Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Intensitas Nyeri pada Ibu Primigravida Kala I Fase Aktif Persalinan di Klinik Bersalin Wilayah Kerja Puskesmas Delitua Tahun 2013

(1)

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA IBU PRIMIGRAVIDA KALA I FASE AKTIF PERSALINAN

DI KLINIK BERSALIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELITUA

T E S I S

Oleh

NUR MALA SARI 117032007/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE INFLUENCE OF CLASSICAL MUSIC THERAPY ON PAINFUL INTENSITY AMONG PRIMIGRAVIDA MOTHERS AT THE FIRST

STAGE OF LABOR ACTIVE PHASE ATMATERNITY CLINICS IN THE WORKING AREA OF DELITUA HEALTH CENTER

THESIS BY

NUR MALA SARI 117032007/IKM

MASTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA IBU PRIMIGRAVIDA KALA I FASE AKTIF PERSALINAN

DI KLINIK BERSALIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELITUA

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M. Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

NUR MALA SARI 117032007/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK

TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA IBU PRIMIGRAVIDA KALA I FASE AKTIF PERSALINAN DI KLINIK BERSALIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELITUA Nama Mahasiswa : Nur Mala Sari

Nomor Induk Mahasiswa : 117032007

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes)

Ketua Anggota

(dr. Yusniwarti Yusad, M.Si)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 27 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Erna Mutiara M. Kes Anggota : 1. dr. Yusniwarti Yusad M. Si

2. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M 3. dr. Yostoto Kaban, Sp. OG


(6)

PERNYATAAN

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA IBU PRIMIGRAVIDA KALA I FASE AKTIF PERSALINAN

DI KLINIK BERSALIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELITUA

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2013 Penulis

Nur Mala Sari 117032007/IKM


(7)

ABSTRAK

Nyeri persalinan dapat diatasi dengan metode farmakologis dan non farmakologis. Metode ini menggunakan obat analgesik (farmakologis) digunakan untuk menurunkan nyeri pada ibu bersalin secara umum dapat melewati plasenta, hal ini mempunyai efek pada ibu maupun janin sehingga metode non farmakologis lebih aman dilakukan pada ibu bersalin, terapi musik merupakan salah satu terapi untuk mengurangi rasa nyeri pada ibu bersalin karena terapi musik dapat mengatur Adreno Cortico Tropic Hormone(ACTH) yang menghambat transmisi nyeri.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada ibu primigravida kala I fase aktif persalinan dengan menggunakan penelitian Pre-Eksperiment dengan tipe rancangan Static Group Comparison, jumlah responden sebanyak 46 orang yang dibagi dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol, intensitas nyeri diukur dengan kuesioner NRS (Numeric Rating Scale).

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri persalinan pada ibu primigravida kala I fase aktif (p = 0,0001). Pada kelompok intervensi rata – rata intensitas nyeri persalinan sebesar 4,48 (SD = 1,40) sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 7,17 (SD=1,34)

Sehingga disarankan untuk diinformasikan dan diterapkan bahwa terapi musik klasik salah satu intervensi dalam menurunkan intensitas nyeri pada ibu persalinan pada berbagai pelayanan kesehatan baik di Klinik Bersalin, Rumah Sakit, Puskesmas maupun di Masyarakat.


(8)

ABSTRACT

Pain in childbirth can be solved by pharmacological and non-pharmacological methods. The method which used analgesic medicine (pharmacological) is used to reduce pain maternal and generally can pass the placenta. This can affect the mothers and their fetuses so that non-pharmacological method is safer to be used maternal, Music therapy is one of therapies which can reduce pain in childbirth mothers because it can organize Adreno Cortico Tropic Hormone (ACTH) which construct the painful transmission.

The objective of the research was to know the influence of classical music therapy on painful intensity in childbirth at the first stage of labor active phase among primigravida mothers by using Pre-experimental research with Static Group Comparison design. There were 46 respondents that were divided into two groups: intervention group and control group and the painful intensity was measured with Numeric Rating Scale measurement questionnaire.

The result of the research showed that there was significant influence of classical music therapy on the painful intensity in childbirth at the first stage of labor active phase among primigravida mothers with the value of p = 0.0001; on the intervention group, the average painful intensity in childbirth it was 4.48 (SD=1.40), while in the control group was 7.17 (SD=1.34).

It is recommended that it should be necessary to inform and to implement the classical music therapy as one of the interventions which can reduce painful intensity in various health services in Maternity Clinics, Hospitals, Health Center and the community

Keywords: Painful Intensity, Classical Music Therapy


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta karunia-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Intensitas Nyeri pada Ibu Primigravida Kala I Fase Aktif Persalinan di Klinik Bersalin Wilayah Kerja Puskesmas Delitua Tahun 2013”

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A.(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Drs. Surya Utama M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawani Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.


(10)

4. Dr. Ir. Erna Mutiara M.Kes, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang selalu sabar dan sangat teliti dalam proses pembimbingan serta petunjuk dan arahan sehingga selesainya penulisan tesis ini.

5. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang selalu meluangkan waktu dan memberi motivasi, bimbingan, arahan, petunjuk hingga selesainya penulisan tesis ini.

6. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi M.K.M dan dr. Yostoto B. Kaban Sp.OG yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan tesis penelitian ini.

7. dr. Riauati Sinurat selaku Kepala Puskesmas Delitua beserta seluruh staf pegawai yang yang telah memberi izin dan membantu melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

8. Kepala Klinik Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Delitua yang telah banyak membantu peneliti dalam pelaksanaan penelitian sehingga pengambilan data berjalan dengan baik.

9. Para Dosen dan Staf di Lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

10. Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada Ayahanda (Alm Muhammad Daud) dan Ibunda Umidiah serta keluarga besar yang telah memberikan dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis melakukan penelitian.


(11)

11. Teristimewa kepada suami tercinta Iskandar Perangin – Angin dan Ananda Annisa Fadhillah PA serta Aiya Dara Auliya PA yang telah memberikan semangat dan motivasi sehingga penelitian ini selesai.

12. Teman – teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan semangat dalam penyusunan tesis ini

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian proses penelitian ini

Akhirnya saya menyadari atas keterbatasan yang ada untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan semoga tesis ini bermanfaat di pelayanan kesehatan

Medan, Oktober 2013 Penulis

Nur Mala Sari 117032007/IKM


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Nur Mala Sari yang dilahirkan di Medan Tanggal 26 Desember 1976. Anak ke tiga dari lima bersaudara dari pasangan ayahanda Alm. Muhammad Daud dan ibunda Umidiah, menikah dengan Iskandar Perangin Angin dan dikaruniai dua orang putri yaitu Annisa Fadhillah br PA dan Aiya Dara Aulia br PA yang bertempat tinggal di Kompleks RSU Sembiring Jalan Besar No 77 Delitua.

Penulis menamatkan pendidikan formal di mulai dari sekolah Dasar di SD Negeri 064979 Medan pada tahun 1984 sampai dengan tahun 1990, selanjutkan menamatkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri Bale Seutui Aceh Utara pada tahun 1990 sampai dengan tahun 1992, selanjutnya menamatkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 14 Medan pada tahun 1992 sampai dengan tahun 1995 dan melanjutkan ke Akademi keperawatan Medistra Lubuk Pakam pada tahun 1997 sampai dengan tahun 2000 dan melanjutkan ke D IV perawat pendidik pada tahun 2002 selanjutnya pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 menyelesaikan S1 Keperawatan dan Ners di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan pada tahun 2008 menyelesaikan pendidikan Akademi Kebidanan di Universitas Prima Indonesia. Tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan peminatan Kesehatan Reproduksi di Universitas Sumatera Utara

Penulis memulai karir sejak tahun 2000 sampai saat ini sebagai staf pengajar di Program Studi Kebidanan STIKes Deli Husada Delitua.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 12

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Hipotesis ... 13

1.5 Manfaat Penelitian ... 13

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1 Nyeri ... 14

2.1.1 Pengertian Nyeri ... 14

2.1.2 Teori Nyeri ... 14

2.1.3 Sifat Nyeri ... 15

2.1.4 Jenis - jenis Nyeri ... 15

2.2 Nyeri Persalinan ... 18

2.2.1 Tahapan Persalinan ... 18

2.2.2 Penyebab Nyeri Persalinan ... 19

2.2.3 Pengukuran Intensitas Nyeri ... 20

2.2.4 Faktor - faktor yang Memengaruhi Respon terhadap Nyeri Persalinan ... 21

2.2.5 Penatalaksanaan Nyeri Persalinan ... 24

2.3 Pengaruh Terapi Musik terhadap Intensitas Nyeri Persalinan ... 26

2.3.1 Defenisi Musik ... 27

2.3.2 Manfaat Musik ... 28

2.3.3 Jenis - jenis Musik ... 33

2.3.4 Durasi dan Frekuensi Mendengarkan Musik ... 35

2.3.5 Cara Kerja Musik sebagai Terapi ... 36

2.4. Landasan Teori ... 37

2.5. Kerangka Konsep ... 40


(14)

3.1 Jenis Penelitian ... 42

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 43

3.2.2 Waktu Penelitian ... 43

3.3 Populasi dan Sampel ... 43

3.3.1 Populasi ... 43

3.3.2 Sampel ... 44

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 46

3.4.1 Jenis Data ... 46

3.4.2 Metode Pengumpulan Data ... 46

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 48

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 51

3.6 Metode Pengukuran ... 52

3.7 Metode Analisis Data ... 53

3.7.1 Pengolahan Data ... 53

3.7.2 Analisis Data ... 54

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 56

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Delitua ... 56

4.2 Analisis Univariat ... 58

4.2.1 Karakteristik Responden ... 58

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Nyeri Persalinan... 59

4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jawaban Item Pernyataan tentang Kecemasan dan Dukungan ... 60

4.3 Analisis Bivariat ... 70

4.3.1 Pengaruh Variabel Independen (Terapi Musik) terhadap Intensitas Nyeri Persalinan ... 71

4.3.2 Pengaruh Variabel Confounding (Kecemasan dan Dukungan Keluarga) terhadap Intensitas Nyeri Persalinan ... 72

4.4 Analisis Multivariat ... 73

BAB 5. PEMBAHASAN ... 76

5.1 Intensitas Nyeri Persalinan ... 76

5.2 Pengaruh Variabel Independen (Terapi Musik) terhadap Intensitas Nyeri Persalinan ... 78

5.3 Pengaruh Variabel Confounding (Kecemasan dan Dukungan Keluarga) Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan ... 80

5.4 Keterbatasan Penelitian ... 82

5.4.1 Alat Ukur Penelitian ... 82

5.4.2 Pelaksanaan Terapi Musik ... 83

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 84


(15)

6.2 Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN ... 92


(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Intensitas Nyeri pada Ibu Primigravida Kala I Fase Aktif Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Delitua ... 51 3.2 Pengukuran variabel Penelitian ... 52 4.1 Data Demografi Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun

2013. ... 57 4.2 Data Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan dan Nifas Puskesmas Delitua

Kabupaten Deli Serdang Juni 2012 – Mei 2013 ... 57 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Denyut Jantung Janin (DJJ) dan

Tekanan Darah (Systole dan Diastole) pada Ibu Primigravida Kala I Fase Aktif Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Delitua ... 59 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Nyeri Persalinan pada Ibu

Primigravida Kala I Fase Aktif Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Delitua Tahun 2013 ... 59 4.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Item Pernyataan Tingkat Kecemasan ... 62 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kecemasan pada Ibu Primigravida

Kala I Fase Aktif Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Delitua Tahun 2013 ... 65 4.7 Distribusi Frekuensi Jawaban Item Pernyataan Dukungan Keluarga ... 67 4.8 Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga pada Ibu Primigravida Kala

I Fase Aktif Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Delitua Tahun 2013 .. 70 4.9 Hasil Uji Normalitas Intensitas Nyeri pada Ibu Primigravida Kala I Fase

Aktif Persalinan. ... 71 4.10 Intensitas Nyeri Persalinan Ibu Primigravida pada Kelompok Intervensi

dan Kelompok Kontrol di Klinik Bersalin Wilayah Kerja Puskesmas Delitua Tahun 2013 ... 71


(17)

4.11 Pengaruh Variabel Confounding (Kecemasan dan Dukungan Keluarga)

terhadap Intensitas Nyeri Persalinan ... 73

4.12 Alternatif Model Regresi Linear ... 74

4.13 Hasil Uji Interaksi ... 74

4.14 Pemeriksaan Confounding ... 75


(18)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Landasan Teori ... 39 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 41


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Informed Consent ... 92

2. Lembar Persetujuan ... 94

3. Prosedur Pemberian Terapi Musik ... 95

4. Protap Penelitian ... 98

5. Lembar Observasi Eksperimen ... 99

6. Lembar Kuesioner ... 101

7. Master Data Penelitian ... 105

8. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 107

9. Hasil Analisis Univariat ... 110

10. Hasil Analisis Bivariat ... 134

11. Hasil Uji Kolinearitas ... 141

12. Hasil Uji Interaksi ... 143

13 Hasil Uji Multivariat ... 145

14 Hasil Uji Counfounding ... 147


(20)

ABSTRAK

Nyeri persalinan dapat diatasi dengan metode farmakologis dan non farmakologis. Metode ini menggunakan obat analgesik (farmakologis) digunakan untuk menurunkan nyeri pada ibu bersalin secara umum dapat melewati plasenta, hal ini mempunyai efek pada ibu maupun janin sehingga metode non farmakologis lebih aman dilakukan pada ibu bersalin, terapi musik merupakan salah satu terapi untuk mengurangi rasa nyeri pada ibu bersalin karena terapi musik dapat mengatur Adreno Cortico Tropic Hormone(ACTH) yang menghambat transmisi nyeri.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada ibu primigravida kala I fase aktif persalinan dengan menggunakan penelitian Pre-Eksperiment dengan tipe rancangan Static Group Comparison, jumlah responden sebanyak 46 orang yang dibagi dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol, intensitas nyeri diukur dengan kuesioner NRS (Numeric Rating Scale).

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri persalinan pada ibu primigravida kala I fase aktif (p = 0,0001). Pada kelompok intervensi rata – rata intensitas nyeri persalinan sebesar 4,48 (SD = 1,40) sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 7,17 (SD=1,34)

Sehingga disarankan untuk diinformasikan dan diterapkan bahwa terapi musik klasik salah satu intervensi dalam menurunkan intensitas nyeri pada ibu persalinan pada berbagai pelayanan kesehatan baik di Klinik Bersalin, Rumah Sakit, Puskesmas maupun di Masyarakat.


(21)

ABSTRACT

Pain in childbirth can be solved by pharmacological and non-pharmacological methods. The method which used analgesic medicine (pharmacological) is used to reduce pain maternal and generally can pass the placenta. This can affect the mothers and their fetuses so that non-pharmacological method is safer to be used maternal, Music therapy is one of therapies which can reduce pain in childbirth mothers because it can organize Adreno Cortico Tropic Hormone (ACTH) which construct the painful transmission.

The objective of the research was to know the influence of classical music therapy on painful intensity in childbirth at the first stage of labor active phase among primigravida mothers by using Pre-experimental research with Static Group Comparison design. There were 46 respondents that were divided into two groups: intervention group and control group and the painful intensity was measured with Numeric Rating Scale measurement questionnaire.

The result of the research showed that there was significant influence of classical music therapy on the painful intensity in childbirth at the first stage of labor active phase among primigravida mothers with the value of p = 0.0001; on the intervention group, the average painful intensity in childbirth it was 4.48 (SD=1.40), while in the control group was 7.17 (SD=1.34).

It is recommended that it should be necessary to inform and to implement the classical music therapy as one of the interventions which can reduce painful intensity in various health services in Maternity Clinics, Hospitals, Health Center and the community

Keywords: Painful Intensity, Classical Music Therapy


(22)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Persalinan atau melahirkan bayi adalah suatu proses normal pada wanita usia subur. Persalinan merupakan peristiwa penting yang sangat di tunggu oleh setiap pasangan suami istri. Menyambut kelahiran sang buah hati merupakan saat yang akan sangat membahagiakan setiap keluarga. Namun mendekati proses persalinan berbagai perasaan timbul dalam hati para ibu hamil. Bayangan rasa nyeri pada saat melahirkan seringkali menghantui ibu hamil menjelang persalinan. Bagi ibu hamil, persalinan mungkin menjadi saat yang mendebarkan. Ada rasa gembira karena bakal melahirkan bayi, namun dibalik itu ada rasa takut bila mengingat rasa sakit, mulas dan nyeri yang bakal menyertainya. Saat ini timbul trend/kecendrungan para wanita muda lebih memilih persalinan secara operasi Sectio Caesarea demi menghindari nyeri saat melahirkan pervaginam (Maryunani, 2010).

Menurut Perry dan Potter (2010) yang mengutip pendapat Davis (2002) bahwa pengalaman nyeri merupakan suatu hal yang kompleks, mencakup aspek fisik, emosional dan kognitif. Nyeri adalah suatu hal yang bersifat subjektif dan personal. Stimulus terhadap timbulnya nyeri merupakan sesuatu yang bersifat fisik dan/atau mental yang terjadi secara alami. Nyeri merupakan suatu pengalaman yang melelahkan dan membutuhkan energi. Nyeri dapat mengganggu hubungan personal dan memengaruhi makna hidup.


(23)

Menurut Kastubi dkk (2011) yang mengutip Yuliatun (2008) bahwa nyeri persalinan merupakan sensasi yang tidak menyenangkan akibat stimulasi saraf sensorik. Pada kala I persalinan, nyeri disebabkan akibat adanya kontraksi uterus yang mengakibatkan dilatasi dan penipisan serviks serta iskemia pada uterus. Nyeri kala I merupakan nyeri viseral yang dirasakan ibu pada bagian bawah abdomen yang menyebar ke daerah lumbal, punggung dan paha. Rasa nyeri dipersepsikan oleh ibu bersalin akibat respon psikis dan reflek fisik. Nyeri persalinan terdiri dari komponen fisiologis dan psikologis. Rasa nyeri persalinan bersifat personal, setiap orang mempersepsikan rasa nyeri berbeda terhadap stimulus yang sama tergantung ambang nyeri yang dimilikinya.

Nyeri persalinan merupakan perhatian utama bagi setiap wanita hamil karena jika nyeri tidak teratasi akan ada dampak pada proses persalinan. Nyeri persalinan dapat memengaruhi karakteristik klinis seorang ibu diantaranya curah jantung, tekanan darah, laju pernapasan, konsumsi oksigen dan tingkat katekolamin, yang semuanya dapat membahayakan baik bagi ibu dan bayi. Nyeri persalinan dapat mengakibatkan hilangnya kontrol emosi yang mengarah ke gangguan mood. Nyeri persalinan juga disertai oleh rasa takut, yang terkait dengan lambatnya proses persalinan yang menyebabkan tingginya angka operasi caesar (Taghinejad dan Delpisheh, 2010).

Menurut Charlton (2005) bahwa nyeri persalinan dapat mengakibatkan terjadinya hiperventilasi yang menyebabkan hipokapnia dan asidosis pernafasan, meningkatkan curah jantung dan tekanan darah melalui aktifitas saraf simpatis


(24)

sehingga akan semakin bermasalah pada ibu yang penyakit jantung dan pre-eklamsia, meningkatkan sekresi katekolamin dengan risiko penyempitan uteroplasenta serta dapat memengaruhi kerja lambung, nyeri yang berkepanjangan dapat mengakibatkan terjadinya stress emosional.

Menurut Varney (2001) bahwa kecemasan yang timbul dapat disebabkan karena dua faktor yaitu antara kesenangan dan rasa nyeri yang sedang dirasakan. Salah satu bentuk kecemasannya adalah berupa ansietas primer yang timbul karena trauma kelahiran (birth trauma), dimana merupakan dasar bagi timbulnya neurotic anxiety. Salah satu bentuknya adalah free-floating anxiety yaitu suatu keadaan cemas dimana individu selalu menantikan sesuatu yang buruk yang mungkin terjadi. Akibatnya ibu akan selalu berada dalam keadaan cemas karena takut menghadapi akibat yang buruk dalam situasi yang tidak menentu. Proses persalinan yang nyaman merupakan salah satu pelayanan kesehatan reproduksi dalam ruang lingkup kesehatan reproduksi. Ibu bersalin merupakan pendekatan siklus hidup kesehatan reproduksi pada wanita dengan memperhatikan hak–hak reproduksi perorangan (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012)

Menurut defenisi dari International Association of Pain, nyeri merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan memengaruhi mental emosional seseorang yang disertai dengan kerusakan jaringan, salah satu sakit yang paling berat dialami oleh manusia adalah nyeri persalinan. Selama persalinan, rasa sakit yang berlebihan menyebabkan ketakutan dan kecemasan. Ini merangsang sistem saraf simpatik untuk meningkatkan sekresi katekolamin yang mengarah kepada


(25)

meningkatnya tekanan darah. Hal ini akan lebih memperberat rasa sakit, dan berpotensi memperpanjang proses persalinan, sehingga mengakibatkan pengalaman yang sangat tidak menyenangkan dari kelahiran bayi. Selain itu, dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi pada janin meliputi posisi janin, gangguan sirkulasi oksigen ke janin, APGAR skor rendah dan akhirnya dapat menyebabkan kematian ibu (Dolatian dkk, 2011).

Kematian ibu diperkirakan 287.000 terjadi di seluruh dunia pada tahun 2010, ini berarti bahwa setiap hari sekitar 800 ibu meninggal dunia yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan. Di Sub Sahara Afrika Angka Kematian Ibu (AKI) 500/100.000 kelahiran hidup, Asia Selatan AKI 188/100.000 kelahiran hidup dan tahun 2008 di Negara – Negara ASEAN Angka Kematian Ibu di Singapura 9/100.000 kelahiran hidup, Malaysia 31/100.000 kelahiran hidup, Thailand 48/100.000 hidup, Vietnam 56/100.000 hidup, Filipina 94/100.000 kelahiran hidup, Brunai Darussalam 21/100.000 kelahiran hidup, Myanmar 240/100.000 kelahiran hidup (WHO, 2010). Angka Kematian Ibu di Indonesia lebih tinggi dibandingkan Negara-Negara ASEAN lainnya (Kemenkes RI, 2011).

Berdasarkan data SDKI tahun 2007 bahwa angka kematian ibu di Indonesia sebesar 228/100.000 kelahiran hidup dan jumlah kematian sejumlah 11.534 orang, 50 % terjadi di lima Provinsi yaitu Jawa Barat sebesar 19,8%, Jawa Tengah sebesar 15,3%, Nusa Tenggara Timur sebesar 5,6%, Banten 4,7% dan Jawa Timur 4,3%, sementara di Sumatera Utara mencapai 3.6%, Kalimantan Barat 3,1%, Sulawesi Selatan 3,0 %, Sulawesi Tengah 3,0%, Lampung 2,9%, Nusa Tenggara Barat 2,9%,


(26)

Kalimantan Selatan 2,8%, Aceh 2,5 %, Sumatera Selatan 2,4%, Riau 2,2%, Jambi 1,9%, Maluku 1,9%, Sumatera Barat 1,7%, Sulawesi Utara 1,7 %, Sulawesi Selatan 1,7%, Papua Barat 1,2%, Kalimantan Tengah 1,1%, Sulawesi Barat 1,1%, Yogyakarta 1,1%, Gorontalo 1,1%, Bangka Belitung 1,1%, Kepulauan Riau 1,1%, Bali 0,9%, Bengkulu 0,9% dan Jakarta 0,6% (Hernawati, 2011).

Jumlah ibu bersalin di Indonesia tahun 2010 sebesar 4.830.609 orang (Kemenkes RI, 2011), di Sumatera Utara tahun 2010 sejumlah 302.212 orang (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2011) dan di Kabupaten Deli Serdang jumlah ibu bersalin tahun 2010 mencapai 36.802 orang (Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2011). Menurut Ratnawati dkk (2011) dari 32 ibu bersalin kala I fase aktif, sebagian besar (59,37%) mengalami nyeri persalinan berat. Hal ini sesuai dengan teori Mander (2003) menyebutkan bahwa nyeri yang paling dominan dirasakan pada saat persalinan yaitu selama kala I persalinan. Secara fisiologi nyeri persalinan mulai timbul pada persalinan kala I fase laten dan fase aktif, timbulnya nyeri disebabkan oleh adanya kontraksi uterus yang mengakibatkan dilatasi dan penipisan serviks. Dengan semakin bertambahnya volume dan frekuensi kontraksi uterus, nyeri yang dirasakan akan bertambah kuat dan puncak nyeri terjadi pada fase aktif.

Menurut Afifah dkk (2010) yang mengutip pendapat Bobak (2000) bahwa pengalaman melahirkan sebelumnya juga dapat memengaruhi respon ibu terhadap nyeri. Bagi ibu primigravida belum mempunyai pengalaman melahirkan dibandingkan ibu multigravida. Ibu yang pertama kali melahirkan akan merasa stres atau takut dalam menghadapi persalinan. Ibu multigravida sudah mempunyai


(27)

pengalaman melahirkan sehingga mampu merespon rasa nyeri tersebut. Ibu yang melahirkan dalam keadaan rileks, semua lapisan otot dalam rahim akan bekerja sama secara harmonis sehingga persalinan akan berjalan lancar, mudah dan nyaman. Menurut Hasyim dkk (2012) berdasarkan penelitian yang di lakukan di Pakistan bahwa risiko terjadinya kematian ibu lebih berisiko pada ibu primigravida di bandingkan pada ibu multigravida.

Menurut penelitian Olayemi (2011) di Inggris mengatakan bahwa Semua wanita mengalami nyeri selama persalinan hal ini merupakam fisiologis yang disebabkan oleh adanya kontraksi otot-otot rahim dan pelepasan beberapa neurotransmiter sinyal nyeri. Menurut Taghinejad dan Delpisheh (2010) di Amerika Serikat, 63% dari wanita yang melahirkan menggunakan analgesic epidural untuk mengurangi rasa nyeri saat bersalin, 60 % primigravida dan 40 % multigravida mengalami nyeri hebat pada fase aktif persalinan, nyeri persalinan pada ibu bersalin menjadi perhatian lebih karena kegagalan dalam mengurangi rasa nyeri persalinan mengakibatkan adanya dampak pada proses persalinan.

Menurut Norwitz dalam Ratnawati (2011) nyeri yang terjadi pada kala I persalinan diakibatkan oleh dilatasi serviks dan kontraksi uterus (iskemia miometrium). Sensasi nyeri yang dirasakan oleh ibu menjalar dari bagian bawah abdomen tepatnya di uterus melewati saraf aferen viseral (simpatik) dan menyebar ke daerah lumbal, punggung, dan paha. Nyeri tersebut dirasakan ibu saat kontraksi dan menurun atau menghilang pada interval kontraksi.


(28)

Menurut Dewi dan Indarwati (2010) dalam penelitian Suhaila (2011) bahwa salah satu alasan dilakukan operasi seksio sesarea yang dilakukan tanpa pertimbangan dari segi medis di antaranya karena permintaan pasien. Tidak sedikit kasus yang ditemui di rumah sakit tentang seorang ibu yang tidak ingin merasakan sakit sewaktu melahirkan secara normal akibat kontraksi rahim, biasanya tanpa pertimbangan, mereka meminta untuk dilakukan seksio sesarea agar ibu tidak merasakan sakit pada saat melahirkan bayinya.

Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010 tercatat bahwa jumlah persalinan melalui bedah caesarea secara nasional berjumlah kurang lebih 15,3% dari jumlah total persalinan. Secara umum di Indonesia, jumlah persalinan caesarea di Rumah Sakit Negeri 25% dari total persalinan, sedangkan di Rumah Sakit Swasta jumlahnya sangat tinggi yaitu sekitar 30 – 80% dari total persalinan. Rumah Sakit Umum Daerah 45 Kuningan termasuk rumah sakit negeri milik pemerintah. Selama tahun 2008 tercatat terdapat 1826 persalinan baik yang termasuk persalinan normal maupun secara sectio caesarea. Pada bulan Maret 2008, terdapat 106 ibu yang bersalin baik normal maupun Sectio Caesarea. Sekitar 75% dari 106 persalinan tersebut dilakukan secara normal (per vaginam), 20% lainnya dilakukan dengan cara sectio caesarea dengan indikasi dan 5% sisanya dilakukan melalui sectio caesarea atas permintaan ibu hamil sendiri (Heryanti dan Dara, 2009)

Indikasi persalinan seksio sesarea di rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta di kota Medan menurut penelitian Sitorus (2007) bahwa di rumah sakit pemerintah indikasi medis mencapai 69,3 % dan indikasi non medis 29,1%


(29)

sedangkan di rumah sakit swasta indikasi medis 30,7 % dan indikasi non medis mencapai 70,9% dan menurut penelitian Salfariani (2012) bahwa faktor – faktor yang memengaruhi ibu memilih persalinan seksio sesarea tanpa indikasi medis yaitu kesepakatan suami istri 86,4%, pengetahuan 81,8%, faktor sosial 72,7%, kepercayaan 54,5%, faktor ekonomi 36,4%, pekerjaan (18,2%) dan kecemasan akan nyeri persalinan (59,1%).

Menurut Judha dkk (2012) bahwa faktor-faktor yang memengaruhi respon terhadap persepsi nyeri adalah budaya, kecemasan, pengalaman persalinan, dukungan keluarga (support System) dan persiapan persalinan. Banyak metode yang di lakukan untuk mengurangi rasa nyeri, yang di bagi dalam dua kelompok utama yaitu metode farmakologis dan non farmakologis, metode yang menggunakan obat analgesik untuk menurunkan nyeri pada ibu bersalin secara umum dapat melewati plasenta, hal ini mempunyai efek pada ibu maupun janin, sistem pernafasan janin menjadi lemah. Hal yang paling penting untuk menghilangkan rasa sakit yaitu mudah untuk di lakukan, nyaman dan mampu memelihara kesejahtraan janin, metode non farmakologi dapat memenuhi kriteria tersebut (Dolatian dkk, 2011).

Menurut Mander (2003) penurunan nyeri persalinan dapat menggunakan metode farmakologis yaitu dengan menggunakan obat – obatan seperti Analgesia inhalasi dan opioid sedangkan metode non farmakologis meliputi relaksasi, hipnoterapi, imajinasi, umpan balik biologis, psikoprofilaksis, masase, sentuhan terapeutik, akupresur, akupuntur, TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation), hidroterapi, homeopatidan terapi musik.


(30)

Selanjutnya menurut Kemper dan Danhauser (2005) dalam penelitian Dewi (2009) menjelaskan mengenai manfaat musik, musik selain dapat meningkatkan kesehatan seseorang juga dapat meringankan dari rasa sakit, perasaan – perasaan dan pikiran yang kurang menyenangkan serta membantu untuk mengurangi rasa cemas. Melalui terapi musik dapat mengurangi kecemasan dan sensasi nyeri. Relaksasi adalah salah satu efek psikologis dari terapi musik yang dapat menurunkan denyut jantung, laju pernapasan dan metabolisme (Taghinejad dan Delpisheh, 2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fulton (2005) dalam penelitian Husna (2010) bahwa pada wanita yang mengalami nyeri persalinan kala I fase aktif menunjukkan bahwa terjadi penurunan persepsi nyeri yang signifikan dengan menggunakan musik sebagai terapi dibandingkan kelompok yang tidak mendapatkan terapi musik, terapi musik juga merupakan salah satu tehnik efektif bagi wanita yang mengalami gangguan koping dengan masalah nyeri.

Menurut Kustiningsih dan Hartati (2008) yang mengutip pendapat Nurseha dan Djaafar (2002) menyatakan bahwa musik klasik mempunyai fungsi menenangkan pikiran dan katarsis emosi, serta dapat mengoptimalkan tempo, ritme, melodi dan harmoni yang teratur dan dapat menghasilkan gelombang alfa serta gelombang beta dalam gendang telinga sehingga memberikan ketenangan yang membuat otak siap menerima masukan baru, efek rileks dan menidurkan. Selain itu musik klasik berfungsi mengatur hormon–hormon yang berhubungan dengan stress antara lain ACTH, prolaktin dan hormon pertumbuhan serta dapat menaikkan kadar endorphin sehingga dapat mengurangi nyeri.


(31)

Endorfin merupakan substansi seperti morfin yang di produksi oleh tubuh (termasuk zat kimia endogen) dan mempunyai konsentrasi kuat dalam sistem syaraf. Endorfin ini berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri dengan memblok transmisi impuls dalam otak dan medulla spinalis. Sel-sel inhibitori dalam karnu dorsalis medulla spinalis menghasilkan endorphin yang akan menghambat transmisi nyeri dan efektifitasnya bisa dipengaruhi oleh distraksi menurut Brunner dan Suddart (2002) dalam Kustiningsih dan Hartati (2008).

Menurut Alatas (2007) dalam penelitian Hermawati (2009) dikatakan bahwa salah satu jenis musik yang dapat untuk menurunkan rasa nyeri adalah jenis musik klasik. Musik klasik dipromosikan sebagai sebuah produk seni yang tidak sekedar untuk menghibur (ertertaining effect), tapi juga mempunyai efek menunjang belajar (learning-support effect) serta efek memperkaya pikiran (encriching-mind effect), berbagai penelitian menemukan fakta bahwa musik Mozart berefek sangat positif bagi kesehatan manusia, sebenarnya bukan hanya musik Mozart saja yang mempunyai efek mengagumkan tetapi semua musik yang berirama lembut serta mampu menenangkan suasana juga diidentifikasi memiliki efek Mozart.

Puskesmas Delitua terletak di Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang, jumlah klinik Swasta di wilayah kerja puskesmas ada 6 Klinik Bersalin dan 5 Rumah Sakit Swasta. Berdasarkan data di Puskesmas Delitua jumlah Kunjungan K4 dari Bulan Januari s/d Desember tahun 2012 sebanyak 896 ibu hamil dan jumlah ibu bersalin normal sebanyak 602 orang. Setelah dilakukan observasi di Klinik Bersalin wilayah kerja Puskesmas Delitua di dapatkan data bahwa jumlah ibu bersalin normal


(32)

sebanyak 602 orang dan yang dirujuk ke Rumah Sakit sejumlah 287 orang, karna bersalin dengan tindakan seksio sesaria, dari 287 yang dirujuk 89 orang (31%) dengan indikasi sosial (ibu melakukan seksio sesarea bukan karena indikasi medis melainkan permintaan sendiri karena tidak tahan merasakan nyeri yang dialami pada kala I fase aktif persalinan).

Nyeri persalinan dapat diatasi dengan metode farmakologis dan non farmakologis, metode yang menggunakan obat analgesik (farmakologis) untuk menurunkan nyeri pada ibu bersalin secara umum dapat melewati plasenta, hal ini mempunyai efek pada ibu maupun janin sehingga metode non farmakologis lebih aman dilakukan pada ibu bersalin karena metode non farmakologis tidak mempunyai efek pada ibu maupun pada janin, metode ini mempunyai efek fisiologis dan mampu mengatur hormon-hormon yang dapat menaikkan kadar endorphin untuk mengurangi rasa nyeri. Terapi musik merupakan salah satu terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri pada ibu bersalin karena terapi musik dapat mengatur hormon ACTH, prolaktin dan hormon lainnya untuk menaikkan kadar endorphin yang dapat menghambat transmisi nyeri. Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan penelitian dengan judul pengaruh terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada ibu primigravida kala I fase aktif persalinan di Klinik Bersalin swasta wilayah kerja Puskesmas Delitua tahun 2013.


(33)

1.2 Permasalahan

1.1.1. Masih banyak ibu bersalin yang merasa takut untuk bersalin normal, hal ini di

sebabkan bahwa rasa takut dan cemas terhadap nyeri persalinan sehingga ibu bersalin tidak merasa nyaman, saat ini timbul trend/kecendrungan para wanita muda lebih memilih persalinan secara sectio sesaria demi menghindari rasa nyeri persalinan, maka berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang akan diteliti adalah “Apakah ada pengaruh terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada ibu primigravida kala I fase aktif persalinan di Klinik Bersalin Swasta Wilayah Kerja Puskesmas Delitua tahun 2013?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada ibu primigravida kala I fase aktif persalinan di Klinik Bersalin Swasta Wilayah Kerja Puskesmas Delitua tahun 2013.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada ibu primigravida kala I fase aktif persalinan di Klinik Bersalin Swasta Wilayah Kerja Puskesmas Delitua Tahun 2013.


(34)

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi bidan, penelitian ini diharapkan sebagai salah satu altenatif terapi yang dapat di lakukan dan di terapkan oleh bidan dalam pelayanan kesehatan untuk mengurangi terjadinya nyeri persalinan.

2. Bagi peneliti lainnya penelitian ini sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya dan sebagai bahan pembanding untuk pengembangan penelitian sejenis.


(35)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri

2.1.1 Pengertian Nyeri

Menurut Assosiasi Internasional yang khusus mempelajari tentang nyeri (The International Associational for the Study of Pain /IASP) mendefinisikan nyeri sebagai suatu yang tidak menyenangkan bersifat subjektif dan berhubungan dengan panca indra, serta suatu pengalaman emosional yang dikaitkan dengan kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial yang di gambarkan sebagai suatu yang dapat menyebabkan nyeri secara psikologis (Perry dan Potter, 2010).

Menurut Maryunani (2010) nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial, sehingga menyebabkan individu bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri tersebut. Menurut Reeder dkk (2011) nyeri adalah pengalaman pribadi, subjektif, berbeda antara satu orang dengan orang lain dan dapat juga berbeda pada orang yang sama diwaktu berbeda.

2.1.2 Teori Nyeri

Menurut Maryunani (2010) terdapat teori yang menjelaskan tentang nyeri yaitu Gate Kontrol Theory, salah satu teori nyeri yang paling dapat diterima dan dipercaya, teori nyeri ini diajukan oleh Melzak dan Wall pada tahun 1965. Dasar


(36)

pemikiran pertama Gate Kontrol Theory adalah bahwa keberadaan dan intensitas pengalaman nyeri tergantung pada transmisi tertentu pada impuls-impuls syaraf. Kedua, mekanisme gate/pintu sepanjang sistem syaraf mengontrol/mengendalikan transmisi nyeri. Akhirnya, jika gate terbuka, impuls yang menyebabkan sensasi nyeri dapat mencapai tingkat kesadaran. Jika gate tertutup, impuls tidak mencapai tingkat kesadaran dan sensari nyeri tidak dialami.

2.1.3 Sifat Nyeri

Menurut Perry dan Potter (2006) dalam penelitian Arfina (2012) Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulasi tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan bersifat individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan mental. Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi diri, apabila seseorang yang mengalami nyeri maka perilakunya akan berubah, misalnya seseorang yang kakinya mengalami dislokatio menghindari aktifitas mengangkat barang yang memberi beban penuh pada kakinya untuk mencegah cidera lebih lanjut. Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan jaringan, yang pertimbangan utama pada saat pengkajian nyeri.

2.1.4 Jenis-jenis Nyeri

Nyeri dikategorikan dengan durasi atau lamanya (akut atau kronis) atau dengan kondisi patologis. Nyeri akut/sementara bersifat melindungi, memiliki penyebab yang dapat diindentifikasi, berdurasi pendek dan memiliki sedikit kerusakan jaringan serta respon emosional, pada akhirnya nyeri akut akan ditangani


(37)

dengan atau tanpa pengobatan setelah jaringan yang rusak sembuh. Hal ini di sebabkan karena nyeri akut dapat diprediksi waktu penyembuhannya dan penyebabnya dapat diidentifikasi, hal ini akan membuat tim medis merasa termotivasi untuk segera menangani nyeri tersebut.

Nyeri kronis berlangsung lebih lama dari yang diharapkan, tidak selalu memiliki penyebab yang dapat diidentifikasi dan dapat memicu penderitaan yang teramat sangat bagi seseorang. Seseorang dengan nyeri kronis terkadang tidak menunjukkan gejala yang jelas dan tidak bisa beradaptasi terhadap nyeri, dengan kata lain orang tersebut terlihat lebih menderita seiring dengan waktu dapat menyebabkan kelelahan secara fisik dan mental. Gejala-gejala yang berhubungan dengan nyeri kronis mencakup kelelahan, sukar tidur, anoreksia, penurunan berat badan, apatis, merasa putus asa dan marah (Perry dan Potter, 2010)

Menurut Price dan Wilson (2005) dalam Judha dkk (2012), nyeri berdasarkan lokasi atau sumbernya yaitu :

a. Nyeri Somatik Superfisial (Kulit)

Nyeri kulit berasal dari struktur-struktur superficial kulit dan jaringan subkutis. Stimulus yang efektif untuk menimbulkan nyeri di kulit dapat berupa rangsang mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik. Apabila kulit yang hanya terlibat, nyeri sering dirasakan sebagai penyengat, tajam, meringis atau seperti terbakar, tetapi apabila pembuluh darah ikut berperan menimbulkan nyeri, sifat nyeri menjadi berdenyut.


(38)

b. Nyeri Somatik Dalam

Nyeri somatik dalam mengacu kepada nyeri yang berasal dari otot, tendon, ligamentum, tulang, sendi dan arteri. Struktur-struktur ini memiliki lebih sedikit reseptor nyeri sehingga lokalisasi nyeri kulit dan cenderung menyebar ke daerah sekitarnya.

c. Nyeri Visera

Nyeri visera mengacu kepada nyeri yang berasal dari organ-organ tubuh. Reseptor nyeri visera lebih jarang dibandingkan dengan reseptor nyeri somatik dan terletak di dinding otot polos organ-organ berongga. mekanisme utama yang menimbulkan nyeri visera adalah peregangan atau distensi abnormal dinding atau kapsul organ, iskemia dan peradangan.

d. Nyeri Alih

Nyeri alih didefenisikan sebagai nyeri berasal dari kata salah satu daerah di tubuh tetapi dirasakan terletak di daerah lain. Nyeri visera sering dialihkan ke daerah kulit yang dipersyarafi oleh segmen medulla spinalis yang sama dengan viksus yang nyeri tersebut berasal dari masa mudigah, tidak hanya ditempat organ tersebut berada pada masa dewasa.

e. Nyeri Neuropati

Sistem syaraf secara normal menyalurkan rangsangan yang merugikan dari sistem saraf tepi ke sistem saraf pusat yang menimbulkan perasaan nyeri. Dengan demikian lesi di sistem saraf tepi dan sistem saraf pusat dapat menyebabkan


(39)

gangguan atau hilangnya sensasi nyeri. Nyeri neuropatik sering memiliki kualitas seperti terbakar, perih atau seperti tersengat listrik. Dengan demikian nyeri sering bertambah parah oleh stress emosi atau fisik (dingin, kelelahan) dan mereda oleh relaksasi.

2.2 Nyeri Persalinan

Nyeri dalam persalinan merupakan stimulus yang dirasakan ibu selama proses persalinan. Respon nyeri dapat dilihat dari perubahan sikap, cemas, merintih, menangis bahkan sampai meraung (Hutahaean, 2009). Nyeri adalah bagian integral dari persalinan dan melahirkan menurut Melzack (1984) dikutip oleh mander (2003). Menurut Judha dkk (2012) yang mengutip pendapat Cunningham (2004) mengatakan bahwa nyeri persalinan sebagai kontraksi miometrium, merupakan proses fisiologis dengan intensitas yang berbeda pada masing-masing individu.

2.2.1 Tahapan Persalinan

Menurut Maryunani (2010) proses persalinan dibagi menjadi 4 tahapan atau dikenal dengan istilah kala yaitu :

a. Kala I atau kala pembukaan/pematangan serviks, yaitu dari saat mulai terbukanya saluran leher rahim/serviks uteri sampai pembukaan lengkap.Kala I persalinan di mulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm), persalinan kala I di bagi 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif. Fase laten persalinan dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap, pembukaan serviks kurang dari


(40)

4 cm, biasanya berlangsung hingga dibawah 8 jam. Sementara pada fase aktif persalinan frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih), serviks membuka dari 4 cm sampai dengan 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih perjam hingga pembukaan lengkap (10 cm), terjadi penurunan bagian terbawah janin. Fase aktif dibagi menjadi 3 yaitu fase akselerasi, fase dilatasi maksimal dan fase deselerasi (Hidayat dan Sujiyatini, 2010). Pada primigravida terjadinya kala I persalinan pada fase laten selama 20 jam dan fase aktif selama 1,2 cm/jam sedangkan pada multigravida terjadinya kala I persalinan fase laten selama 14 jam dan fase aktif selama 1,5 cm/jam (Bobak, 2004)

b. Kala II disebut juga sebagai kala pengeluaran, yaitu sejak pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.

c. Kala III atau kala pelepasan uri/kala pelepasan plasenta yaitu dari saat lahir bayi sampai keluarnya plasenta.

d. Kala IV atau observasi paska persalinan, yaitu sejak plasenta dilahirkan sampai satu jam setelah proses persalinan.

2.2.2 Penyebab Nyeri Persalinan

Menurut Judha dkk (2012) nyeri persalinan yang dialami oleh ibu yang akan bersalin disebabkan oleh :


(41)

Kontraksi rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan serviks serta iskemia rahim akibat kontraksi arteri miometrium, karena rahim merupakan organ internal maka nyeri yang timbul disebut nyeri visceral. Pada persalinan nyeri dapat dirasakan ibu pada punggung bagian bawah dan sacrum, biasanya ibu mengalami nyeri ini selama kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antar kontraksi.

b. Regangan Otot Dasar Panggul

Jenis nyeri ini timbul pada saat mendekati kala II, tidak seperti nyeri visceral, nyeri ini terlokalisir di daerah vagina, rektum dan perineum sekitar anus. Nyeri ini disebut dengan nyeri somatik dan disebabkan peregangan struktur jalan lahir bagian bawah akibat penurunan bagian terbawah janin.

c. Kondisi Psikologis

Nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan menimbulkan rasa cemas. Takut, dan tegang yang memicu produksi hormon prostaglandin sehingga timbul hormon. Kondisi hormon dapat memengaruhi kemampuan tubuh menahan rasa nyeri.

2.2.3 Pengukuran Intensitas Nyeri

Kata-kata deskriptif sering memiliki nilai numeris yang ditambahkan dalam upaya untuk lebih memperjelas hubungan antara berbagai tingkat nyeri menurut Wright (1988) dalam Prasetyo (2010). Skala pengukuran nyeri NRS (Numerical Rating Scale) digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini ibu bersalin dapat di nilai nyeri persalinan dengan skala 0-10. Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri dan angka 10 mengidentifikasikan nyeri paling berat


(42)

yang dirasakan, skala ini efektif digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah pemberian terapi musik (Prasetyo, 2010).

2.2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Respon terhadap Nyeri Persalinan

Faktor-faktor yang memengaruhi respon terhadap nyeri persalinan adalah : a. Budaya

Persepsi dan ekspresi terhadap nyeri persalinan dipengaruhi oleh budaya individu. Menurut Mulyati (2002) dalam Judha dkk (2012) menjelaskan bahwa budaya memengaruhi ekspresi nyeri intranatal pada ibu primigravida, sehingga penting untuk mengetahui bagaimana kepercayaan, nilai, praktik budaya memengaruhi seorang ibu dalam mempersepsikan dan mengekspresikan nyeri persalinan. Menurut Finnerty (2006) bahwa musik dapat memengaruhi fisiologi tubuh dan keadaan pikiran seseorang, dalam mengatasi nyeri klinis, model biopsikososial sangat berpengaruh saat ini sehingga budaya juga dapat memengaruhi seseorang dalam pemilihan penggunaan musik untuk mengatasi rasa nyeri.

b. Kecemasan

Stres atau rasa takut ternyata secara fisiologis dapat menyebabkan kontraksi uterus menjadi terasa semakin nyeri dan sakit dirasakan. Karena saat wanita dalam kondisi inpartu tersebut mengalami stress maka secara otomatis tubuh akan melakukan reaksi defenisif sehingga secara otomatis dari hormon tersebut merangsang tubuh mengeluarkan hormon stressor yaitu hormon kotekolamin dan hormon adrenalin, kotekolamin ini akan dilepaskan dalam konsentrasi tinggi saat


(43)

persalinan jika calon ibu tidak bisa menghilangkan rasa takutnya sebelum melahirkan, sehingga uterus menjadi semakin tegang, aliran darah dan oksigen ke dalam otot – otot uterus berkurang karena arteri mengecil dan menyempit akibatnya adalah rasa nyeri yang tidak terelakkan (Judha, 2012)

Menurut Paice (1991) dalam Marpaung (2011) menyatakan bahwa stimulus nyeri mengaktifkan sistem limbik yang diyakini dapat mengendalikan emosi seseorang khususnya ansietas. Kecemasan sering meningkatkan persepsi nyeri dan nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan cemas sehingga sulit memisahkan antara kecemasan dan persepsi nyeri, hubungan keduanya bersifat kompleks.

c. Pengalaman Persalinan

Menurut Judha (2012) bahwa Pengalaman persalinan sebelumnya juga dapat memengaruhi respon ibu terhadap nyeri, bagi ibu yang mempunyai pengalaman yang menyakitkan dan sulit pada persalinan sebelumnya, perasaan cemas dan takut pada pengalaman lalu akan memengaruhi sensitifitas rasa nyeri. Menurut Maryunani (2010) bahwa pengalaman nyeri yang lalu mengubah sensitifitas ibu terhadap nyeri, selain itu keberhasilan atau kurang berhasilnya tindakan pengurangan nyeri memengaruhi harapan ibu terhadap penyembuhan nyeri.

d. Dukungan Keluarga (Support System)

Dukungan dari pasangan, keluarga maupun pendamping persalinan dapat membantu memenuhi kebutuhan ibu bersalin, juga membantu mengatasi rasa nyeri. Kehadiran pendamping selama proses persalinan, sentuhan penghiburan dan dorongan orang yang mendukung sangat besar artinya karena dapat membantu ibu


(44)

saat proses persalinan. Pendamping ibu saat proses persalinan sebaiknya adalah orang yang paling peduli pada ibu dan yang paling penting adalah orang yang diinginkan ibu untuk mendampingi ibu selama proses persalinan (Rukiyah dkk, 2011)

e. Persiapan Persalinan

Persiapan persalinan tidak menjamin persalinan akan berlangsung tanpa nyeri. Namun, persiapan persalinan diperlukan untuk mengurangi perasaan cemas dan takut akan nyeri persalinan sehingga ibu dapat memilih berbagai tehnik atau metode latihan agar ibu dapat mengatasi ketakutannya (Judha, 2012)

f. Terapi Musik

Terapi musik mempunyai efek positif pada nyeri dan kecemasan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup individu. Musik dapat mengurangi denyut jantung seseorang, tekanan darah, suhu tubuh, laju respirasi dan mampu mengalihkan perhatian ke yang lain sehingga mampu mengurangi persepsi nyeri (Demir, 2011). Musik selain dapat memengaruhi suasana hati, kini musik diketahui memiliki kekuatan yang mengagumkan. Secara fisik, emosi dan spiritual. Bunyi, nada dan ritme yang terkandung dalam musik dapat mempertajam pikiran, meningkatkan kreativitas dan menyembuhkan penyakit dalam tubuh, bahkan musik mampu meredakan kecemasan para calon ibu yang akan melahirkan dan membantu mengeluarkan endorphin yaitu pemati rasa sakit alamiah yang dimiliki tubuh sehingga mengurangi kebutuhan akan obat anastesi, menurut Campbell (2002) dalam penelitian Mulyono (2008).


(45)

2.2.5 Penatalaksanaan Nyeri Persalinan

Menurut Mander (2003) bahwa penatalaksanaan nyeri ada dua yaitu secara farmakologis dan non farmakologis :

1. Metode Farmakologis

Metode farmakologis pada nyeri persalinan meliputi analgesia yang dapat menurunkan dan mengurangi rasa nyeri dan anastesi yang menghilangkan sensasi bagian tubuh baik parsial maupun total menurut Pilliteri (2003) dalam Budiarti (2011). Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis pada ibu ini diupayakan dapat menimbulkan efek yang seminimal mungkin bagi ibu seperti kesadaran, kontraksi uterus, kekuatan ibu mendorong dan juga pada janinnya. Penatalaksanaan secara farmakologis ini dapat mengurangi nyeri persalinan secara efektif dengan memberikan sensasi rasa nyeri yang minimal, rasa nyaman dan rileks.

Menurut Judha dkk (2012) untuk mengurangi rasa nyeri persalinan dengan menggunakan metode farmakologis dapat memilih jenis obat yang digunakan antara lain:

a. Analgesia Narkotik (Mereperidine, Nalbuphine, Butorphanol, Morfin Sulfate Fentanyln)

b. Analgesia regional (Epidural, spinal dan kombinasinya) c. ILA (Intra thecal Labor Analgesia)


(46)

Metode non farmakologis dapat diberikan oleh ibu bersalin oleh sebahagian besar pemberi asuhan kesehatan baik dokter, bidan dan perawat, metode non farmakologis lebih efektif dibandingkan dengan metode farmakologis, metode farmakologis lebih mahal dan berpotensi mempunyai efek yang kurang baik, baik itu bagi ibu maupun pada janin. Sementara metode non farmakologis bersifat murah, simpel, efektif tanpa efek yang merugikan dan dapat meningkatkan kepuasan selama persalinan karena ibu dapat mengontrol perasaannya dan kekuatannya (Maryunani, 2010). Hal yang penting di dalam mengurangi nyeri bukan jumlah nyeri yang dialami oleh ibu bersalin namun bagaimana ibu bersalin tersebut dapat memenuhi harapan dirinya sendiri dalam mengatasi nyeri persalinan (Bobak dkk, 2004)

Menurut Reeder (2011) menyatakan bahwa ada tiga sistem pereda nyeri non farmakologis yaitu :

a. Sistem Motivasional Afektif

Sistem motivasional afektif menyebabkan respons fight-or-flight (melawan dan menghindar) terhadap nyeri, sistem pereda nyeri yang lain tidak akan

efektif jika respons fight-or-flight ini tidak ditangani namun jika ditangani akan muncul respons relaksasi fisiologis yang merupakan tujuan utama penatalaksanaan nyeri dalam persalinan.

b. Sistem Sensori Diskriminatif

Menurut Hilbers dkk (1986) dalam Reeder (2011) bahwa untuk mengurangi nyeri dapat menggunakan sistem sensori diskriminatif, tiga reseptor perifer dapat


(47)

digunakan yaitu mekanoreseptor, termoreseptor, dan kemoreseptor. Ketiga reseptor disuplai oleh serabut saraf yang memiliki kecepatan berbeda dalam konduksi/penghantaran ke korteks. Persepsi nyeri menurun karena informasi sensori mencapai otak sebelum informasi nyeri. Sistem sensori diskriminatif yang dapat dilakukan pada ibu bersalin meliputi : pengaturan posisi pada ibu, stimulasi kutaneus, panas dan dingin, masase, effleurage, TENS (Transcutaneous Electric Nerve Stimulation),acupressure, sentuhan terapeutik.

c. Sistem Kognitif Evaluatif

Menurut Turner dkk (1990) dalam Reeder (2011) bahwa penggunaan strategi kognitif evaluatif merupakan pembelajaran respons perilaku yang baru terhadap nyeri dan stress dapat memberi wanita rasa memiliki kemampuan untuk mengendalikan nyeri dan menurunkan emosi, pikiran dan penilaian negatif terhadap nyeri, pada akhirnya rasa ini dapat mengurangi nyeri, penderitaan dan perilaku nyeri. sistem kognitif evaluatif ini dapat dilakukan dengan tehnik pernafasan, memusatkan perhatian, imajinasi, pergerakan fisik yang berpola, bimbingan verbal, distraksi, hypnosis dan terapi musik.

2.3 Pengaruh Terapi Musik terhadap Intensitas Nyeri Persalinan

Menurut Reeder (2011) bahwa musik merupakan salah satu penatalaksanaan penurunan intensitas nyeri secara non farmakologis. Musik terbukti mampu mengurangi kecemasan fisiologis pada individu yang siap menjalani perawatan serta tercatat adanya penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pasien. Pemberian


(48)

fasilitas musik ini menunjukkan penurunan denyut jantung, tingkat respirasi dan kebutuhan oksigen. Musik juga dapat menimbulkan efek neuroendokrin yang berguna bagi pasien. Musik bisa meningkatkan suatu respons seperti endorphin yang dapat memengaruhi suasana hati, sehingga mampu menurunkan kecemasan, dalam hal ini menurut para ahli musik mengalihkan pasien dari rasa nyeri, memecah siklus kecemasan dan ketakutan yang meningkatkan reaksi nyeri, serta memindahkan perhatian pada sensasi yang menyenangkan (Aizid, 2011)

2.3.1 Defenisi Musik

Musik sesungguhnya sudah dikenal sejak puluhan abad silam, jauh sebelum peradaban manusia terbentuk. Pada dasarnya musik adalah bunyi dan segala sesuatu yang dapat menimbulkan bunyi, inilah yang melatarbelakangi musik. Musik menurut Aristoteles mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, karena mempunyai daya terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotism. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, musik adalah seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi dan hubungan temporal atau menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan (Aizid, 2011)

Menurut Maryunani dan Sukaryati (2011) bahwa terapi musik merupakan suatu bentuk kegiatan yang mempergunakan musik dan lagu/nyanyi secara terpadu dan terarah didalam membimbing ibu hamil dan ibu bersalin, terapi musik adalah bentuk terapi dengan mempergunakan musik secara sistematis, terkontrol dan terarah dalam menyembuhkan, merehabilitasi, mendidik dan melatih anak – anak dan orang dewasa yang menderita gangguan fisik, mental ataupun emosional.


(49)

Menurut Campbell (2001) dalam penelitian Saputra (2011) mendefinisikan musik sebagai bahasa yang mengandung unsur universal, bahasa yang melintasi batas usia, jenis kelamin, ras, agama, dan kebangsaan. Musik muncul di semua tingkat pendapatan, kelas sosial dan pendidikan. Musik berbicara kepada setiap orang dan kepada setiap spesies. Terapi musik terdiri dari dua kata, yaitu “terapi” dan “musik”. Kata “terapi” berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu atau menolong orang. Biasanya kata tersebut digunakan dalam konteks masalah fisik dan mental. Kata “musik” dan terapi musik digunakan untuk menjelaskan media yang digunakan secara khusus dalam rangkaian terapi.

Menurut Djohan (2006) dalam penelitian Dewi (2009) mendefinisikan terapi musik sebagai sebuah aktifitas terapeutik yang menggunakan musik sebagai media untuk memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan kesehatan emosi.

2.3.2 Manfaat Musik

Menurut Pusat Terapi Musik dan Gelombang Otak Indonesia mengatakan bahwa manfat musik adalah :

1. Relaksasi Mengistirahatkan Tubuh dan Pikiran

Manfaat yang pasti dirasakan setelah melakukan terapi musik adalah perasaan rileks, tubuh lebih bertenaga dan pikiran lebih fresh. Terapi musik memberikan kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk mengalami relaksasi yang sempurna. Dalam kondisi relaksasi (istirahat) yang sempurna itu, seluruh sel dalam tubuh akan


(50)

mengalami re-produksi, penyembuhan alami berlangsung, produksi hormon tubuh diseimbangkan dan pikiran mengalami penyegaran.

2. Meningkatkan Kecerdasan

Sebuah efek terapi musik yang bisa meningkatkan intelegensia seseorang disebut Efek Mozart. Hal ini telah diteliti secara ilmiah oleh Frances Rauscher et al dari Universitas California. Penelitian lain juga membuktikan bahwa masa dalam kandungan dan bayi adalah waktu yang paling tepat untuk menstimulasi otak anak agar menjadi cerdas, karena otak anak sedang dalam masa pembentukan, sehingga sangat baik apabila mendapatkan rangsangan yang positif, jika seorang ibu yang sedang hamil sering mendengarkan terapi musik, janin di dalam kandungannya juga ikut mendengarkan. Otak janin akan terstimulasi untuk belajar sejak dalam kandungan..

3. Meningkatkan Motivasi

Motivasi adalah hal yang hanya bisa dilahirkan dengan perasaan dan mood tertentu. Apabila ada motivasi, semangat pun akan muncul dan segala kegiatan bisa dilakukan. Begitu juga sebaliknya, jika motivasi terbelenggu, maka semangat pun menjadi luruh, lemas, tak ada tenaga untuk beraktivitas. Dari hasil penelitian, ternyata jenis musik tertentu bisa meningkatkan motivasi, semangat dan meningkatkan level energi seseorang.


(51)

Musik ternyata sangat berpengaruh terhadap pengembangan diri seseorang. karena musik yang didengarkan menentukan kualitas pribadi, orang yang punya masalah perasaan, biasanya cenderung mendengarkan musik yang sesuai dengan perasaannya.

5. Meningkatkan Kemampuan Mengingat

Terapi musik dapat meningkatkan daya ingat dan mencegah kepikunan. Hal ini bisa terjadi karena bagian otak yang memproses musik terletak berdekatan dengan memori. Sehingga ketika seseorang melatih otak dengan terapi musik, maka secara otomatis memorinya juga ikut terlatih. Atas dasar inilah terapi musik banyak digunakan di sekolah-sekolah modern di Amerika dan Eropa untuk meningkatkan prestasi akademik siswa. Sedangkan di pusat rehabilitasi, terapi musik banyak digunakan untuk menangani masalah kepikunan dan kehilangan ingatan.

6. Kesehatan Jiwa

Terapi musik banyak digunakan oleh psikolog maupun psikiater untuk mengatasi berbagai macam gangguan kejiwaan, gangguan mental atau gangguan psikologis.

7. Mengurangi Rasa Sakit

Musik bekerja pada sistem saraf otonom yaitu bagian sistem saraf yang bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung dan fungsi otak, yang mengontrol perasaan dan emosi kedua sistem tersebut bereaksi sensitif terhadap musik, frustasi dan marah dapat menegangkan otot-otot tubuh, hasilnya rasa sakit menjadi semakin parah. Mendengarkan musik secara teratur membantu tubuh relaks


(52)

secara fisik dan mental, sehingga membantu menyembuhkan dan mencegah rasa sakit. Dalam proses persalinan, terapi musik berfungsi mengatasi kecemasan dan mengurangi rasa sakit. Sedangkan bagi para penderita nyeri kronis akibat suatu penyakit, terapi musik terbukti membantu mengatasi rasa sakit.

8. Menyeimbangkan Tubuh

Stimulasi musik membantu menyeimbangkan organ keseimbangan yang terdapat di telinga dan otak. Jika organ keseimbangan sehat, maka kerja organ tubuh lainnya juga menjadi lebih seimbang dan lebih sehat.

9. Meningkatkan Kekebalan Tubuh

Jenis musik yang kita dengar sesuai dan dapat diterima oleh tubuh manusia, maka tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan sejenis hormon (serotonin) yang dapat menimbulkan rasa senang sehingga tubuh akan menjadi lebih kuat (dengan meningkatnya sistem kekebalan tubuh) dan membuat kita menjadi lebih sehat. 10. Meningkatkan Olahraga

Mendengarkan musik selama olahraga dapat memberikan olahraga yang lebih baik dalam beberapa cara, di antaranya meningkatkan daya tahan, meningkatkan mood dan mengalihkan dari setiap pengalaman yang tidak nyaman selama olahraga.

Menurut Campbell (2001) dalam penelitian Dewi (2009) menerangkan bahwa musik memiliki beberapa manfaat yaitu : (1) musik menutupi bunyi dan perasaan yang tidak menyenangkan; (2) musik dapat memperlambat dan menyeimbangkan gelombang otak; (3) musik memengaruhi pernafasan; (4) musik memengaruhi denyut jantung, denyut nadi, dan tekanan darah; (5) musik mengurangi nyeri, ketegangan


(53)

otot dan memperbaiki gerak serta koordinasi tubuh; (6) musik juga memengaruhi suhu badan; (7) musik dapat mengatur hormon-hormon yang berkaitan dengan stress; (8) musik dapat memperkuat ingatan dan pelajaran; (9) musik mengubah persepsi kita tentang waktu; (10) musik dapat memperkuat ingatan dan pelajaran; (11) musik dapat meningkatkan produktivitas; (12) musik meningkatkan asmara dan seksualitas; (13) musik merangsang pencernaan; (14) musik meningkatkan daya tahan; (15) musik meningkatkan penerimaan tidak sadar terhadap simbolisme; (16) musik dapat menimbulkan rasa aman dan sejahtera.

Musik bisa menimbulkan keadaan yang mengatasi kesadaran, menyembuhkan dan mengembalikan keselarasan serta memurnikan jiwa (Mucci dan Mucci, 2002). Menurut Arfina (2012) menyatakan bahwa musik merupakan sebuah rangsangan pendengaran yang terorganisasi, terdiri atas melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya. ketika musik diaplikasikan menjadi sebuah terapi maka ia dapat meningkatkan, memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial dan spiritual setiap individu serta bersifat universal, nyaman dan menyenangkan. Oleh sebab itu penggunaan terapi musik bisa diterapkan secara luas pada semua orang dalam berbagai kondisi.

Penggunaan musik di rumah-rumah sakit masa kini mulai banyak, hal ini disebabkan efek musik yang menenangkan dan menyenangkan pasien, sehingga berakibat pada kondisi kesehatan khususnya jantung dan pembuluh darah. Informasi dalam bentuk musik diyakini dapat menguntungkan karena tidak mengganggu pekerjaan dibandingkan informasi verbal dan mengandung lebih banyak informasi


(54)

dibandingkan peringatan verbal dan pada pasien yang mengalami kecemasan tingkat tinggi jika pemberian informasi yang terlalu banyak akan memperburuk nyeri menurut Hakim (2008) dalam penelitian Hermawati (2011).

Menurut Kusuma (2009) bahwa musik memiliki banyak kegunaan di dunia kesehatan terutama musik klasik yang banyak digunakan sebagai terapi karena musik dapat memberikan efek yang berpengaruh terhadap kerja sistem tubuh manusia seperti sistem saraf pusat. Musik klasik yang digunakan sebagai terapi telah banyak dilakukan di beberapa rumah sakit dan pada umumnya menunjukkan kemajuan yang berarti bagi penderita.

2.3.3 Jenis-jenis Musik

Menurut Aizid (2011) bahwa banyak aliran musik yang dapat digunakan sebagai terapi kesehatan dan kecerdasan yaitu :

a. Alternative yaitu jenis musik yang bersuara keras dan meliputi musik pop dan rok yang tengah menjadi trend saat ini, banyak musik alternative yang sangat melodis, menyenangkan dan di dukung oleh lirik serta melodi yang positif dan membangkitkan semangat, untuk itu jenis musik ini bisa dijadikan sebagai terapi kesehatan dan kecerdasan.

b. Ambient, musik ambient adalah musik yang mengambang, digunakan sebagai musik yang bertujuan untuk rileks.

c. African, musik aliran ini berasal dari Afrika dengan gaya musik poliritmis yang dapat membangkitkan semangat dan membuat hati gembira.


(55)

d. Baroque yaitu jenis musik yang tepat jika diasosiasikan dengan relaksasi. Musik ini sangat bergam serta dapat menggugah semangat riang dan ringan.

e. Big Band yaitu jenis musik dansa dengan orkestra yang bisa membuat semangat yang menggebu gebu.

f. Bluergrass yaitu jenis musik yang awalnya dipopulerkan oleh Bill Monroe yang biasanya mengacu pada musik country yang digunakan untuk berdansa. Musik ini bersifat sangat menghibur dengan nada – nada religious didalamnya.

g. Classical yaitu jenis musik yang banyak digunakan orang sebelum awal tahun 1900-an. Musik klasik yang terkenal adalah karangan Mozart yang memiliki kejernihan, keanggunan dan kebeningan, jenis musik ini mampu memperbaiki konsentrasi, ingatan, mengurangi stress dan persepsi spesial (Saputra, 2011)

h. Easy Listening yaitu musik kontemporer yang dikemas sebagai versi instrumental dengan iringan orkestra dari lagu lagu terkenal saat ini serta diproduksi untuk relaksasi dan musik latar.

i. Jazz yaitu jenis musik yang dapat menenangkan atau sangat menggairahkan seperti berirama kompleks yang mengiringi rangkaian suara melodis dan tidak harmonis.

j. Minimalism yaitu jenis musik yang sangat sederhana dan berulang ulang dengan sedikit variasi pada melodi atau ritmenya, efeknya bisa membuat kita rileks sampai terhipnotis atau terhanyut jika dikemas dengan benar.

Dari sekian banyak karya musik klasik sebenarnya gubahan milik Wolfgang Amandeus Mozart (1756-1791) yang paling dianjurkan. Beberapa penelitian sudah


(56)

membuktikan bahwa musik – musik karyanya memberikan efek paling positif bagi perkembangan janin, bayi dan anak – anak. Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Alfred Tomatis dan Don Campbell mengistilahkan dengan efek Mozart. Dibanding gubahan musik klasik lainnya, melodi dan frekuensi yang tinggi pada karya – karya Mozart mampu merangsang dan memberdayakan daerah kreatif dan motivatif di otak, yang tidak kalah penting adalah kemurnian dan kesederhanaan musik Mozart itu sendiri. Komposisi yang disusunnya telah berhasil menghasilkan kembali keteraturan bunyi yang pernah dialami bayi selama dalam kandungan (Ainy, 2011).

Menurut penelitian Kesuma (2009) bahwa musik klasik karangan Mozart dengan judul Andante, Piano Concerto no. 21 in C Major KV. 467 mampu memberikan tingkat konsentrasi yang tinggi setelah diberikan musik klasik Mozart. Musik klasik Mozart mempunyai ketukan yang pelan dan sesuai dengan irama denyut jantung orang dewasa sehingga menimbulkan perasaan tenang. Musik klasik dengan tempo 60 per menit mengaktifkan otak kiri dan kanan, kerja simultan pada otak kiri dan kanan dapat memaksimalkan proses belajar dan penyimpanan informasi. Musik klasik karya Mozart memiliki kemurnian dan kesederhanaan dalam bunyi – bunyi yang dimunculkannya. Musik klasik karya Mozart ringan, tidak rumit, tidak datar dan tidak membangkitkan gelombang – gelombang emosi yang naik turun dengan tajam.

2.3.4 Durasi dan Frekuensi Mendengarkan Musik

Menurut Djohan (2006) dalam penelitian Saputra (2011) mengatakan bahwa sebuah musik dapat saja terdengar lembut dan tenang. Walaupun diperpanjang berjam-jam dan tidak dapat dibuat macam-macam, sebenarnya sebuah nada dengan


(57)

sendirinya telah membawa pulsa gelombang yang memengaruhi pikiran dan tubuh dalam berbagai tingkatan. Mendengar musik sebenarnya tidak sesederhana proses persepsi sensor yang pasif. Telinga bertanggung jawab untuk respons fisiologis dari vibrasi mekanisme yang masuk ke kanal pendengaran, tetapi semua itu tergantung pula pada pikiran pendengar dalam mengkonsepsi melodinya, yang mana untuk mendapatkan hasil tersebut harus dilakukan setiap hari berulang-ulang, sehingga sebuah melodi bukan hanya nada-nada dengan perangkat fisika saja. Akibatnya adalah harus ada pembedaan dengan istilah mendengarkan dan mendengar musik.

Terapi musik yang dilakukan untuk menghasilkan efek yang diinginkan belum memiliki pedoman waktu dan pelaksanaan yang jelas. Pemberian terapi musik dengan jenis musik yang tepat dan diberikan pada pasien yang tepat tidak akan memberikan efek yang membahayakan, walaupun diberikan dalam waktu yang agak lama pada beberapa pasien. Terapi musik yang hanya diberikan hanya waktu singkat dapat memberikan efek positif bagi pasien (Mucci dan Mucci, 2002). Menurut Delaune dan Ladner (2002) dalam Demir (2011) mengatakan bahwa menurut literature terapi musik tidak efektif jika digunakan secara terus menerus, penerapan terapi musik yang efektif sekitar 25 – 90 menit perhari cukup sebagai terapi.

2.3.5 Cara Kerja Musik sebagai Terapi

Mekanisme cara kerja musik sebagai alat terapi yakni memengaruhi semua organ sistem tubuh. Menurut Nurseha dan Djafaar (2002) dalam penelitian Kustiningsih (2008) mengatakan bahwa musik klasik mempunyai fungsi menenangkan pikiran dan katarsis emosi, serta dapat mengoptimalkan tempo, ritme,


(58)

melodi dan harmoni yang teratur serta dapat menghasilkan gelombang alfa dalam gendang telinga sehingga memberikan ketenangan yang membuat otak siap menerima masukan baru, efek rileks dan menidurkan.

Menurut Reeder dkk (2011) mengatakan bahwa pada umumnya sepanjang kontraksi dan diantara kontraksi jika wanita menginginkan ia akan mendengarkan musik yang telah dipilih maka kondisi ini akan memberikan stimulus kepada indra pendengar yang sulit diabaikan . Untuk input visual akan berfokus pada sebuah benda atau menutup matanya dan membayangkan sesuatu yang dinyatakan oleh syair musik tersebut. Berdasarkan teori Gate Kontrol bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan ditutup. Salah satu cara menutup mekanisme pertahanan ini adalah dengan merangsang sekresi endorphin yang akan menghambat pelepasan substansi. Musik klasik Mozart sendiri juga dapat merangsang peningkatan hormon endorphin yang merupakan substansi sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh, sehingga pada saat neuron nyeri perifer mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi antara neuron perifer dan neuron yang menuju otak tempat seharusnya substansi akan menghantarkan impuls, pada saat tersebut endorphin akan memblokir lepasnya substansi dari neuron sensorik, sehingga transmisi impuls nyeri di medulla spinalis menjadi terhambat dan sensasi nyeri menjadi berkurang.


(59)

Nyeri persalinan dapat terjadi akibat adanya kontraksi otot rahim, regangan otot dasar panggul dan kondisi psikologis yang menyebabkan terjadinya dilatasi dan effecement pada serviks sehingga terjadi pembukaan serviks. Ibu akan merasakan nyeri yang berasal dari bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbar punggung dan menurun ke paha. Respon nyeri persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu budaya, kecemasan, pengalaman persalinan, dukungan keluarga (Support system), dan persiapan persalinan.

Nyeri persalinan berkaitan erat dengan reseptor nyeri dan adanya rangsangan, reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor. Gate Kontrol Theory mempunyai dasar pemikiran bahwa keberadaan dan intensitas pengalaman nyeri tergantung pada transmisi tertentu pada impuls-impuls saraf dan mekanisme gate/pintu sepanjang sistem saraf mengontrol/mengendalikan transmisi nyeri, akhirnya jika gate terbuka impuls yang menyebabkan sensasi nyeri dapat mencapai tingkat kesadaran jika gate tertutup impuls tidak mencapai tingkat kesadaran dan sensasi nyeri tidak dialami. Metode yang dapat mengatasi nyeri persalinan ada dua yaitu metode farmakologis dan metode non farmakologis. Metode farmakologis yaitu metode dengan menggunakan obat-obatan dan metode non farmakologis tidak menggunakan obat-obatan.

Tiga sistem non farmakologis yang dapat mengurangi intensitas nyeri yaitu Sistem motivasional afektif meliput i flight or flight (relaksasi), sistem kognitif evaluatif dan sistem sensori diskriminatif. Salah satu metode non farmakologis yang dapat mengurangi terjadinya nyeri adalah terapi musik. Terapi musik dapat merangsang peningkatan hormon endorphin yang merupakan substansi sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh, sehingga pada saat neuron nyeri perifer mengirimkan sinyal


(60)

ke sinaps, terjadi antara neuron perifer dan neuron yang menuju otak tempat seharusnya substansi akan menghantarkan impuls, pada saat tersebut endorphin akan memblokir lepasnya substansi dari neuron sensorik, sehingga transmisi impuls nyeri di medulla spinalis menjadi terhambat dan sensasi nyeri menjadi berkurang.

Berdasarkan teori yang ada maka dapat disimpulkan landasan teori sebagai berikut :

Gambar 2.1 Gate Kontrol Theory (Melzak dan Wall 1965), Hilbers et al (1986), Turner et al (1990) dalam Mander (2003), (Potter & Perry, 2010)

Persalinan

Faktor faktor yang memengaruhi persepsi penurunan intensitas nyeri:

- Budaya - Kecemasan - Pengalaman persalinan

- Dukungan keluarga

(Support system)

- Persiapan persalinan - Terapi Musik

Metode Non Farmakologi dalam penurunan intensitas nyeri:

- Sistem motivasional afektif: flight or flight

atau relaksasi.

- Sistem sensori diskriminatif: terapi musik,

tehnik pernafasan, memusatkan perhatian, imajinasi, pergerakan fisik yang berpola, bimbingan verbal, dukungan, informasi, distraksi, hypnosis.

- Sistem kognitif evaluatif:pengaturan

posisi, stimulasi kutaneus, panas dingin, masase, effleurage, transcutaneous electric nerve stimulation (TENS) dan acupressure. Nyeri

Persalinan (Gate Kontrol Nyeri Persalinan

kala I fase aktif:

- kontraksi otot

rahim

- Regangan otot

panggul

Kala III Kala II

Kala I

Kala IV

-Fase Laten -Fase Aktif


(61)

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan landasan berfikir dalam melakukan penelitian yang dikembangkan dari tinjauan teori. Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel independen, variabel dependen dan variabel counfounding. Varabel independen dalam penelitian ini adalah terapi musik klasik dan variabel dependennya adalah penurunan intensitas nyeri sementara variabel counfounding terdiri dari budaya, kecemasan, pengalaman persalinan, dukungan keluarga (support system) dan persiapan persalinan, dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah kecemasan dan dukungan persalinan sementara budaya tidak diteliti karena tempat penelitian terletak pada daerah dengan latar belakang budaya yang sama sehingga sebagian dipengaruhi oleh budaya setempat. Pengalaman persalinan tidak diukur karena responden yang akan diambil adalah ibu primigravida yaitu ibu yang baru pertama kali bersalin sehingga belum pernah mengalami pengalaman persalinan yang lalu dan persiapan persalinan mengarah kepada sikap cemas dan takut sehingga pada pasien yang takut dan cemas dianggap belum siap dalam menghadapi persalinan, hal ini merupakan bahagian dari kecemasan yang akan diteliti.


(62)

Variabel Independen Variabel Dependen

Variabel Counfounding

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Terapi Musik Klasik

Intensitas Nyeri Persalinan Fase Aktif Kala I

1. Kecemasan 2. Dukungan Keluarga


(63)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat Pre Experiment yaitu suatu rancangan penelitian yang memiliki perlakuan dan pengukuran dampak, suatu penelitian yang dilakukan tanpa randomisasi (Campbell dan Stanley, 1963). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada ibu primigravida fase aktif kala I persalinan di Klinik Bersalin wilayah kerja Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Static Group Comparison design yaitu sebuah penelitian yang melakukan penilaian setelah dilakukan perlakuan pada kelompok intervensi dan dilakukan penilaian tanpa adanya perlakuan pada kelompok kontrol (Campbell dan Stanley, 1963).

X O1 (Kelompok Intervensi)

O2 (kelompok Kontrol) Keterangan :

X : Pemberian terapi musik klasik.

O1 : Melakukan pengukuran intensitas nyeri setelah diberikan terapi musik klasik pada ibu primigravida kala I fase aktif persalinan

O2 : Melakukan pengukuran intensitas nyeri tanpa diberikan terapi musik klasik pada ibu primigravida kala I fase Aktif persalinan.


(64)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Klinik Bersalin swasta wilayah kerja Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang yaitu sebanyak 6 Klinik Bersalin dan klinik yang akan digunakan adalah Klinik Bersalin Bertha, Klinik Bersalin Kasih Ibu, Klinik Bersalin Kurnia, Klinik Bersalin Tanjung, Kinik Bersalin Kartini dan Klinik Bersalin Citra.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung dari bulan Oktober 2012 sampai dengan bulan Agustus 2013.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin normal yang datang ke Klinik Bersalin Swasta di wilayah kerja Puskesmas Delitua sejumlah 6 Klinik Bersalin yaitu Klinik Bersalin Bertha, Klinik Bersalin Kasih Ibu, Klinik Bersalin Kurnia, Klinik Bersalin Tanjung, Kinik Bersalin Kartini dan Klinik Bersalin Citra.

Total keseluruhan ibu primigravida yang bersalin normal mulai bulan Januari sampai dengan Desember 2012 berjumlah224 orang dari 602 ibu bersalin. Dari 602


(65)

3.3.2 Sampel

Sampel dalam peneltian ini adalah semua ibu primigravida yang masuk pada kala I fase aktif dengan pembukaan servik 4 – 8 cm yang bersalin normal di Klinik Bersalin wilayah kerja Puskesmas Delitua. Pada penelitian ini sampel diambil dengan teknik pengambilan sampel Non Probability Sampling berupa accidental sampling yang sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi penelitian (Machfoedz, 2009).

a. Kriteria Inklusi (Inclusion Criteria)

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang ditemui saat dilakukan penelitian yang memenuhi kriteria inklusi (inclusion criteria) sebagai berikut :

1) Ibu berada pada fase aktif kala I persalinan dengan pembukaan 4 – 8 cm. 2) Belum Pernah dilakukan terapi musik

3) Respoden tidak mengalami gangguan jiwa

4) Responden berada di Klinik Bersalin Wilayah kerja Puskesmas Delitua b. Kriteria Eklusi (Exclusion Criteria)

Kriteria dimana subyek penelitian tidak layak dijadikan sampel karena tidak memenuhi syarat sampel penelitian, yaitu:

1) Ibu dalam fase laten persalinan 2) Multipara

3) Keadaan yang tiba-tiba menjadi patologis atau ibu yang tiba-tiba masuk kala II sebelum dilakukan terapi musik


(66)

Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus besar sampel uji hipotesis data kontinu 2 populasi dengan rumus sebagai berikut :

n =

dengan

dimana :

n = Besar sampel minimum

Z1 – α/2 = Nilai distribusi normal baku tabel Z pada α = 0,05 adalah 1,96 Z1 – ß = Nilai distribusi normal baku tabel Z pada ß= 80 % adalah 0,842

µ1 = Rata – rata intensitas nyeri persalinan 4 (survei awal di Klinik Bersalin

Maghdalena dan Klinik Bersalin Feni)

S1 = Standar deviasi 1,56 (survei awal di Klinik Bersalin Maghdalena dan Klinik Bersalin Feni)

n1 = Besar sampel pada kelompok yang diberikan musik klasik sejumlah 10 orang (survei awal di Klinik Bersalin Maghdalena dan Klinik Bersalin Feni)

µ2 = Rata – rata intensitas nyeri persalinan 5,6 (survei awal di Klinik Bersalin Maghdalena dan Klinik Bersalin Feni)

S2 = Standart deviasi 2,17 (survei awal di Klinik Bersalin Maghdalena dan Klinik Bersalin Feni)

n2 = Besar sampel pada kelompok yang tidak diberikan terapi musik klasik sejumlah 10 orang (survei awal di Klinik Bersalin Maghdalena dan Klinik Bersalin Feni)

Dari hasil perhitungan diperoleh besar sampel minimum pada penelitian ini adalah 22 orang pada kelompok kontrol dan 22 orang pada kelompok intervensi. Namun karena pada saat hari terakhir dilakukan penelitian besar sampel bertambah 2 orang sehingga total besar sampel sebanyak 46 orang.


(1)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardi zed Coefficie

nts

t Sig.

95% Confidence Interval for B

B

Std.

Error Beta

Lower Bound

Upper Bound

1 (Constant) 9.110 .594 15.335 .000 7.911 10.309

Music -1.440 .625 -.378 -2.303 .026 -2.702 -.178

Dukungan -2.227 .625 -.330 -3.560 .001 -3.489 -.964

musikbyduk

unga -1.285 .650 -.333 -1.979 .064 -2.597 .026

a. Dependent Variable: nyeri


(2)

Analisis Multivariat

Regression

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 dukungan, musika . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: nyeri

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .799a .638 .621 1.184

a. Predictors: (Constant), dukungan, music

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 106.285 2 53.142 37.881 .000a

Residual 60.324 43 1.403

Total 166.609 45

a. Predictors: (Constant), dukungan, music b. Dependent Variable: nyeri


(3)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardiz ed Coefficien

ts

t Sig.

95% Confidence Interval for B

B Std. Error Beta

Lower Bound

Upper Bound

1 (Consta

nt) 9.369 .599 15.647 .000 8.161 10.577

Music -2.476 .354 -.651 -7.005 .000 -3.189 -1.763

Dukung

an -2.524 .627 -.374 -4.024 .000 -3.789 -1.259

a. Dependent Variable: nyeri


(4)

Pemeriksaan Counfounding Regression

Variables Entered/Removedb

Model

Variables

Entered Variables Removed Method

1 musika . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: nyeri

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .708a .502 .490 1.374

a. Predictors: (Constant), music

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 83.565 1 83.565 44.276 .000a

Residual 83.043 44 1.887

Total 166.609 45

a. Predictors: (Constant), music b. Dependent Variable: nyeri


(5)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

95% Confidence Interval for B

B

Std.

Error Beta

Lower Bound

Upper Bound

1 (Constant) 7.174 .286 25.043 .000 6.597 7.751

musik -2.696 .405 -.708 -6.654 .000 -3.512 -1.879

a. Dependent Variable: nyeri


(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan Mekanisme Koping Dengan Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif Di RSIA Salam Medan Tahun 2014

12 115 91

Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Di Klinik Nirmala Medan

8 104 62

Efektifitas Pijat Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Ibu Inpartu di Klinik Tutun Sehati Tanjung Morawa 2011

2 38 63

PENGARUH TERAPI MUSIK INSTRUMENTAL TERHADAP PERBEDAAN INTENSITAS NYERI PERSALINAN FASE AKTIF KALA 1 PADA PRIMIGRAVIDADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DANGUNG-DANGUNG TAHUN 2010.

0 0 11

PENGARUH TERAPI MUSIK INSTRUMENTAL TERHADAP PERBEDAAN INTENSITAS NYERI PERSALINAN FASE AKTIF KALA 1 PADA PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DANGUNG-DANGUNG TAHUN 2010.

0 0 6

PENURUNAN INTENSITAS NYERI PERSALINAN FASE AKTIF KALA I MELALUI TERAPI MUSIK INSTRUMENTAL

0 0 5

Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Intensitas Nyeri pada Ibu Primigravida Kala I Fase Aktif Persalinan di Klinik Bersalin Wilayah Kerja Puskesmas Delitua Tahun 2013

0 0 57

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri 2.1.1 Pengertian Nyeri - Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Intensitas Nyeri pada Ibu Primigravida Kala I Fase Aktif Persalinan di Klinik Bersalin Wilayah Kerja Puskesmas Delitua Tahun 2013

0 0 28

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Intensitas Nyeri pada Ibu Primigravida Kala I Fase Aktif Persalinan di Klinik Bersalin Wilayah Kerja Puskesmas Delitua Tahun 2013

0 0 13

Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Intensitas Nyeri pada Ibu Primigravida Kala I Fase Aktif Persalinan di Klinik Bersalin Wilayah Kerja Puskesmas Delitua Tahun 2013

0 0 19