yaitu menekan proliferasi sel dan angiogenesis Winarsi, 2005. Flavonoid dan tanin diketahui dapat menghambat aktivitas dan ekspresi Pgp. Penghambatan aktivasi dan
ekspresi Pgp memegang peranan penting dalam keberhasilan terapi kanker Zhou, et al., 2006. Penghambatan ini dapat dilakukan melalui dua sisi ikatan pada ATP-
binding sites dan steroid interacting region dimana ATPase berikatan dengan Pgp cytosolic domain Kitagawa, 2006. Saponin dapat mengenali sel kanker, karena sel
kanker memiliki membran dan struktur yang berbeda. Sel kanker memiliki lebih banyak senyawa seperti kolesterol. Saponin dapat mengikat kolesterol yang terdapat
pada membran sel kanker Sung, et al., 1995.
4.6 Pengaruh Kombinasi ENBA dan EEABA dengan Doksorubisin terhadap
Apoptosis Sel T47D
Pengujian apoptosis menggunakan metode flow cytometry dilakukan dengan berbagai perlakuan. Hasil pengujian pada kontrol sel ditunjukkan pada Gambar 4.5,
tunggal ENBA ditunjukkan pada Gambar 4.6, tunggal EEABA ditunjukkan pada Gambar 4.7, tunggal doksorubisin ditunjukkan pada Gambar 4.8, kombinasi ENBA-
doksorubisin ditunjukkan pada Gambar 4.9, dan kombinasi EEABA-doksorubisin ditunjukkan pada Gambar 4.10. Pengaruh tunggal ENBA, tunggal EEABA, tunggal
doksorubisin, kombinasi ENBA-doksorubisin, dan EEABA-doksorubisin terhadap apoptosis sel T47D ditunjukkan pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.11.
Universitas Sumatera Utara
Keterangan gambar: R1 = sel hidup R2 = sel yang mengalami apoptosis awal
R3 = sel yang mengalami apoptosis akhir dan nekrosis awal R4 = sel yang mengalami nekrosis akhir late nekrosis
Gambar 4.5 Apoptosis sel T47D kontrol
Keterangan gambar: R1 = sel hidup R2 = sel yang mengalami apoptosis awal
R3 = sel yang mengalami apoptosis akhir dan nekrosis awal R4 = sel yang mengalami nekrosis akhir late nekrosis
Gambar 4.6
Apoptosis sel T47D tunggal ENBA
Keterangan gambar: R1 = sel hidup R2 = sel yang mengalami apoptosis awal
R3 = sel yang mengalami apoptosis akhir dan nekrosis awal R4 = sel yang mengalami nekrosis akhir late nekrosis
Gambar 4.7 Apoptosis sel T47D tunggal EEABA
Universitas Sumatera Utara
Keterangan gambar: R1 = sel hidup R2 = sel yang mengalami apoptosis awal
R3 = sel yang mengalami apoptosis akhir dan nekrosis awal R4 = sel yang mengalami nekrosis akhir late nekrosis
Gambar 4.8 Apoptosis sel T47D tunggal doksorubisin
Keterangan gambar: R1 = sel hidup R2 = sel yang mengalami apoptosis awal
R3 = sel yang mengalami apoptosis akhir dan nekrosis awal R4 = sel yang mengalami nekrosis akhir late nekrosis
Gambar 4.9 Apoptosis sel T47D kombinasi ENBA-doksorubisin
Keterangan gambar: R1 = sel hidup R2 = sel yang mengalami apoptosis awal
R3 = sel yang mengalami apoptosis akhir dan nekrosis awal R4 = sel yang mengalami nekrosis akhir late nekrosis
Gambar 4.10 Apoptosis sel T47D kombinasi EEABA-doksorubisin
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Pengaruh tunggal ENBA, tunggal EEABA, tunggal doksorubisin,
kombinasi ENBA-doksorubisin, dan EEABA-doksorubisin terhadap apoptosis sel T47D
Jenis Perlakuan Kadar
R
1
R
2
R
3
R
4
Kontrol -
92,24 4,32
2,56 0,95
Tunggal ENBA IC
50
88,78 7,53
2,42 1,33
Tunggal EEABA IC
50
77,31 3,36
11,96 7,51
Tunggal doksorubisin IC
50
1,81 8,30
45,03 44,96
ENBA – doksorubisin ½ IC
50
–
1 16
IC
50
3,74 13,63
69,51 13,21
EEABA – doksorubisin
1 4
IC
50
–
1 16
IC
50
6,93 9,34
62,94 21,05
Keterangan: R1 = sel hidup
R2 = sel yang mengalami apoptosis awal R3 = sel yang mengalami apoptosis akhir dan nekrosis awal
R4 = sel yang mengalami nekrosis akhir late nekrosis
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
R1 R2
R3 R4
kontrol tunggal ENBA
tunggal EEABA tunggal dokso
ENBA - dokso EEABA - dokso
Gambar 4.11 Persentase jumlah sel yang diberi perlakuan tunggal ENBA, tunggal
EEABA, tunggal doksorubisin, kombinasi ENBA-doksorubisin, dan EEABA-doksorubisin terhadap apoptosis sel T47D
Tabel 4.5 dan Gambar 4.11 menunjukkan bahwa persentase jumlah sel yang hidup untuk kontrol sebesar 92,24, tunggal ENBA 88,78, tunggal 77,31,
tunggal doksorubisin 1,81, kombinasi ENBA-doksorubisin sebesar 3,74, dan kombinasi EEABA-doksorubisin sebesar 6,93. Penggunaan tunggal baik ENBA
S E
L
Universitas Sumatera Utara
maupun EEABA menunjukkan persentase jumlah sel hidup yang tinggi. Sedangkan penggunaan tunggal doksorubisin menunjukkan persentase jumlah sel hidup yang
rendah. Apabila ENBA dan EEABA dikombinasikan dengan doksorubisin, persentase jumlah sel hidup menjadi lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan
tunggal. Kalau dibandingkan kombinasi kedua ekstrak, maka persentase jumlah sel hidup pada kombinasi ENBA-doksorubisin lebih rendah dibandingkan dengan
kombinasi EEABA-doksorubisin. Persentase jumlah sel yang mengalami apoptosis awal R
2
untuk kontrol sebesar 4,32, tunggal ENBA sebesar 7,53, tunggal EEABA sebesar 3,36,
tunggal doksorubisin sebesar 8,30, kombinasi ENBA-doksorubisin sebesar 13,63, dan kombinasi EEABA-doksorubisin sebesar 9,34. Kombinasi ENBA-
doksorubisin terlihat lebih banyak meningkatkan jumlah sel yang mengalami apoptosis awal dibandingkan kombinasi EEABA-doksorubisin. Persentase jumlah sel
yang mengalami apoptosis akhir dan nekrosis awal R
3
untuk kontrol sebesar 2,56, tunggal ENBA sebesar 2,42, tunggal EEABA sebesar 11,96, kombinasi ENBA-
doksorubisin sebesar 69,51, dan kombinasi EEABA-doksorubisin sebesar 62,94. Persentase jumlah sel yang mengalami nekrosis akhir late necrosis R
4
untuk kontrol sebesar 0,95, tunggal ENBA sebesar 1,33, tunggal EEABA sebesar
7,51, kombinasi ENBA-doksorubisin sebesar 13,21, dan kombinasi EEABA- doksorubisin sebesar 21,05.
Dari hasil yang diperoleh, terlihat jelas perbedaan penggunaan tunggal ekstrak dan yang dikombinasikan dengan doksorubisin. Penggunaan kombinasi lebih
bagus daripada penggunaan tunggal ekstrak. Kombinasi ENBA-doksorubisin lebih memacu terjadinya apoptosis dibandingkan kombinasi EEABA-doksorubisin. Hasil
Universitas Sumatera Utara
skrining fitokimia ENBA mengandung senyawa steroidtriterpenoid yang tidak dikandung oleh EEABA. Steroidtriterpenoid merupakan senyawa yang memiliki
aktifitas antitumor yang tinggi yang telah diuji melalui kemampuan memblok nuclear factor-kappa B, menginduksi apoptosis, mengaktifkan transkripsi dan
angiogenesis. Walaupun mekanisme antikankernya pada sel kanker payudara masih belum jelas, steroidtriterpenoid dapat berguna dalam pengobatan berbagai jenis
kanker terutama bila digunakan dengan doksorubisin Petronelli, et al., 2009; Rios, et al., 2012.
4.7 Pengaruh Kombinasi ENBA dan EEABA dengan Doksorubisin terhadap