Piliang 1998:14 mengartikan makana denotatif adalah hubingan eksplisit antara tanda dengan referensi atau realitas dalam pertandaan tahap denotatif.
Misalnya ada gambar manusia, binatang, pohon, rumah. Warnanya juga dicatat seperti merah, kuning, biru, putih dan sebagainya. Pada tahapan ini hanya
informasi data yang disampaikan. Spradley 1997:123 menyebut makna konotatif meliputi semua
signifikansi sugesti dan simbol yang lebih dari pada arti referensialnya. Menurut Pilliang 1998:17 makna konotatif meliputi aspek makna yang berkaitan dengan
perasaan dan emosi serta nilai-nilai kebudayaan dan ideologi. Contohnya gambar wajah orang tersenyum bisa diartikan sebagai suatu keramahan dan kebahagian.
Tetapi sebaliknya, bisa saja senyum diartikan sebagai ekspresi penghinaan kepada seseorang. Untuk memahami makna konotatif, maka unsur-unsur lain harus
dipahami pula.
2.10. Semiotika
Secara etimologis, istilah semiotik yang berasal dari kata Yunani Semion
yang berarti tanda . Tanda itu sendiri di defenisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konuensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili
sesuatu yang lain. Eco, 1979: 16. Semiotika atau dalam istilah Barthes, semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan humanity
memakai hal-hal things. Memaknai to sinifity dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan dengan mengkomunikasikan to communicate. Memaknai
berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem
terstruktur dari tanda Barthes, 1988: 179 Kurniawan, 2001:53 Juga diungkapkan oleh Saussure dalam Budiman bahwa :
Sebuah ilmu yang mengkaji tanda-tanda di dalam masyarakat dapat dibayangkan; ia akan menjadi bagian dari psikologi sosial dan sebagai
konsekuensinya, psikologi general ; ia akan saya beri nama semiologi dari bahasa Yunani semeion tanda . Semiologi akan menunjukan hal-hal apa
yang membentuk tanda-tanda, kaidah-kaidah apa yang mengendalikannya.
Semiotika seperti kata Lechte, 2001 :191 adalah teori tentang tanda dan penandaan. Lebih jelasnya lagi, semiotika adalah suatu disiplin yang menyelidiki
semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana signs tanda-tanda dan berdasarkan sign sistem code. Segers, 2000:4
Berkenan dengan studi semiotik, pada dasarnya pusat perhatian pendekatan semiotik adalah pada tanda sign. Menurut John Fiske, terdapat tiga
area penting dalam studi semiotik, yakni Fiske, 1990:40 : 1.
Tanda itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan beragam tanda yang berbeda, seperti cara mengantarkan makna serta cara menghubungkanya dengan orang
yang menggunakan. Tanda adalah buatan manusia dan hanya bisa dimengerti oleh orang yang menggunakannya.
2. Kode atau sistem dimana lambang-lambang disusun. Studi itu meliputi
bagaimana beragan kode yang berbeda dibangun untuk mempertemukan dengan kebutuhan didalam masyarakat dalam kebudayaan.
3. Kebudayaan dimana kode dan lambang itu beroperasi Sobur, 2001:94
Sebuah tanda tidak hadir begitu saja sebagai bagian dari kenyataan –ia merefleksikan dan membiaskan kenyataan lain. Oleh karena itu sebuah tanda
bisa menjauhkan dari kenyataan atau mentaatinya . Dalam semiotika, bila segala sesuatu yang dalam terminologi semiotika disebut sebagai tanda sign, semata
alat untuk berdusta, maka setiap tanda akan selalu mengandung muatan dusta; setiap makna meaning adalah dusta; setiap pengguna tanda adalah para
pendusta; setiap proses pertandaan signification adalah kedustaan. Umberto Eco menjelaskan bahwa bila sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan
dusta, maka sebaliknya ia tidak dapat juga digunakan untuk menggungkapkan kebenaran truth: ia pada kenyataannya tidak dapat digunakan untuk
menggungkapkan apa-apa. Dia berfikir defenisi sebagai sebuah teori kedustaan sudah sepantasnya diterima sebagai program komprehensif untuk semiotika
umum Piliang, 2003:43.
2.11. Semiotika dalam