PENGERTIAN PERILAKU MENYIMPANG PENGENDALIAN SOSIAL A. PENDAHULUAN ~ 78

Perilaku Menyimpang 67 Sistem nilai dan sistem norma yang berkembang pada suatu masyarakat tentu tidak selalu sama dengan sistem nilai dan sistem norma yang berkembang pada masyarakat lainnya. Di negara Belanda, misalnya, seks bebas samen laven dianggap sebagai suatu perbuatan yang wajar dan baik-baik saja. Sebaliknya, perilaku seksual di luar nikah merupakan perbuatan zina yang melanggar sistem nilai dan sistem norma yang berlaku di Indonesia. Dalam kehidupan nyata kita dapat menyaksikan betapa seringnya terjadi kejadian-kejadian yang merugikan sebagai akibat dari perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang.

C. BEBERAPA TEORI TENTANG PERILAKU MENYIMPANG

Karena perilaku menyimpang sering terjadi di tengah kehidupan masyarakat, hal ini menarik perhatian para sosiolog untuk mengadakan penelitian. Dari penelitian yang intensif dihasilkan beberapa teori tentang perilaku menyimpang. Di antaranya adalah teori fungsi, teori pergaulan berbeda, teori labeling, dan teori adaptasi.

1. Teori Fungsi

Emille Durkheim menyatakan bahwa kejahatan itu perlu agar moralitas dan hukum dapat berkembang secara normal. Pernyataan tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa kejahatan memang selalu ada karena orang yang berwatak jahat tidak mungkin dimusnahkan dari muka bumi. Justru karena adanya kejahatan itulah masyarakat perlu mengupayakan tegaknya hukum dan moralitas. Jadi Emille Durkheim menganggap bahwa kejahatan itu berfungsi bagi masyarakat agar menegakkan sistem hukum.

2. Teori Pergaulan Berbeda

Berbeda dengan Emille Durkheim, Edwin H. Sutherland mengetengahkan teori Differential Association Pergaulan Berbeda. Menurut teori ini perilaku menyimpang disebabkan oleh pergaulan yang berbeda. Pada dasarnya perilaku menyimpang merupakan perilaku yang keluar dari standar nilai dan norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Pergaulan dengan budaya lain yang memiliki standar nilai dan norma yang berbeda merupakan suatu proses bagi terbentuknya perilaku menyimpang. Misalnya kebiasaan minum-minuman beralkohol yang ditiru dari kehidupan masyarakat Barat.

3. Teori Labeling

Pelopor Teori Labeling adalah Edwin M. Lemert. Teori ini mengatakan bahwa perilaku menyimpang disebabkan oleh adanya predikat cap atau julukan yang diberikan oleh masyarakat. Seseorang yang telah melakukan perilaku menyimpang pada tahap pertama tahap primer oleh masyarakat segera dicap sebagai “orang yang berperilaku menyimpang”. Predikat seperti itu mengakibatkan seseorang mengalami sakit hati sehingga terdorong untuk melakukan penyimpangan berikutnya tahap skunder.

4. Teori Adaptasi

Robert K. Merton mengemukakan Teori Adaptasi yang mengatakan bahwa perilaku menyimpang merupakan suatu bentuk adaptasi terhadap situasi tertentu yang berbeda dengan kebiasaan yang ada. Dengan teori seperti ini Robert K. Merton ingin mengatakan bahwa perilaku menyimpang terjadi pada masa transisi terhadap sistem nilai dan sistem norma yang baru. Sosiologi SMA dan MA Kelas X Semester II 68 Kegiatan 1. Tulislah secara singkat dan jelas beberapa teori yang membahas tentang perilaku menyimpang 2. Perhatikanlah peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari Kaitkan dengan teori-teori yang membahas tentang terjadinya perilaku menyimpang Dari beberapa teori tersebut, menurut pandangan kalian manakah teori yang paling relevan? 3. Lakukan pengamatan terhadap penyimpangan-penyimpangan sosial yang terjadi di lingkungan tempat tinggal kalian. Lalu, kaitkan dengan teori-teori yang telah kalian pelajari. Jelaskan faktor-faktor yang menyebabkan munculnya perilaku menyimpang dalam kehidupan masyarakat tersebut

D. PROSES TERJADINYA PERILAKU MENYIMPANG

Sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, bahwa perilaku menyimpang terjadi ketika sebuah perilaku telah keluar dari kaidah dan etika yang telah disepakati bersama. Secara teoritis, banyak hal yang menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang. Akan tetapi secara garis besar proses terjadinya perilaku menyimpang dapat dibedakan atas 2 dua kelompok, yaitu: 1 perilaku menyimpang sebagai hasil dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, dan 2 perilaku menyimpang sebagai hasil dari proses sosialisasi terhadap sistem nilai budaya yang menyimpang.

1. Proses Sosialisasi yang Tidak Sempurna

Proses sosialisasi merupakan pra syarat terjadinya proses internalisasi. Sedangkan proses internalisasi merupakan proses pengendapan sistem nilai budaya ke dalam diri manusia, dalam arti, sistem nilai dan sistem norma yang berlaku dalam masyarakat menjadi bagian dari dirinya sendiri. Hasil dari proses internalisasi akan direfleksikan dalam bentuk kepribadian. Kepribadian inilah yang kelak diekspresikan secara nyata ke dalam bentuk perilaku. Dengan demikian, proses sosialisasi yang sempurna akan menyebabkan terbentuknya kepribadian yang sempurna. Sebaliknya, proses sosialisasi yang tidak sempurna akan menyebabkan terbentuknya kepribadian yang labil sehingga menimbulkan perilaku menyimpang. Sampai dengan uraian ini setidaknya dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa proses sosialisasi yang tidak sempurna mengandung potensi bahaya karena dapat berdampak pada terbentuknya perilaku yang menyimpang. Banyak sekali kasus-kasus yang menggambarkan proses sosialisasi yang tidak sempurna. Cerita-cerita porno yang banyak dijajakan di pinggir-pinggir jalan, gambar- gambar atau tayangan-tayangan mesum yang bermunculan pada acara televisi, bioskop, dan lain sebagainya telah disadap secara tidak sehat oleh sebagian remaja. Jika keadaan seperti ini tidak diimbangi dengan pendidikan seksual yang memadai, maka suasana kejiwaan psikologi para remaja akan mengalami kegoncangan. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya penyimpangan seksual di kalangan remaja.