Gosip BENTUK-BENTUK PENGENDALIAN SOSIAL

Sosiologi SMA Kelas X 82

2. Teguran

Teguran biasanya dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap seseorang atau sekelompok orang yang dianggap melanggar etika danatau mengganggu kenyamanan warga masyarakat. Teguran merupakan kritik sosial yang dilakukan secara langsung dan terbuka sehingga yang bersangkutan segera menyadari kekeliruan yang telah diperbuat. Di dalam tradisi masyarakat kita teguran merupakan suatu hal yang tidak aneh lagi. Misalnya teguran terhadap sekelompok pemuda yang begadang sampai larut malam sambil membuat kegaduhan yang mengganggu ketentraman warga yang sedang tidur, teguran yang dilakukan oleh guru kepada pelajar yang sering meninggalkan pelajaran, dan lain sebagainya.

3. SanksiHukuman

Pada dasarnya sanksi atau hukuman merupakan imbalan yang bersifat negatif yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang yang dianggap telah melakukan perilaku menyimpang. Misalnya pemecatan yang dilakukan terhadap polisi yang terbukti telah mengkonsumsi dan mengedarkan narkoba, dan lain sebagainya. Adapun manfaat dari sanksi atau hukuman antara lain adalah: 1 untuk menyadarkan seseorang atau sekelompok orang terhadap penyimpangan yang telah dilakukan sehingga tidak akan mengulanginya lagi, dan 2 sebagai peringatan kepada warga masyarakat lain agar tidak melakukan penyimpangan.

4. Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar mencapai taraf kedewasaan. Melalui pendidikanlah seseorang mengetahui, memahami, dan sekaligus mempraktekkan sistem nilai dan sistem norma yang berlaku di tengah-tengah masyarakat.

5. Agama

Agama mengajarkan kepada seluruh umat manusia untuk menjaga hubungan baik antara manusia dengan sesama manusia, antara manusia dengan makhluk lain, dan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan yang baik dapat dibina dengan cara menjalankan segala perintah Tuhan dan sekaligus menjauhi segala larangan-Nya. Melalui agama ditanamkan keyakinan bahwa melaksanakan perintah Tuhan merupakan perbuatan baik yang akan mendatangkan pahala. Sebaliknya, melanggar larangan Tuhan merupakan perbuatan dosa yang akan mendatangkan siksa. Dengan keyakinan seperti ini, maka agama memegang peranan yang sangat penting dalam mengontrol perilaku kehidupan manusia. Sumber: ENCARTA ENCYCLOPEDIA, 2002 Cermah Keagamaan Pengendalian Sosial 83

E. Peranan Pranata Sosial bagi Upaya Pengendalian Sosial

Keteraturan sosial tidak dapat terjadi dengan sendirinya. Sebaliknya, keteraturan sosial perlu diusahakan dengan memaksimalkan peranan lembaga pranata sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat. Lembaga pranata sosial memiliki peran yang sangat penting dalam pelaksanaan pengendalian, yakni terhadap perilaku-perilaku yang menyimpang. Lembaga pranata sosial pada dasarnya dapat bersifat institusional dan noninstitusional. Lembaga pranata sosial yang bersifat institusional dapat melaksanakan peran pengendalian sosial secara formal, seperti kepolisian, lembaga pemasyarakatan, pengadilan, dan lain sebagainya. Sedangkan lembaga pranata sosial yang bersifat noninstitusional dapat melaksanakan peran-peran pengendalian sosial secara informal, seperti yang terjadi pada keluarga, teman sejawat, agama, adat istiadat, dan lain sebagainya.

1. Kepolisian

Sumber: Sumber Pikiran Rakyat Kepolisian, bertugas menjalankan penegakan hukum Lembaga kepolisian merupakan lembaga formal yang melaksanakan tugasnya berdasarkan hukum. Lembaga kepolisian memegang peranan yang sangat penting dalam mencegah dan sekaligus mengatasi perilaku menyimpang yang dilakukan oleh warga masyarakat. Tugas-tugas kepolisian berkaitan erat dengan penertiban, pemeriksaan, penangkapan, penyidikan untuk kemudian mengajukan tersangka yang ke pengadilan.

2. Pengadilan

Seperti halnya kepolisian, pengadilan merupakan lembaga formal yang melaksanakan tugasnya berdasarkan hukum yang berlaku. Pengadilan sangat berperan dalam menjamin kepastian hukum. Peran utama pengadilan adalah membuat putusan hukum terhadap warga masyarakat yang terbukti telah melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap norma hukum yang berlaku. Keputusan tersebut diambil selain berdasarkan aturan-aturan hukum yang ada juga mempertimbangkan nilai-nilai kepatutan dan kesusilaan.