Perkembangan Perbankan Daerah
28
Sementara dari grafik 3.3. terlihat bahwa wilayah penyebaran aktiva bank umum masih terpusat di wilayah Kota Bengkulu yang
pada triwulan ini memiliki porsi sebesar 68, diikuti Kabupaten Rejang Lebong, Kepahiang dan Lebong 41, Kabupaten Bengkulu
Selatan, Seluma dan Kaur 21, dan Kabupaten Bengkulu Utara dan Muko-Muko 8.
Grafik 3.3. Distribusi Aktiva Bank Umum di Provinsi Bengkulu
Rejang Lebong,
Kepahiang dan Lebong
41
Kota Bengkulu
68 Bengkulu
Selatan, Seluma dan
Kaur 21
Bengkulu Utara dan
Muko-Muko 8
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum – Bank Indonesia Bengkulu
Sementara dari kualitas aset, utamanya kredit yang diberikan, mengalami perbaikan di triwulan ini. Pangsa kredit bermasalah Non
Performing LoanNPL mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya dari 2,08 menjadi 1,84 dari total kredit atau sebesar
Rp68.329 juta. Besaran NPL di atas tergolong cukup baik, karena risiko tidak tertagihnya kredit yang disalurkan oleh perbankan
semakin menurun. Bank Indonesia mensyaratkan besaran NPL ini maksimal sebesar 5 dari total kredit.
c. Perkembangan Dana Masyarakat
Dana pihak ketiga DPK yang berada di perbankan Provinsi Bengkulu pada triwulan laporan mengalami kenaikan sebesar 7,66
dari Rp3.721.883 juta menjadi Rp 4.007.111 juta. Tabungan memberi sumbangan terbesar pada peningkatan tersebut dengan
pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu 14,34. Peningkatan tabungan didorong oleh peningkatan tabungan masyarakat di bank
Perkembangan Perbankan Daerah
29
milik pemerintah. Sementara giro menurun sebesar 3,07 karena adanya penurunan giro di bank swasta yang mencapai 16,60.
DPK perbankan di Provinsi Bengkulu masih terkonsentrasi di bank-bank pemerintah dengan porsi mencapai 83. Sedangkan bila
dilihat dari komposisi DPK, tabungan dan giro masing-masing memiliki porsi sebesar 50 dan 35, sehingga keduanya memiliki
porsi 85 dari total DPK. Sisanya, yaitu sebesar 15 berupa deposito.
Berdasarkan komposisi DPK tersebut terlihat bahwa sebagian besar dana yang tersimpan di perbankan merupakan dana-dana
jangka pendek. Di satu sisi dana jangka pendek tersebut tergolong murah, namun di sisi lain mengandung potensi risiko likuiditas.
Perbankan perlu mengatur cash flow-nya secara baik agar tidak terjadi mismatch antara ketersediaan dana dengan kebutuhannya.
Tabel 3.3. Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum Provinsi Bengkulu
juta rupiah
2007 2008
Keterangan Q-3
Q-4 Q-1
Q-2 Pert.
q-t-q
Bank Umum Total
3.536.013 3.491.443
3.721.883 4.007.111
7,66 Giro
1.424.990 1.006.404 1.422.055 1.417.687 3,07 Tabungan
1.566.995 1.963.901 1.753.320 2.004.808 14,34 Deposito
544.028 521.138 546.508 584.616 6,97 Bank
Pemerintah 2.984.294
2.827.739 3.031.210
3.309.676 9,18
Giro 1.444.518 913.302 1.298.936 1.314.825 1,22
Tabungan 1.221.547 1.526.630 1.339.380 1.580.491 18,00
Deposito 408.229 387.807 392.894 414.360 5,46
Bank Swasta 551.719
663.704 690.673
697.435 0,98
Giro 70.472 93.102 123.119 102.862
16,60 Tabungan
345.448 437.271 413.940 424.317 2,50 Deposito
135.799 133.331 153.614 170.256 10,83 Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum – Bank Indonesia Bengkulu
Bila dikaitkan dengan struktur kepemilikan dana, risiko likuiditas untuk perbankan di Provinsi Bengkulu masih cukup rendah. Hal ini
terlihat dana perorangan masih mendominasi DPK perbankan. Porsi kepemilikannya mencapai 58 dari keseluruhan DPK, diikuti dana
milik Pemerintah baik Pusat maupun Daerah yang mencapai 30.
Perkembangan Perbankan Daerah
30
Sisanya dimiliki oleh BUMN, BUMD, Perusahaan Swasta, dan pemilik lainnya.
d. Perkembangan Penyaluran Kredit