18
2.1.8. Kontrol Perilaku Persepsian
Theory of Planned Behavior TPB yang merupakan bentuk pengembangan model Theory of Reasoned Action TRA telah terbukti berhasil
dalam memprediksi dan menjelaskan perilaku individu di berbagai penerapan teknologi informasi Ajzen, 1991. Theory of Planned Behavior TPB ditambah
sebuah konstruk yang belum ada pada Theory of Reasoned Action TRA, yaitu kontrol perilaku persepsian perceived behavioral control.
Konstruk ini merefleksikan pengaruh perasaan individu terhadap performance dan non performance dari suatu perilaku apakah di bawah kontrol
volitional. Kontrol perilaku persepsian merefleksikan juga pengalaman lampau seseorang termasuk di dalamnya rintangan dan halangan untuk berperilaku.
Menurut Ajzen dalam Jogiyanto 2007 sebagai kemudahan atau kesulitan persepsian untuk melakukan perilaku “the perceived ease or difficulty of
performing the behavior .” Perlu diperhatikan bahwa teori perilaku perencanaan
Theory of Planned Behavior tidak secara langsung berhubungan dengan jumlah dari kontrol yang sebenarnya dimiliki oleh seseorang, tetapi teori ini lebih
mempertimbangkan pengaruh-pengaruh yang mungkin dari kontrol perilaku yang dipersepsikan dalam pencapaian tujuan-tujuan perilaku. Jikalau minat-minat
menunjukkan keinginan seseorang untuk mencoba perilaku tertentu, kontrol persepsian lebih kepada mempertimbangkan beberapa konstrain-konstrain yang
realistik yang mungkin terjadi. Menurut Jogiyanto 2007, kontrol perilaku persepsian perceived
behavioral control ini merefleksikan pengalaman masa lalu dan juga
19 mengantisipasi halangan-halangan yang ada. Kontrol perilaku persepsian
perceived behavioral control ini diasumsikan direfleksikan oleh pengalaman masa lalu dan juga kepemilikan sumber-sumber daya misalnya uang, keahlian,
waktu, kerjasama dengan lainnya dan kesempatan-kesempatan Ajzen, 1991.
2.1.9. Niat Beli Konsumen
Menurut Theory of Planned Behavior TPB, perilaku aktual seseorang dalam melakukan suatu tindakan tertentu secara langsung dipengaruhi oleh niat
perilakunya, yang secara bersama-sama ditentukan pula oleh sikap attitude, norma subjektif subjective norm, dan kontrol perilaku persepsian perceived
behavioral control terhadap perilaku tersebut. Oleh karena itu, niat pembelian adalah penentu baik bagi perilaku pembelian, di mana niat beli pada gilirannya
ditentukan oleh sikap Phau dan Teah, 2009. Niat beli menunjukkan reaksi emosional yang dihasilkan dari evaluasi keseluruhan konsumen terhadap suatu
produk, dan juga menunjukkan kemungkinan bahwa konsumen ingin membeli produk Grewal, Monroe, dan Krishnan, 1998. Menurut Lestari dan
Suryawardhana 2012, niat beli merupakan suatu motivasi atau dorongan dari dalam diri individu yang memaksa mereka untuk melakukan tindakan yang
memungkinkan orang tersebut berminat untuk membeli produk atau merek yang ditawarkan atau tidak.
Niat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum benar-benar melakukan pembelian Kinnear, 1995. Niat beli dapat diartikan
sebagai suatu sikap senang terhadap suatu objek yang membuat individu berusaha
20 untuk mendapatkan objek tersebut dengan cara membayarnya dengan uang atau
dengan pengorbanan Schiffman dan Kanuk, 2010. Kotler 2005:174 menjelaskan bahwa niat beli mengarah kepada tujuan
atau niat dan kecenderungan konsumen untuk membeli merek yang paling disukainya. Menurut Ali dan Ahmad 2012, niat beli produk ramah lingkungan
dikonseptualisasikan sebagai probabilitas dan kesediaan seseorang untuk memberikan preferensi untuk produk yang memiliki fitur ramah lingkungan lebih
dari produk tradisional lainnya dalam pertimbangan pembelian mereka. Chan dalam Mei et al. 2012 mendefinisikan pembelian produk ramah lingkungan
merupakan perilaku konsumen untuk mengungkapkan keprihatinan mereka terhadap lingkungan.
2.2. Hipotesis Penelitian