Kejadian dan potensi air permukaan dan air tanah

240 perkolasi tidak terjadi. Kapasitas menahan air yang minimum disebut kapasitas menahan air normal. Air yang dapat bergerak dalam tanah adalah air kapiler dan air gravitasi. Melihat cara bergeraknya, air kapiler berasal dari air tanah yang naik ke ruang-ruang antara butir-butir karena kapilaritas. Tinggi kenaikan air kapiler tergantung pada besarnya butiran tanah. Semakin kecil butiran tanah, semakin tinggi kenaikan air kapiler. Sebaliknya semakin besar butiran tanah, semakin rendah kenaikan air kapiler. Air gravitasi bergerak dalam ruang tanah karena pengaruh gravitasi. Jika ruang-ruang itu telah jenuh air maka air akan bergerak ke bawah. Air yang menginfiltrasi mula-mula diabsorbsi untuk meningkatkan kelembaban tanah. Selebihnya akan turun ke permukaan air tanah dan mengalir ke samping. Tinggi rendahnya infiltrasi akan sangat berpengaruh terhadap keberadaan air tanah. Tinggi rendah infiltrasi tergantung pada berbagai faktor, yaitu curah hujan, kemiringan lereng, kerapatan vegetasi, serta kelembaban tanah. Makin tinggi curah hujan, makin rapat vegetasi, lereng makin landai serta kelembaban yang rendah mengakibatkan peluang tingkat infilrasi makin tinggi. Walaupun soil water dapat diartikan air tanah, tetapi di Indonesia yang dimaksud dengan air tanah adalah groundwater. Jadi air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah di dalam zona jenuh saturation. Apakah setiap lapisan tanah memiliki zona jenuh? Tidak, tergantung pada sifat batuan, yaitu ada yang kedap air sulit ditenbus air dan ada pula yang lolos air. Lapisan kedap air disebut impermeable, sedangkan yang lolos air disebut permeabel. Lapisan tanah kaitannya dengan kemampuan menyimpan dan meloloskan air dibedakan atas empat lapisan yaitu: 1 Aquifer, yaitu lapisan yang dapat menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah besar. Lapisan batuan bersifat permeabel, seperti pasir, kerikil, dan batupasir yang retak-retak; 2 Aquiclude, yaitu lapisan yang dapat menyimpan tetapi tidak dapat mengalirkan air dalam jumlah yang berarti, seperti lempung, tuf halus, dan silt; 3 Aquifuge, yaitu lapisan yang tidak menyimpan dan mengalirkan air, contohnya batuan granit dan batuan yang kompak; 4 Aquitard, yaitu lapisan atau formasi batuan yang dapat menyimpan air, tetapi hanya dapat meloloskan air dalam jumlah yang terbatas. Untuk mencari dan mengambil air tanah, para ahli sangat memperhatikan keberadaan akuifer. Sebab pada lapisan tanah ini, akan memiliki zona aerasi dan zona saturasi. Akuifer dapat dijumpai pada bentuk lahan, sebagai berikut: 241 1 Lembah isian, yaitu bekas lembah yang terisi material lepas unconsolidated berupa pasir halus sampai kasar. Lembah isian sering disebut juga sungai purba. Pasir tersebut bisa saja berasal dari lahar gunungapi menutupi lembah besar, sehingga lembah tersebut menampung sejumlah air tanah dalam jumlah yang berarti; 2 Dataran banjir di sepanjang alur sungai dengan materialnya yang terdiri atas batuan aluvial; 3 Lembah antara dua pegunungan atau lebih seperti cekungan, materialnya berasal dari hasil erosi dan gerak massa batuan dari pegunungan sekitarnya. 4 Lereng kaki di sekitar gunungapi, tersusun dari material lepas hasil letusan gunungapi tersebut. Berdasarkan letaknya di dalam lapisan bawah permukaan, akuifer dapat dibedakan atas akuifer bebas dan akuifer terkekang. Akuifer bebas adalah akuifer yang bagian bawahnya dibatasi oleh lapisan kedap air impermeabel dan bagian atasnya dibatasi oleh permukaan air tanah. Permukaan air tanah dari akuifer bebas disebut permukaan preatik. Akuifer terkekang adalah akuifer yang bagian atas dan bawahnya dibatasi oleh lapisan kedap air dan mempunyai tekanan hidrostatik yang lebih besar daripada tekanan atmosfer. Sumur yang dibuat pada akuifer terkekang bersifat artesis air sumur dapat keluar sendiri. Lapisan akuifer merupakan lapisan yang terendam air. Semakin tebal dan luas akuifer, semakin banyak jumlah air tanah di tempat tersebut. Lapisan ini biasanya mengikuti topografi akuifer yang berada di lereng pegunungan yang permukaan air tanah bebasnya akan lebih dekat dengan permukaan tanah. Karena itu, sumur gali pada lereng bukit atau gunung akan berbeda kedalamannya, yaitu ada yang dangkal, dalam, dan ada juga yang sangat dalam sehingga tidak kelihatan riak airnya. Sumber air tanah berasal dari air hujan yang meresap ke dalam tanah. Karena itu, jika tidak ada hujan, air tanah juga akan berkurang. Namun, air hujan tidak memiliki kesempatan berinfiltrasi, misalnya karena permukaannya tidak lagi ada pepohonan atau diperkeras dengan aspal atau beton. Kegiatan industri yang besar bisa juga menguras air tanah, sehingga sumur penduduk yang berada di dekat pabrik akan kering kerontang karena kedalaman sumur penduduk tidak menjangkau permukaan air yang sedang disedot oleh sumur pompa pabrik. Karena itu, pembangunan pabrik jaraknya harus jauh dari permukiman penduduk dan pihak pabrik dilarang mengambil air tanah dangkal dari akiufer bebas tetapi harus mengambil hanya dari air tanah dalam. 242

3. Banjir dan upaya mengurangi resikonya

Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi tidak langsung dialirkan melalui jaringan pengaliran sungai, tetapi sebagian ada yang meresap ke lapisan tanah, dan sebagian lainnya menguap. Sisa penguapan dan peresapan air, barulah dialirkan melalui aliran sungai. Air hujan yang jatuh pada lahan terbuka akan banyak dialirkan daripada diresap ke dalam lapisan tanah. Sebaliknya, hujan yang jatuh di hutan airnya akan mengalir melalui seresah-seresah dedaunan yang telah lapuk serta akar- akar tumbuhan, sehingga kesempatan untuk meresap ke dalam tanah lebih lama. Akan tetapi biasanya dari kanopi hutan banyak air yang menguap transpirasi. Namun, air hujan akan lebih lama tersimpan dalam lingkungan hutan daripada di lingkungan lahan yang terbuka atau gundul. Akibat banyak air yang tersimpan dalam hutan, air yang mengalir menuju aliran sungai akan berkurang. Sebaliknya, jika hutan dibuka ditebangi dan menjadi lahan gundul maka keadaannya berubah. Banyak air hujan yang dulu tersimpan lebih lama dalam lingkungan DAS akhirnya cepat lolos dan mengalir menjadi air limpasan run- off. Akhirnya, debit air sungai akan naik melebihi daya tampung saluran, sehingga mengakibatkan bencana banjir. Banyak hal yang mengakibatkan terjadinya banjir, salah satunya adalah penggundulan hutan. Penggundulan hutan banyak meloloskan air hujan menjadi air limpasan. Percikan dan limpasan air tersebut, akan menoreh dan mengikis lapisan atas tanah atau erosi. Akibat erosi, aliran air menjadi keruh sebagai akibat tingginya muatan sedimen. Sedimen tersebut akan dibawa jauh sampai ke hilir sungai dan menjadi bahan yang mendangkalkan saluran sungai. Akibat pendangkalan saluran menjadi salah satu faktor yang menyebabkan banjir. Upaya untuk mengurangi erosi, antara lain melalui usaha reboisasi pada hutan-hutan yang gundul. Dengan demikian, fungsi hutan selain untuk menahan air hujan lebih lama, juga dapat mengurangi bahaya erosi. Selain akibat penggundulan hutan, banjir juga dapat terjadi akibat pendangkalan, penyempitan, dan penyumbatan saluran sungai. Pendangkalan sungai misalnya disebabkan oleh pengendapan lumpur di badan sungai dan banyaknya sampah yang tersangkut dalam saluran sungai, sehingga pada saat terjadi kenaikan debit air atau saat hujan lebat maka air akan meluap dan akhirnya melebihi tebing atau tanggul saluran sungai dan terjadilah banjir. Oleh karena itu, upaya pengerukan dangkalan sungai sering dilakukan agar air yang masuk dapat tertampung dan tidak meluap. Penyempitan atau penyumbatan aliran sungai, biasanya akibat dibangunnya rumah-rumah di sepanjang dataran banjir sungai. Selain itu, bertumpuknya sampah gubuk-gubuk kumuh di perkotaan yang biasanya dibangun di tepian 243 sungai, sehingga ketika air meluap, gubuk-gubuk itu menjadi penghalang lancarnya arus sungai. Karena itu, upaya penanggulangan adalah memperbesar kembali daya tampung saluran sungai dengan memindahkan gubuk-gubuk tersebut ke tempat yang jauh dari tepian sungai, tidak membuang sampah ke sungai, selalu membersihkan parit-parit dan selokan agar jalannya air semakin lancar. Gambar 6.16 Perumahan kumuh di Jakarta yang terletak di tepi sungai Sumber: intranet.usc.edu.au...rumah_kumuh_jakarta.jpg Pembangunan waduk merupakan salah satu upaya yang multifungsi. Sebab, selain mampu menampung air dalam jumlah banyak pada saat musim hujan, juga menjadi cadangan persediaan pada musim kemarau. Fungsi waduk akan lebih optimal jika fungsinya dianekaragamkan seperti mengairi sawah, usaha perikanan, dan PLTA. Dampak negatif dari bencana banjir adalah kerugian, baik moril maupun materiil, di antaranya sebagai berikut: 1 Menimbulkan korban jiwa, baik meninggal dunia akibat hanyut, maupun luka-luka akibat terseret banjir. 2 Hilang atau rusaknya bangunan rumah dan harta benda milik penduduk, sehingga menimbulkan kerugian materiil. Penduduk yang tertimpa banjir tidak jarang tiba-tiba menjadi miskin karena modal dan harta bendanya habis. 3 Setelah banjir selesai, masalah bukan berarti selesai. Tetapi mewabahnya bibit penyakit di daerah bencana. Sebab penduduk selain mengkonsumsi air kotor, juga akibat lingkungan yang tidak sehat karena genangan air kotor bawaan banjir masih tertinggal di permukiman. Lumpur, kotoran, sampah banyak masuk ke rumah-rumah penduduk yang mengakibatkan rumah-rumah tersebut menjadi lembab dan tidak sehat untuk dihuni. Penyakit yang banyak muncul di lokasi bencana banjir biasanya adalah penyakit kulit gatal-gatal, diare, muntaber, dan lain-lain.