Perkembangan Sistem Pembayaran
40
Untuk mengurangi jumlah UTLE tersebut maka peran masyarakat sangat diharapkan dalam memperlakukan uang dengan baik agar tidak
cepat lusuh dan tetap layak edar. Untuk lebih meningkatkan pemahaman masyarakat dalam menjaga uang kertas, Bank Indonesia mengeluarkan
tagline 3 D yang merupakan kepanjangan dari Didapat, Disimpan, Disayang. Dengan tagline ini diharapkan masyarakat dapat lebih
menghargai dan memperlakukan uang kertas yang dimilikinya dengan lebih baik.
5.1.3. Penemuan uang palsu
Uang palsu yang dilaporkan oleh masyarakat dan bank kepada Bank Indonesia Bengkulu pada triwulan laporan mengalami peningkatan
dibanding triwulan sebelumnya, baik secara nilai rupiah maupun per lembarnya. Uang palsu yang dilaporkan berjumlah 26 lembar dengan
nominal Rp1.720.000,00. Jenis pecahan uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan selama periode laporan yang terbanyak adalah pecahan
Rp50.000,00 dan pecahan Rp100.000,00. Upaya yang dilakukan Bank Indonesia Bengkulu untuk mengurangi peredaran uang palsu adalah
melalui sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah.
Grafik 5.3. Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan di Provinsi Bengkulu
41 57
34 53
46 25
23 30
21 26
500,000 1,000,000
1,500,000 2,000,000
2,500,000 3,000,000
3,500,000
Q-1 Q-2
Q-3 Q-4
Q-1 Q-2
Q-3 Q-4
Q-1 Q-2
2006 2007
2008 -
10 20
30 40
50 60
70 Rupiah
Lembar
Sumber : Kantor Bank Indonesia Bengkulu
Perkembangan Sistem Pembayaran
41
5.1.4. Perkembangan Kliring Lokal
Transaksi pembayaran dengan menggunakan kliring lokal mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Sebagaimana
terlihat dalam tabel 5.2, peningkatan terjadi pada perputaran kliring, baik dalam warkat maupun nominal. Rata-rata harian warkat yang dikliringkan
mengalami peningkatan sebesar 6,83, dari 439 lembar menjadi 469 lembar. Secara nominal, rata-rata harian juga mengalami peningkatan
dari Rp6.636 juta menjadi Rp7.669 juta. Sedangkan bila dibandingkan dengan perputaran kliring secara
nasional maka terlihat perputaran kliring di Bengkulu masih cukup rendah. Jumlah perputaran kliring di Bengkulu hanya sebesar 0,33 dari
total perputaran kliring nasional. Sedangkan jumlah warkat yang dikliringkan di Bengkulu hanya sebesar 0,40 dari total warkat kliring.
Selain itu, penggunaan instrumen pembayaran non-tunai lainnya dalam bentuk Alat Pembayaran Menggunakan Kartu APMK seperti kartu
kredit dan kartu debit juga masih sangat minim karena kurangnya infrastruktur berupa EDC Electronic Data Capture. Melalui penambahan
infrastruktur diharapkan dapat meningkatkan penggunaan alat pembayaran menggunakan kartu APMK. Sektor perdagangan, hotel dan
restoran dimana termasuk tiga besar dalam penyumbang nilai PDRB merupakan sektor yang potensial untuk peningkatan penggunaan
instrumen pembayaran non-tunai menggunakan kartu.
Tabel 5.2. Perkembangan Kliring dan CekBilyet Giro Kosong Provinsi Bengkulu
2007 2008
Keterangan
Q-3 Q-4
Q-1 Q-2
Pertum- buhan
Bank Peserta Kliring 11
11 12
14 Perputaran Kliring
Warkat lembar 27.617
24.901 25.467
29.539 15,99
Nominal juta Rp. 402.939
384.891 384.863
483.139 25,54
Rata-Rata Perputaran Kliring per Hari Warkat lembar
432 415
439 469
6,83 Nominal juta Rp.
6.296 6.415
6.636 7.669
15,57 Penolakan Cek dan Bilyet Giro
Warkat lembar 1,37
1,49 0,86
0,61 0,25
Nominal juta Rp. 1,56
2,21 1,67
1,92 0,25
Sumber : Kantor Bank Indonesia Bengkulu
Perkembangan Sistem Pembayaran
42
Jumlah warkat cek dan bilyet giro yang ditolak di triwulan laporan mengalami penurunan. Penolakan cek dan bilyet giro secara warkat
mengalami penurunan sebesar 0,25, sedangkan secara nominal turun sebesar 0,25.
Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah