Inflasi Periode Januari – Juni 2008

Perkembangan Inflasi Daerah 24 Inflasi secara bulanan m-t-m juga meningkat secara signifikan. Inflasi pada bulan Juni dibanding bulan sebelumnya sebesar 4,14 dimana kelompok yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok transpor-komunikasi-jasa keuangan dan makanan jadi-minuman-rokok-tembakau. Adapun sumbangan kelompok tersebut masing-masing sebesar 1,59 dan 1,15 grafik 2.2 diatas.

2.4. Inflasi Periode Januari – Juni 2008

Tingginya inflasi yang terjadi di triwulan laporan menyebabkan pencapaian inflasi Bengkulu sepanjang tahun 2008 telah mencapai 9,11. Pencapaian inflasi ini melebihi inflasi nasional yang sebesar 7,37. Sebelum adanya keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM, Bank Indonesia memperkirakan tingkat inflasi tahun 2008 berada pada kisaran 5 ± 1. Namun setelah adanya keputusan pemerintah tersebut maka besaran inflasi Bengkulu akhir tahun 2008 diperkirakan sebesar 15. Grafik 2.3. Realisasi Inflasi Tahun 2008 7,84 13,81 4,09 9,11 8,17 11,03 3,41 7,37 2 4 6 8 10 12 14 16 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 2008 Bengkulu y-o-y Bengkulu y-t-d Nasional y-o-y Nasional y-t-d Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; diolah Sebagai upaya untuk mengendalikan inflasi di tingkat daerah maka Kantor Bank Indonesia Bengkulu mengadakan pertemuan dengan stakeholders terkait untuk membahas inflasi Kota Bengkulu lihat boks 3 Hasil Rapat Forum Pengendalian Inflasi Daerah di Bengkulu BOKS 2 PERUBAHAN TAHUN DASAR DALAM PENGHITUNGAN INFLASI DARI TAHUN 2002 KE TAHUN 2007 Pada bulan Juli 2008 untuk data Juni, BPS melakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan inflasi. Perubahan tersebut didasarkan hasil Survei Biaya Hidup SBH tahun 2007. SBH adalah survei pengeluaran konsumsi rumah tangga di daerah perkotaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan pola konsumsi masyarakat sebagai bahan penyusunan diagram timbang IHK dan penyusunan paket komoditas yang baru. Hal ini dilakukan karena pola konsumsi masyarakat biasanya kerap berubah sejalan dengan penghasilan yang diterima. Sehingga jika tidak dilakukan penyesuaian dikhawatirkan IHK yang diperoleh tidak dapat mewakili kondisi sosial ekonomi masyarakat. Dengan adanya perubahan SBH ini maka cakupan kota yang disurvei bertambah dari 45 menjadi 66 kota. Sedangkan jumlah komoditas yang disurvei bertambah dari 744 pada tahun 2002 menjadi 774 komoditas tahun 2007. Melalui perubahan tahun dasar ini maka bobot kelompok bahan makanan turun dari 43,38 menjadi 36,12. Sehingga beberapa komoditas yang sebelumnya memiliki sensitivitas tinggi seperti beras dan cabe akan berkurang tingkat sensitivitasnya. Sedangkan untuk kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan bobotnya meningkat dari 14,27 menjadi 19,12. Tabel 1. Penambahan Kota Dalam Penghitungan Inflasi 1. Dumai 8. Probolinggo 15 Tarakan 2. Tanjung Pinang 9. Madiun 16 Watampone 3. Bogor 10. Serang 17 Parepare 4. Sukabumi 11. Tangerang 18 Palopo 5. Bekasi 12. Bima 19 Mamuju 6. Depok 13. Maumere 20 Manokwari 7. Sumenep 14. Singkawang 21 Sorong Melalui tabel diatas terlihat adanya penambahan kota dalam penghitungan inflasi. Penambahan kota tersebut baik di P. Jawa maupun di luar P. Jawa. Untuk kota di P. Jawa bertambah sebanyak 9 kota, P. Sumatera 2 kota dan selain itu berjumlah 10 kota. Dengan adanya penambahan kota dan lebih tersebarnya kota ini diharapkan penilaian inflasi dapat lebih mewakili kondisi Indonesia secara keseluruhan. BOKS 3 HASIL RAPAT FORUM PENGENDALIAN INFLASI DAERAH DI BENGKULU Pada tanggal 25 Juni 2008 Kantor Bank Indonesia Bengkulu mengadakan pertemuan dengan stakeholders dalam rangka membahas inflasi daerah. Rapat ini dihadiri unsur pimpinan Puncak Pemerintah Provinsi Pemprov Bengkulu mulai dari Gubernur, Sekretaris Daerah dan Asisten Daerah. Peserta yang ikut rapat lainnya meliputi dinas-dinas di lingkungan Pemprov Bengkulu, Bappeda, BPS, Bulog, Pertamina, Depkeu, Polda, Perbankan dan kalangan akademisi. Perlunya diadakan pertemuan ini didasari bahwa daerah secara keseluruhan menyumbang 73 inflasi nasional. Disamping itu, inflasi Kota Bengkulu memang cenderung tinggi, karena dalam empat tahun terakhir berada diatas tingkat inflasi nasional. Hingga Bulan Mei 2008 inflasi tahunan Kota Bengkulu sudah mencapai 13,30, sementara inflasi nasional 10,38. Bahkan pada Bulan Maret 2008 laju inflasi bulanan Bengkulu tercatat tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 1,96 nasional 0,95. Bengkulu juga pernah menjadi Kota dengan inflasi tahunan tertinggi kedua di Indonesia yaitu sebesar 25,23 nasional 17,11, pada tahun 2005. Selain itu, untuk komoditas tarif air minum PAM, Bengkulu pernah tercatat sebagai kota dengan inflasi tertinggi untuk komoditas tersebut pada tahun 2003 yaitu sebesar 80,99. Untuk komoditas lain, juga pernah tercatat sebagai kota dengan inflasi tertinggi untuk kontrak rumah yaitu sebesar 25,8 di tahun 2007. P P o o i i n n - - P P o o i i n n P P e e n n t t i i n n g g H H a a s s i i l l P P e e r r t t e e m m u u a a n n Dari pertemuan tersebut terungkap permasalahan di Bengkulu terutama menyangkut kendala transportasi akibat keterbatasan infrastruktur sehingga barang-barang kebutuhan masyarakat yang banyak didatangkan dari daerah luar memerlukan biaya yang tinggi untuk sampai di Bengkulu. Seperti Pelabuhan Pulau Baai yang hanya dapat dilalui kapal dengan muatan 1.200 ton, sedangkan kapal yang feasible untuk menggerakkan ekonomi sekitar 10.000 ton. Di sisi lain, perkembangan ekonomi Bengkulu saat ini perlu mendapatkan perhatian seperti meningkatnya harga tandan buah segar kelapa sawit sekitar Rp500kg tahun 2005, Juni 2008 mencapai Rp1.800kg, meningkatnya belanja daerah, bertambahnya investasi, penyaluran dana recovery bencana gempa dan sebagainya. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan bertambahnya permintaan barang dan jasa dan bila tidak diimbangi dengan supply akan menimbulkan gejolak inflasi. Untuk mengatasi masalah infrastruktur seperti pelabuhan laut, saat ini telah dimulai kerjasama dengan investor. Untuk jalan darat, sebenarnya jalan diwilayah Bengkulu sudah mulai ada perbaikan, namun di wilayah perbatasan dengan Provinsi lain memerlukan kerja sama dengan daerah lain untuk perbaikannya. Begitupun adanya perbedaan kualitas jalan antara wilayah P. Jawa MST 12 ton dengan P. Sumatera MST 8 ton. Hal itu dapat mengakibatkan cepat rusaknya jalan, karena dilalui oleh truk-truk yang membawa muatan dari Pulau Jawa dengan muatan yang lebih besar dari kualitas jalan yang dilalui. Pada kesempatan ini, BPS Provinsi Bengkulu menginformasikan inflasi Kota Bengkulu pada bulan Mei yaitu sebesar 13,30 y-o-y yang dipicu kenaikan harga daging ayam ras, bensin, nasi, beras dan sewa rumah. Diungkapkan bahwa Inflasi di Bengkulu juga akibat faktor musiman, karena kebanyakan disumbang dari bahan makanan. Seperti pada musim badai, terjadi lonjakan harga ikan, dan sebaliknya pada musim melaut harga ikan jatuh. Sementara itu, pada inflasi kelompok administered, disamping tarif PDAM, tarif rumah sakit juga pernah mengalami kenaikan yang tinggi. Hal ini karena penyesuaian tarif dilakukan dalam periode yang lama 5 tahun, sehingga pada saat dilakukan penyesuaian langsung menimbulkan gejolak. Oleh karena tarif ini perlu diatur sedemikian rupa agar tidak menimbulkan gejolak inflasi. Pada kesempatan ini Bappeda Provinsi Bengkulu menyampaikan prioritas pembangunan Provinsi Bengkulu tahun 2008 yang dapat menunjang pengendalian inflasi yaitu yang pertama, percepatan pembangunan infrastruktur. Kedua, peningkatan perekonomian masyarakat revitalisasi pertanian, perkebunan, perikanan kelautan, Industri, pertambangan dan pariwisata. Sedangkan untuk program-program yang dapat ditujukan sebagai program pengendalian inflasi diantaranya meliputi: 1. program perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan melalui peningkatan pengawasan peredaran barang dan jasa, 2. kegiatan monitoring pengawasan dan pengendalian BBM, 3. pembentukan tim koordinasi pengendalian subsidi dan nonsubsidi pupuk R R e e k k o o m m e e n n d d a a s s i i d d a a n n T T i i n n d d a a k k L L a a n n j j u u t t Hasil rapat tersebut merekomendasikan agar setiap dinasinstansi menindaklanjuti hasil pertemuan sesuai dengan peran dan tugas masing-masing. Berikutnya, diperoleh pemahaman bersama bahwa masalah inflasi tidak dapat dipecahkan sendiri-sendiri, namun harus melalui koordinasi yang kuat antar dinasinstansi agar pengendalian inflasi dapat dilakukan secara efektif dan komprehensif. Pertemuan berikutnya dilakukan untuk pemantauan serta evaluasi dan menentukan langkah penyelesaian permasalahan terkini. Di samping itu, pada moment critical seperti menjelang bulan puasa dan lebaran dirasakan perlu untuk dilakukan pertemuan lagi. Perkembangan Perbankan Daerah