Terapi pengobatan kanker payudara pada umumnya menggunakan terapi kombinasi ko-kemoterapi dengan obatsenyawa yang memiliki efek sinergis
terhadap sel kanker, bersifat spesifik, dan memiliki efek toksik seminimal mungkin. Terapi kombinasi hingga saat ini dikembangkan secara empiris. Namun sampai saat
ini belum ada terapi pengobatan untuk kanker payudara yang telah metastasis. Hal tersebut menuntut pengembangan cara pengobatan baru bagi kanker payudara.
Pemanfaatan senyawa alam yang non-toksik dengan efektivitas tinggi melawan kanker dapat menjadi pilihan pengembangan terapi kombinasi dengan agen
kemoterapi Tyagi, et al., 2004. Oleh karena itu, berbagai metode dapat dilakukan untuk mengembangkan dan mengevaluasi kombinasi terapi yang tepat.
2.4 Tanaman yang Bersifat Antikanker
Salah satu upaya mengatasi penyakit kanker ini adalah mengembangkan obat dari tumbuhan yang mengandung senyawa antikanker. Pengembangan obat kanker
dari tanaman ini dipandang memiliki beberapa keuntungan, seperti biaya yang lebih murah, mudah didapat, dan efek samping relatif sedikit Depkes RI, 2008. Beberapa
tumbuhan yang telah diteliti memiliki potensi sebagai antikanker dapat dilihat pada Tabel 2.1.
2.4.1 Andaliman
Andaliman Zanthoxylum acanthopodium DC. merupakan salah satu jenis rempah dari tumbuhan liar yang dikenal oleh masyarakat batak, Sumatera Utara.
Andaliman termasuk tanaman rempah yang tumbuh di pegunungan kawasan Danau Toba dan sekitarnnya. Diduga penyebaran tanaman secara umum melalui burung
yang memakan buah andaliman, kemudian melalui kotoran burung tersebut biji
Universitas Sumatera Utara
andaliman tersebar kemana-mana dan tumbuh secara liar. Di Sumatera Utara, tanaman ini tumbuh liar pada berbagai tempat, yaitu daerah Angkola, Mandailing,
Humbang, Silindung, Dairi, dan Toba Holbung Parhusip, 2006.
Tabel 2.1 Beberapa tumbuhan yang berpotensi sebagai antikanker
NO Tumbuhan Sel Kanker
Bagian yang digunakan
Organ Kombinasi
dengan Doksorubisin
Sumber
1 Keji beling
MCF-7 Ekstrak
diklorometana sub-fraksi
SCD-F9 Payudara
A 2
MDA-MB-231 Payudara
A 3
PC-3 Prostat
A 4
DU-145 Prostat
A 5
Daun sambung
nyawa WiDr
Fraksi etanol dan fraksi
etilasetat Usus besar
B 6
MCF-7 Payudara
B 7
T47D Payudara
B 8
Jintan hitam
Sel paru Ekstrak
klorofrom Paru-paru
C 9
MDA-MB-231 Asam linoleat
Payudara D
10 Buah lada MDA-MB-231
Ekstrak etanol Payudara E
11 Sambang
colok MCF-7
Ekstrak etanol Payudara
Memiliki efek sinergis
F 12
Biji buah pinang
MCF-7 Ekstrak etanol
dan fraksi kloroform
Payudara Memiliki efek
sinergis G
13 Jahe merah Sel hepar
Ekstrak etanol Hepar Memiliki efek
perlindungan terhadap
kerusakan hati
H 14 Temulawak
H 15 Kunyit
H 16
Buah andaliman
MCF-7 Ekstrak
etilasetat Payudara
Memiliki efek sinergis
I 17
Daun poguntano
MCF-7 Ekstrak n-
heksan Payudara
Memiliki efek sinergis
J 18
T47D Ekstrak
etilasetat Payudara
Memiliki efek sinergis
K 19
Bawang sabrang
T47D Ekstrak
etilasetat Payudara
Memiliki efek sinergis
L 20
Kulit batang
tanjung T47D
Fraksi air Payudara
M 21
Daun nimba
MDA-MB-231 Ekstrak etanol
Payudara N
Keterangan: A = Yacoob, et al., 2010
H = Ekowati, et al., 2013
B = Nurulita, et al., 2011 I
= Thaib, 2013 C = Rahayu, et al., 2012
J = Lestari, 2013
Universitas Sumatera Utara
D = Hasanzadeh, et al., 2011 K
= Furqan, 2014 E = Hirokawa, et al. 2006
L = Yanti, 2014
F = Untung, et al., 2008 M
= Aulianshah, et al., 2014 G = Meiyanto, et al., 2009
N = Arisanty, 2013
Sistematika tumbuhan andaliman menurut Sharma 1993 sebagai berikut: Divisi
: Spermatophyta Sub divisi
: Angiospermae Kelas
: Dicotyledoneae Anak kelas
: Dialypetalae Bangsa
: Geraniales Suku
: Rutaceae Marga
: Zanthoxylum Jenis
: Zanthoxylum acanthopodium DC. Nama asing andaliman adalah yan-jiao Cina, mouh laaht faa jiu Cina Kanton,
mao la hua jiao Cina Mandarin, indonesian lemon pepper Inggris, indonesischer zitronenpfeffer Jerman, tambhul India, sansho Jepang, dan emmayyerma Tibet
Anonim, 2012.
Andaliman merupakan tumbuhan perdu tegak dengan tinggi 3-8 m, batang dan cabang berwarna kemerahan, beralur, berbulu halus dan berduri. Buah andaliman
berbentuk bulat kecil, perikarpnya berwarna hijau tua sampai kemerahan dan warna bijinya hitam, bila digigit mengeluarkan aroma wangi, dan ada rasa getir yang tajam
dan khas, serta dapat merangsang produksi air liur. Buahnya termasuk buah sejati berdiameter 3-4 mm yang terdiri dari satu bunga dengan banyak bakal buah yang
Universitas Sumatera Utara
masing-masing bebas dan kemudian tumbuh menjadi buah tetapi berkumpul pada satu tangkai. Daunnya merupakan daun majemuk dengan panjang 2-25 cm, anak
daun 1-6 pasang dengan tangkai yang pendek, tepi daun bergerigi, ujung daun runcing, warna daun hijau dan permukaan atas daun lebih tua dibanding permukaan
bawah daun. Panjang bunganya 3 mm. Tumbuhan ini berkembang biak dengan biji. Sistem akar tunggang dimana akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok yang
bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil dan sedikit berbulu halus di seluruh permukaannya Parhusip, 2006.
Buah andaliman mengandung senyawa alkaloid, fenol hidrokuinon, flavonoid, steroidtriterpenoid, tannin, glikosida, dan minyak atsiri Parhusip, 2006.
Buah andaliman memiliki aktivitas fisiologi sebagai antioksidan dan antimikroba Wijaya, 2000; Soedarmadji, et al., 2004.
Secara tradisional, buah andaliman banyak digunakan sebagai bahan aromatik, tonik, perangsang nafsu makan, obat sakit perut, serta diare. Masyarakat
India menggunakan buah andaliman untuk mengobati kelumpuhan dan berbagai macam penyakit kulit, seperti bisul dan kusta. Buah andaliman juga digunakan
sebagai bumbu masak di Sumatera Utara, khususnya Tapanuli Utara Suryanto, et al., 2004;
2.4.2 Pengujian sifat antikanker dari berbagai tanaman obat
Hynniewta, et al., 2008; Sirait, dkk., 1991.
Pemanfaatan senyawa alam yang non-toksik dengan efektivitas tinggi melawan kanker dapat menjadi pilihan pengembangan terapi kombinasi dengan agen
kemoterapi Tyagi, et al., 2004. Oleh karena itu, berbagai metode dapat dilakukan
untuk mengembangkan dan mengevaluasi kombinasi terapi yang tepat. Uji efek
kombinasi dengan kedua metode tersebut biasanya dilakukan secara in vitro. Metode
Universitas Sumatera Utara
uji in vitro dapat digunakan sebagai uji praklinik awal untuk menggambarkan interaksi kombinasi, sehingga ketika dilakukan uji in vitro hasilnya akan lebih
efisien.
2.4.2.1 Metode pemisahan ekstraksi
Ekstrak aktif dari tanaman yang akan dilakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan pemisahan ekstraksi. Metode pemisahan ekstraksi dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu maserasi, perkolasi, reflux, digesti, sokletasi, infundansi, dan dekoktasi. Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarut
melalui beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan Depkes RI, 1986. Maserasi dapat dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian
simplisia dengan derajat halus yang cocok ke dalam sebuah bejana kemudian dituangi 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari
cahaya, sambil sesekali diaduk. Setelah 5 hari, sari diserkai, ampas diperas dan dicuci dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Sari
dipindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan di tempat sejuk dan terlindung dari cahaya selama 2 hari. Lalu dienaptuangkan dan disaring Depkes RI, 1979.
Perkolasi adalah suatu cara penarikan memakai alat yang disebut perkolator dimana simplisia terendam dalam cairan penyari, zat-zat akan terlarut dan larutan
tersebut akan menetes secara beraturan Syamsuni, 2006. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah
pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan secara terus-menerus pada temperatur yang lebih tinggi
dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C.
Universitas Sumatera Utara
Sokletasi adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan dengan alat khusus menggunakan alat soklet sehingga
terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur
pemanasan air bejana infus di atas penangas air mendidih, temperatur terukur 90 – 98°C selama waktu tertentu 15 – 20 menit. Dekoktasi adalah ekstraksi dengan
metode infus yang dilakukan selama 30 menit dengan temperatur titik didih air Depkes RI, 2000.
2.4.2.2 Metode pengujian aktivitas antikanker
Pengujian aktivitas antikanker dapat dilakukan dari beberapa parameter, antara lain uji sitotoksik, indeks selektivitas, analisis isobologram, combination index
CI, pemacuan apoptosis dan siklus sel dengan metode flow cytometry, dan pengujian ekspresi protein dengan metode imunositokimia. Uji sitotoksik dilakukan
secara in vitro untuk menentukan potensi sitotoksik suatu senyawa, seperti obat antikanker. Toksisitas merupakan kejadian kompleks secara in vivo yang
menimbulkan kerusakan sel akibat penggunaan obat antikanker yang bersifat sitotoksik. Respon sel terhadap obat sitotoksik dipengaruhi oleh kerapatan sel.
Metode MTT [3-4,5-dimetiltiazol-2-il-2,5-difenil tetrazolium bromida] adalah salah satu uji sitotoksisitas yang bersifat kuantitatif. Uji ini berdasarkan pengukuran
intensitas warna kolorimetri yang terjadi sebagai hasil metabolisme suatu substrat oleh sel hidup menjadi produk berwarna. Reaksi warna yang terjadi dapat dilihat
pada Gambar 2.3. Pada uji ini digunakan garam MTT. Garam ini akan terlibat pada kerja enzim dehidrogenase. MTT akan direduksi menjadi formazan oleh sistem
reduktase suksinat tetrazolium, yang termasuk dalam mitokondria dari sel hidup.
Universitas Sumatera Utara
Formazan merupakan zat berwarna ungu yang tidak larut dalam air sehingga dilarutkan menggunakan HCl 0,04 N dalam isopropanol atau 10 SDS dalam HCl
0,01 N. Intensitas warna ungu terbentuk dapat ditetapkan dengan spektrofotometri dan berkorelasi langsung dengan jumlah sel yang aktif melakukan metabolisme,
sehingga berkorelasi dengan viabilitas sel. Persentase viabilitas dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut Kupcik, et al., 2001.
Gambar 2.3 Reduksi MTT menjadi formazan Kupcsik, et al., 2011
absorbansi sampel Viabilitas =
x 100 absorbansi kontrol
Nilai indeks selektivitas diperoleh dengan menggunakan sel yang berasal dari ginjal monyet hijau afrika sel Vero menggunakan 3-4,5-dimethylthiazol-2-yl-2,5-
diphenyltetrazolium bromide MTT. Indeks selektivitas diperoleh dari rasio IC
50
sel Vero sel dibandingkan dengan sel kanker yang diuji. Nilai lebih tinggi dari 3
menunjukkan bahwa obat atau ekstrak memiliki selektivitas yang tinggi
Weerapreeyakul, et al., 2012. Indeks selektivitas dihitung menggunakan persamaan
di bawah ini: IC
50
sel Vero Indeks selektivitas =
IC
50
sel T47D
Universitas Sumatera Utara
Metode yang umum digunakan untuk mengevaluasi kombinasi obat adalah isobologram dan Combination Index CI.
CI= D
1
Dx
1
+ D
2
Dx
2
Keterangan: Dx
: konsentrasi satu senyawa tunggal yang dibutuhkan untuk memberikan efek sebesar efek kombinasi, yaitu IC50
terhadap pertumbuhan sel kanker payudara
D
1
dan D
2
: besarnya konsentrasi kedua senyawa untuk memberikan efek yang sama.
Combination Index CI yang diperoleh diinterpretasikan seperti pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Interpretasi nilai CI Combination Index
Sumber: Reynolds, et al., 2005 Pengujian siklus sel dan apoptosis menggunakan metode flow cytometry.
Flow cytometry adalah teknik yang digunakan untuk menghitung dan menganalisis partikel mikroskopis yang tersuspensi dalam aliran fluida Sayed, et al., 2009.
Prinsip dasar dari metode ini adalah berdasarkan fluoresensi. Suspensi sel atau partikel yang hendak dianalisa disedot atau dialirkan. Aliran dikelilingi oleh fluida
yang sempit, sel akan melewati satu demi satu melalui sinar laser terfokus. Sinar laser akan menyerang sel tersebut. Sel yang sesuai dengan cahaya laser dan panjang
gelombang yang tepat dapat dipancarkan kembali sebagai fluoresensi jika sel mengandung zat alami fluorescent satu atau lebih fluorochrome-label antibodi
melekat pada permukaan atau struktur internal sel. Penyerapan cahaya tergantung pada struktur internal sel dan ukuran dan bentuknya. Cahaya fluoresensi terdeteksi
CI Interpretasi CI Interpretasi
0,1 sinergis sangat kuat 0,1–0,3
sinergis kuat 0,3–0,7
sinergis 0,7–0,9
sinergis ringan-sedang 0,9–1,1
mendekati additif 1,1–1,45 antagonis ringan-sedang
1,45–3,3 antagonis 3,3
antagonis kuat-sangat kuat
Universitas Sumatera Utara
oleh serangkaian dioda. Filter optik berfungsi untuk memblokir cahaya yang tidak diinginkan. Hasil data disimpan melalui komputer Ulfah, 2010. Flow cytometry
dapat digunakan untuk menganalisa DNA content sel melalui pewarnaan sel dengan pewarna propidium iodide PI atau 4’,6’-diamino-2-phenylindole DAPI. Dengan
adanya fluorochrome yang memiliki kemampuan berinterkalasi dengan basa untai DNA seperti propidium iodide, maka tiap sel yang memiliki jumlah set kromosom
yang berbeda akan memberikan intensitas fluoresensi yang berbeda. Semakin banyak set kromosom maka intensitas fluoresensi akan semakin besar. Untuk pengujian
apoptosis, ditambahkan antibodi Annexin V dan propidium iodida, sedangkan pengujian siklus sel ditambahkan antibodi propidium iodida. Lalu diukur dengan alat
flow cytometer Hostanska, et al., 2004. Flow cytometer atau FACS Fluorescence Activated Cell Sorting digunakan untuk membaca intensitas fluoresensi tiap sel
Givan, 2001. Skema alat flow cytometer ditunjukkan oleh Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Skema alat flow cytometer
Pewarnaan
Sel kultur Sel yang telah
disuspensikan Penambahan
antibodi
Laser Sel
dihomogenkan
Penetapan
Ampas Layar monitor komputer
Universitas Sumatera Utara
Imunositokimia merupakan suatu metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya ekspresi suatu protein spesifik atau antigen dalam sel dengan menggunakan
antibodi spesifik yang akan berikatan dengan protein atau antigen. Ada dua jenis metode imunositokimia, yaitu metode langsung dan metode
tidak langsung. Pada metode langsung, antibodi yang mengikat fluoresen atau zat warna langsung berikatan dengan antigen pada sel. Sedangkan pada metode tidak
langsung, antigen diikatkan pada antibodi primer secara langsung kemudian ditambahkan antibodi sekunder yang mengikat enzim seperti peroksidase, alkali
fosfatase, atau glukosa oksidase. Antibodi sekunder akan berikatan dengan antibodi primer. Selanjutnya ditambahkan substrat kromogen yang akan diubah oleh enzim
sehingga terjadi pembentukan warna pigmen yang akan mewarnai sel. Untuk menjamin antibodi agar dapat mengikat antigen, sel harus difiksasi
dengan ditempelkan pada bahan pendukung padat sehingga antigen akan immobile. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menumbuhkan sel pada slide mikroskop,
coverslip, atau bahan pendukung plastik yang sesuai. Ada dua macam metode fiksasi, yaitu pelarut organik dan reagen cross-linking. Pelarut organik seperti
alkohol dan aseton akan memindahkan lipid, mendehidrasi sel, dan mengendapkan protein. Reagen cross-linking seperti paraformaldehid membentuk jembatan
intermolekuler melalui gugus amino bebas. Imunositokimia melibatkan inkubasi sel dengan antibodi. Antibodi akan berikatan dengan antigen atau protein spesifik di
dalam sel. Antibodi yang tidak berikatan dipisahkan dengan pencucian, sedangkan antibodi yang berikatan dideteksi secara langsung dengan antibodi primer berlabel
dan secara tidak langsung dengan antibodi sekuder berlabel enzim atau fluoresen. Interpretasi data ekspresi protein tertentu akan ditunjukkan dengan warna coklat pada
Universitas Sumatera Utara
sitoplasma bukan inti sel. Warna biru pada sitoplasma menunjukkan tidak adanya ekspresi pada sel atau level ekspresi yang rendah sehingga tidak terdeteksi Anonim,
2010. Keuntungan metode imunositokimia ini adalah hasil pemeriksaan cepat
didapat 24 jam, mudah, relatif murah, dan dapat digunakan untuk pemeriksaan
sampel dalam jumlah banyak Abbas, et al., 2003; Stites, et al., 1997.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN