Laboratorium Pelatihan metodologi PROGRAM PENGEMBANGAN PENELITIAN

Universitas Widyagama Malang Menuju Research and Entrepreneurship University 36

e. Laboratorium

Pengembangan laboratorium dan aktivitasnya adalah sejalan dengan aktivitas penelitian. Apabila dihitung secara kasar berdasarkan proposal yang didanai DIKTI tahun 2005, maka sesungguhnya hanya ada 12 aktivitas lab dalam setahun di lembaga ini. Jumlah tersebut setara 20 persen dibanding 60 proposal ke DIKTI tahun 2006 atau kurang dari 10 persen dibanding jumlah dosen 130 orang. Hal ini mencerminkan tingkat pemanfaatan lab yang relatif rendah untuk penelitian. Program pengembangan lab ke depan mementingkan kepada gairah aktivitasnya. Aktivitas penelitian yang tinggi menghasilkan permintaan pengadaan alat dan bahan lab. Hal ini dapat dibangun melalui kualitas penelitian yang tinggi atau bagian dari kerjasama penelitian, atau dari bantuan pemerintah. Sangat tidak bijak mengandalkan anggaran Universitas untuk pengadaan alat yang sama canggihnya dengan yang di luar negeri. Universitas dapat melanjutkan bantuan hibah dari Depdiknas maupun mendorong program studi aktif dalam PHK. Program PHK sangat efektif untuk meningkatkan kualitas sumberdaya dan kinerja penelitian secara menyeluruh, seperti terlihat pada program studi teknik mesin dan sipil. Implementasi program pengadaan alat dan bahan lab dapat dilaksanakan untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Rektor dapat memprioritaskan atau mengalokasikan anggaran setiap periode tertentu kepada fakultas. Anggaran tersebut digunakan untuk pemeliharaan, perbaikan dan pengadaan yang baru. Sementara itu Fakultas juga dapat mengadakan pengadaan alat dan bahan dari kegiatan praktikum mahasiswa.

f. Jurnal Terakreditasi

Jurnal terakreditasi merupakan wadah bagi lahirnya karya ilmiah yang berkualitas tinggi. Rencananya, dalam pertengahan tahun ini hasil akreditasi tiga jurnal, yakni MABIS FE, Widya Agrika FP dan Widya Yuridika FH akan keluar. Sedemikian jauh, pemanfaatan media ini untuk diseminasi hasil-hasil penelitian sangat baik. Hasilnya bahkan telah mampu digunakan untuk kenaikan jabatan akademik dosen. Seiring dengan makin berkembangnya lingkungan akademik, produktivitas karya ilmiah juga akan naik. Selain Widya Teknika, yang ditunggu kehadirannya adalah Universitas Widyagama Malang Menuju Research and Entrepreneurship University 37 jurnal dari program pascasarjana dan LPPM. Keduanya diharapkan telah memiliki jurnal terakreditasi pada tahun 2015. Sementara program studi lain yang produktif aktiftas penelitiannya juga berkesempatan mengembangkan jurnal. Hingga tahun 2025, direncanakan Universitas telah memiliki 8 jurnal terakreditasi. Implementasi program jurnal terakreditasi ke depan adalah menjaga kesinambungan dan mendesak Widya Teknika FT mengikuti jejak pendahulunya. Kesinambungan jurnal terakreditasi sangat tergantung sumber naskah dan pembeayaannya. Rektor diharapkan tetap meng handle pembeayaan Jurnal dan mekanisme akreditasi. Subsidi diberikan kepada para penulis dosen Universitas Widyagama bila nanti dikenakan aturan kontribusi. Di Universitas lain, kontribusi bagi penulis dari luar lembaga mencapai hingga 300 ribu rupiah. Sementara itu, Dekan memilik tanggungjawab dalam mekanisme pelaksanaan redaksi dan kesinambungan terbit. Jurnal terakreditasi yang berkualitas tinggi lahir dari bidang ilmu yang spesifik. Bukan seperti bunga rampai seperti jurnal Widya Agrika saat ini. Sedangkan Widya MABIS dan Humanika sudah menunjukkan bidang ilmu yang relatif spesifik. Ke depan jurnal Widya Agrika perlu di benahi lagi karakteristiknya bila menginginkan kualitas atau nilai akreditasi yang lebih baik. Pada posisi demikian, kelak Ketua Jurusan memiliki tanggungjawab menerbitkannya bila aktiftas stafnya menunjukkan produktivitas karya ilmiah yang tinggi.

3. Peningkatan Kualitas Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar sangat gayut dengan produktivitas penelitian. Proses belajar mengajar dalam arti luas, yakni perkuliahan, praktikum, PKL hingga pembimbingan skripsi, adalah arena berlatih bagi dosen untuk mengembangkan cara berpikir, menemukan idealisme, memupuk pengalaman, dan memperoleh nilai tambah tinggi nan murah untuk memperdalam penelitian. Hasil latihan itu terwujud dalam bentuk baku mutu SAP, hand-out, modul dan diktat. Pengalaman menyusun baku mutu tersebut, memudahkan dosen menyusun kerangka berpikir penelitian yang baik. Terlebih bila baku mutu tersebut ditampilkan dalam wujud multimedia yang menarik. Universitas Widyagama Malang Menuju Research and Entrepreneurship University 38 Tabel 10. Perkembangan Proses Belajar Mengajar, Pengembangan Kompetensi dan Unit Bisnis Proses Belajar Mengajar Pengembangan Kompetensi Tahun SAP+ handout Bahan ajar Riset Group Pelatihan Metodologi SeminarForum Ilmiah Nasional TOEFL 500 Unit Bisnis group Kegiatan Kegiatan Unit 2005 25 5 5 3 3 5 0 2007 50 10 5 4 4 15 1 2009 70 20 5 5 4 50 2 2011 90 30 6 5 5 75 3 2013 95 40 6 5 5 90 3 2015 100 60 7 6 5 95 4 2017 100 80 7 6 5 100 4 2019 100 100 8 6 5 100 5 2021 100 100 9 6 5 100 5 2023 100 100 10 6 5 100 5 2025 100 100 10 6 5 100 5 Implementasi program peningkatan kualitas belajar mengajar diawali melalui pengembangan kurikulum. Perkembangan lingkungan aktual dapat diramu untuk memperkaya kebutuhan bahan ajar. Dengan baku mutu yang ada, memudahkan dosen merevisi dan mengembangkan bahan ajar sesuai kebutuhan lingkungan. Sekalipun Ketua Jurusan bertanggungjawab terhadap hal ini, namun melihat jumlah baku mutu yang masih rendah, yakni SAP kurang dari 25 persen dan diktat kurang dari 5 persen Tabel 10, dukungan Rektor dan Dekan masih sangat diperlukan untuk mendongkrak jumlahnya, yang dalam lima tahun ke depan diharapkan mencapai 100 dan 60 persen. Rektor tidak hanya menyelenggarakan program pelatihan, tetapi juga mewajibkan dosen menyusun GBPPSAP sebagai bagian dari formasi dosen pada setiap awal semester. Kegiatan dapat dilakukan katakan tiga bulan sebelum awal semester, sehingga pada saatnya dapat diaplikasikan.

4. Pengembangan Kompetensi a. Pembentukan riset group atau kelompok studi

Kelompok studi lahir sebagai akibat keinginan mengembangkan kompetensi secara lebih terarah dan fokus. Beberapa dosen yang memiliki motivasi, semangat dan networking yang seirama bergabung dalam kelompok kecil. Keinginan ini adalah wajar. Universitas ini juga memiliki hal serupa, sekalipun dalam wadah yang masih perlu lebih difokuskan, yakni Studi Wanita, Pusat Studi Pembangunan Wilayah Universitas Widyagama Malang Menuju Research and Entrepreneurship University 39 dan Lingkungan Hidup, LP3T, LKBH, LAAM, atau LATMA. Komunikasi dalam forum kecil itu sangat efektif untuk menghasilkan ide atau proposal yang bermutu dan berdampak promosi yang signifikan bagi peneliti atau lembaga. Implementasi program pengembangan kelompok studi perlu diberi keleluasaan. Universitas bahkan perlu mendorong para doktor baru untuk berkreasi untuk mendalami kompetensinya. Sekalipun tanpa struktur formal, pencatuman kelompok studi memiliki gaung yang besar dan menambah bobot kompetensi dosen yang terjun dalam masyarakat. Ide atau opini dari kelompok studi biasanya akan lebih diterima oleh masyarakat luas. Kelompok studi memiliki fleksibilitas kurang lebih sama dengan LSM namun memiiliki bobot akademik yang lebih tinggi. Kelompok studi inilah yang melahirkan penulis kolom majalah atau surat kabar, atau kerap diundang dalam forum ilmiah atau kemasyarakatan. Apabila kelompok studi telah diakui oleh masyarakat, Universitas dapat memformalkan strukturnya dalam kerangka mengembangkan kerjasama institusi. ke depan, kelompok studi formal diharapkan makin bertambah hingga 10 buah pada tahun 2025.

b. Pelatihan metodologi

Pelatihan metodologi penelitian dalam arti luas, mencakup telaah pustaka, bahasa khususnya Inggris, identifikasi masalah, penyusunan proposal, uji statistik, metode analisis, sumber dan prosedur pendanaan, academic networking , serta pemanfaatan multimedia dan presentation masih sangat diperlukan oleh para dosen. Pelatihan metodologi yang bernuansa akademik tinggi, atau yang fokus untuk format hibah peneltian tertentu misalnya PHB atau RUT belum pernah dilakukan. Hal ini yang mengakibatkan rendahnya partisipasi dalam penyusunan proposal. Implementasi program pelatihan metodologi penelitian perlu dilaksanakan segera. Hal ini akan lebih fokus dengan mendatangkan pakar yang memahami prosedur dan kiat-kiat penyusunan proposal menjelang deadline DP3M DIKTI, RUT, Bogasari atau hibah lainnya. Penyelenggaraan pelatihan dapat direncanakan seawal mungkin dengan bantuan pembeayaan DIKTI. Hal ini telah dilakukan oleh Universitas Surabaya atau UMM. Program pelatihan non fokus dapat dilaksanakan untuk analisis statistika, pemodelan, dan sumber dan prosedur pendanaan. Universitas Widyagama Malang Menuju Research and Entrepreneurship University 40 Mendatangkan ahlinya dan melibatkan partisipasi seluruh dosen akan lebih efisien dibandingkan upaya memberangkat ke tempat lain. Sesudah sepuluh tahun di depan, kegiatan pelatihan metodologi penelitian tidak lagi mengandalkan pakar dari luar. Dosen-dosen dari dalam dengan kompetensi yang relevan dapat melaksanakan proses pembelajaran penelitian sendiri. Hal ini sedikitnya telah dilaksanakan dalam review proposal untuk penelitian dosen muda. Jumlah kegiatan untuk semua ragam pelatihan diharapkan mencapai frekwensi enam kali setahun.

c. Seminar dan pertemuan ilmiah