasnya.
4.4.1 Efek sitotoksik terhadap sel Vero
Perlakuan ENBA dan EEABA dengan seri konsentrasi 15,625 µgmL, 31,25 µgmL, 62,5 µgmL, 125 µgmL, dan 250 µgmL. Nilai IC
50
ENBA adalah 115,454 µgmL dan nilai IC
50
EEABA adalah 151,122 µgmL. Semakin besar nilai IC
50
ekstrak terhadap sel Vero, maka akan semakin tidak aktif menunjukkan efek toksiknya terhadap sel normal tubuh Weerapreeyakul, et al., 2012.
4.4.2 Efek sitotoksik terhadap sel T47D
Perlakuan ENBA dan EEABA dengan seri konsentrasi 15,625 µgmL, 31,25 µgmL, 62,5 µgmL, 125 µgmL, dan 250 µgmL menunjukkan adanya korelasi
antara konsentrasi larutan uji dengan efek sitotoksik yang ditimbulkan yakni semakin tinggi konsentrasi maka persentase sel yang mati juga semakin banyak. Korelasi
antara konsentrasi larutan uji dengan efek toksik yang ditimbulkan terhadap sel T47D dapat dilihat pada Gambar 4.4.
33 36
77 91
100 35
50 88
97 100
50 100
150 200
250
15,625 µgmL
31,25 µgmL 62,5 µgmL 125 µgmL
250 µgmL
kem at
ian sel
ENBA EEABA
Gambar 4.4
Korelasi antara konsentrasi larutan uji dengan efek toksik yang ditimbulkan terhadap sel T47D
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa pada ENBA dengan konsentrasi larutan uji
250 µgmL mempunyai daya hambat pertumbuhan kematian sel T47D yang paling
besar, yaitu mencapai 100. Sedangkan konsentrasi 15,625 µgmL hanya
menghambat 33. Pada EEABA dengan konsentrasi larutan uji 250 µgmL
mempunyai daya hambat pertumbuhan kematian sel T47D yang paling besar, yaitu mencapai 100. Sedangkan konsentrasi 15,625 µgmL hanya menghambat 35. Ini
membuktikan bahwa efek sitotoksik dari ekstrak dipengaruhi oleh konsentrasi larutan uji.
Berdasarkan tabel di atas, kemudian hasilnya dianalisis menggunakan SPSS 19. Untuk memperoleh nilai IC
50
sehingga didapatkan nilai IC
50
ENBA adalah 30,908 µgmL dan nilai IC
50
EEABA adalah 24,476 µgmL. Ekstrak dinyatakan aktif apabila memberikan nilai IC
50
10 – 100 µgmL Weerapreeyakul, et al., 2012. ENBA dan EEABA memiliki IC
50
di bawah 100 µgmL. Ekstrak ini dapat menjadi agen ko-kemopreventif, sebagai terapi tambahan yang dikombinasikan dengan obat
kanker modern seperti doksorubisin. Doksorubisin bersifat sitotoksik dengan menghambat sintesa DNA dan RNA melalui daya kerjanya terhadap enzim
topoisomerase II Tan, dan Rahardja, 2007. Secara klinis, doksorubisin merupakan agen kemoterapi yang aktif mengobati kanker payudara pada fase metastatik Dipiro,
et al., 2005. Kombinasi ekstrak dengan doksorubisin diharapkan mampu
menurunkan dosis doksorubisin serta dapat mengurangi efek sampingnya.
4.4.3 Pengaruh Selektivitas ENBA dan EEABA terhadap Sel Vero dan Sel T47D
Nilai indeks selektivitas ENBA dan EEABA dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Nilai indeks selektivitas IS ENBA dan EEABA
Sel T47D Sel Vero
Nilai IS IC
50
ENBA µgmL
30,908 115,454
3,73 IC
50
EEABA 24,476
151,122 6,17
Tabel 4.3 menunjukkan nilai indeks selektivitas ENBA sebesar 3,73 dan EEABA sebesar 6,17. Ekstrak dikatakan memiliki selektivitas yang tinggi yakni
toksik terhadap sel T47D dan tidak toksik tidak menyerang sel normal tubuh apabila nilai IS 3 Machana, et. al., 2011. Dengan demikian, ENBA dan EEABA
dapat dikatakan selektif.
4.5 Hasil Pengujian Kombinasi ENBA dan EEABA dengan Doksorubisin