Peningkatan Kualitas Belajar Mengajar

Universitas Widyagama Malang Menuju Research and Entrepreneurship University 37 jurnal dari program pascasarjana dan LPPM. Keduanya diharapkan telah memiliki jurnal terakreditasi pada tahun 2015. Sementara program studi lain yang produktif aktiftas penelitiannya juga berkesempatan mengembangkan jurnal. Hingga tahun 2025, direncanakan Universitas telah memiliki 8 jurnal terakreditasi. Implementasi program jurnal terakreditasi ke depan adalah menjaga kesinambungan dan mendesak Widya Teknika FT mengikuti jejak pendahulunya. Kesinambungan jurnal terakreditasi sangat tergantung sumber naskah dan pembeayaannya. Rektor diharapkan tetap meng handle pembeayaan Jurnal dan mekanisme akreditasi. Subsidi diberikan kepada para penulis dosen Universitas Widyagama bila nanti dikenakan aturan kontribusi. Di Universitas lain, kontribusi bagi penulis dari luar lembaga mencapai hingga 300 ribu rupiah. Sementara itu, Dekan memilik tanggungjawab dalam mekanisme pelaksanaan redaksi dan kesinambungan terbit. Jurnal terakreditasi yang berkualitas tinggi lahir dari bidang ilmu yang spesifik. Bukan seperti bunga rampai seperti jurnal Widya Agrika saat ini. Sedangkan Widya MABIS dan Humanika sudah menunjukkan bidang ilmu yang relatif spesifik. Ke depan jurnal Widya Agrika perlu di benahi lagi karakteristiknya bila menginginkan kualitas atau nilai akreditasi yang lebih baik. Pada posisi demikian, kelak Ketua Jurusan memiliki tanggungjawab menerbitkannya bila aktiftas stafnya menunjukkan produktivitas karya ilmiah yang tinggi.

3. Peningkatan Kualitas Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar sangat gayut dengan produktivitas penelitian. Proses belajar mengajar dalam arti luas, yakni perkuliahan, praktikum, PKL hingga pembimbingan skripsi, adalah arena berlatih bagi dosen untuk mengembangkan cara berpikir, menemukan idealisme, memupuk pengalaman, dan memperoleh nilai tambah tinggi nan murah untuk memperdalam penelitian. Hasil latihan itu terwujud dalam bentuk baku mutu SAP, hand-out, modul dan diktat. Pengalaman menyusun baku mutu tersebut, memudahkan dosen menyusun kerangka berpikir penelitian yang baik. Terlebih bila baku mutu tersebut ditampilkan dalam wujud multimedia yang menarik. Universitas Widyagama Malang Menuju Research and Entrepreneurship University 38 Tabel 10. Perkembangan Proses Belajar Mengajar, Pengembangan Kompetensi dan Unit Bisnis Proses Belajar Mengajar Pengembangan Kompetensi Tahun SAP+ handout Bahan ajar Riset Group Pelatihan Metodologi SeminarForum Ilmiah Nasional TOEFL 500 Unit Bisnis group Kegiatan Kegiatan Unit 2005 25 5 5 3 3 5 0 2007 50 10 5 4 4 15 1 2009 70 20 5 5 4 50 2 2011 90 30 6 5 5 75 3 2013 95 40 6 5 5 90 3 2015 100 60 7 6 5 95 4 2017 100 80 7 6 5 100 4 2019 100 100 8 6 5 100 5 2021 100 100 9 6 5 100 5 2023 100 100 10 6 5 100 5 2025 100 100 10 6 5 100 5 Implementasi program peningkatan kualitas belajar mengajar diawali melalui pengembangan kurikulum. Perkembangan lingkungan aktual dapat diramu untuk memperkaya kebutuhan bahan ajar. Dengan baku mutu yang ada, memudahkan dosen merevisi dan mengembangkan bahan ajar sesuai kebutuhan lingkungan. Sekalipun Ketua Jurusan bertanggungjawab terhadap hal ini, namun melihat jumlah baku mutu yang masih rendah, yakni SAP kurang dari 25 persen dan diktat kurang dari 5 persen Tabel 10, dukungan Rektor dan Dekan masih sangat diperlukan untuk mendongkrak jumlahnya, yang dalam lima tahun ke depan diharapkan mencapai 100 dan 60 persen. Rektor tidak hanya menyelenggarakan program pelatihan, tetapi juga mewajibkan dosen menyusun GBPPSAP sebagai bagian dari formasi dosen pada setiap awal semester. Kegiatan dapat dilakukan katakan tiga bulan sebelum awal semester, sehingga pada saatnya dapat diaplikasikan.

4. Pengembangan Kompetensi a. Pembentukan riset group atau kelompok studi