Kondisi Geografis Wilayah Penelitian

14

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

2.1 Kondisi Geografis Wilayah Penelitian

Tanjung Kasau adalah suatu kawasan yang terdapat di dataran rendah Sumatera Timur. Daerah ini tepatnya di jalan lintas Sumatera bagian timur, persisnya berada pada Km 92 dari Medan menuju Rantau Perapat dan 11 Km sebelum kota Indrapura. Meski lokasinya di pinggir jalan, banyak hal atau peristiwa di daerah ini yang kurang mendapat perhatian di kalangan sejarawan. Padahal, peristiwa itu sampai pada saat ini masih menyisakan benih-benih penderitaan di kalangan pelaku maupun keturunannya. Peristiwa tersebut adalah bahwa di daerah ini pernah terjadi tempat penahanan para tahanan politik tapol sebagai akibat dari peristiwa Gerakan 30 September 1965. Mereka mendapat perlakuan yang tidak manusiawi selayaknya tawanan perang yang ditangkap di medan perang. Padahal keberadaan mereka di tempat itu hanyalah sebagai korban pertarungan politik. Lalu mengapa peristiwa ini terabaikan, keadaan ini yang menarik perhatian bagi penulis untuk menuturkannya dalam satu cerita.Untuk dapat mengetahui peristiwa itu ada baiknya lebih dahulu dikemukakan keadaan geografisnya. Tempat penahanan para tapol itu kini tinggal puing-puing yang telah berubah menjadi areal perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh Perusahaan Perkebunan Daerah Sumatera Utara PPDSU di bawah naungan Pemprov Sumatera Utara. 15 Sisa-sisa bangunan tempat tapol itu masih ada yang secara jelas terlihat seperti menara air, sumur, dan tungku yang digunakan untuk memasak. Luas areal bangunan tempat para tapol itu sekitar 5,5 ha yang saat ini terdapat di bagian Pinggir perkebunan Tanjung Kasau, Desa Tanjung Kasau. Meskipun berada di dalam areal perkebunan dan wilayahnya di Desa Perkebunan Tanjung Kasau, namun secara faktual lokasi bangunan ini lebih dekat dengan Desa Tanjung Seri dan Desa Dewi Sri. Untuk lebih jelas adapun letak bangunan tapol itu adalah sebagai berikut: • Sebelah timur berbatasan dengan pekebunan BUMD, Desa Perkebunan Tanjung Kasau. • Sebelah barat berbatasan dengan pekebunan BUMD, Desa Perkebunan Tanjung Kasau. • Sebalah utara berbatasan dengan Desa Tanjung Seri • Sebelah selatan berbatasan dengan pekebunan BUMD, Desa Perkebunan Tanjung Kasau. Hal ini terjadi karena pemekaran desa berdasarkan Undang-UndangPeraturan Daerah. Sebelum pemekaran desa pada tahun 2011, kecamatan Sei Suka hanya terdiri dari tiga desa yaitu Tanjung Seri, Dewi Sri dan Laut Tador. Sedangkan Tanjung Kasau berada langsung di bawah Onderneming Tanjang Kasau. Kemudian setelah pemekaran pada tahun 2011, kecamatan Sei Suka terdiri dari dua belas desa dan satu kelurahan yaitu desa Kwala Indah, Kwala Tanjung, Laut Tador, Pematang Jering, Pematang Kuning, Perkebunan Tanjung Kasau, Sei Semujur, Sei Suka Deras, 16 Simodong, Tanjung Kasau, Tanjung Parapat dan Tanjung Seri dan kelurahan Perkebunan Sipare-pare. 7 1. Penduduk asli atau tempatan, yang terdiri dari suku batak simalungun yang telah memelayu dan suku melayu yang datang dari pesisir. Sementara itu letak bangunan Tapol tersebut berada di tepi desa Perkebunan Tanjung Kasau.Berdasarkan pemekaran desa yang dilakukan oleh pemerintah tahun 2011 maka sudah pasti pengkajian tentang derita para tapol dan berbagai hal yang berhubungan dengan kajian ini mencakup pada banyak desa. Meski telah terpisah dalam bentuk pemerintahan desa tetapi dalam hal menyikapi keberadan tapol dan derita para tapol masyarakat mempunyai kebijakan yang sama karena pada awalnya mereka di bawah pemerintahan yang sama. Dahulu mereka tergabung dalam beberapa desa tetapi sekarang terpecah dalam beberapa desa. Itulah sebabnya penelitian ini meliputi banyak desa, walaupun kamp konsentrasi B terdapat di Tanjung Kasau. Melihat dari letak geografisnya, dapatlah dipastikan bahwa desa Perkebunan Tanjung Kasau merupakan lahan yang subur, lahannya relatif datar dan sedikit berbukit, sehingga sangat baik untuk dijadikan sebagai areal pertanian ataupun perkebunan. Selain itu di sekitarnya terdapat sungai-sungai kecil tetapi mampu untuk menyuburkan tanah. Sungai-sungai itu adalah sugai suka, dan sungai kijeng. 2.2Komposisi Penduduk Secara garis besar penduduk Tanjung Kasau terbagi atas dua golongan yaitu: 7 Wawancara dengan Bapak H. Indra Syahrul, S. PdI, tanggal 10 Maret 2013. 17 2. Penduduk pendatang, yang terdiri dari suku jawa yang merupakan lepasan kuli kontrak. Di dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari kedua kelompok ini tidak berhubungan secara terus menerus, mereka terkotak dalam kelompok masing-masing terutama kelompok suku asli dengan kelompok suku pendatang. Penduduk asli menempati perkampungan secara kecil-kecilan, menempati lahan-lahan mereka sendiri. Tetapi secara umum mereka terhimpun dalam satu kampung besar yaitu kampung Durian. Dari kampung Durian inilah pemerintahan secara tradisional dilaksanakan oleh raja Djintan Ali. Djintan Ali adalah seorang raja yang berasal dari keturunan raja-raja batak simalungun yang telah memelayu. Djintan Ali memelayu disebabkan besarnya pengaruh kerajaan Aceh. Kerajaan Aceh berulang kali melakungan penyerangan sehingga sebagian raja-raja yang berasal dari simalungun menjadi memelayu. Dari istilah memelayu dapatlah kita pastikan suku-suku batak simalungun yg sebelumnya banyak menganut agama nenek moyang telah menjadi memeluk agama islam. Ketika Belanda masuk dan berhasil menundukkan raja-raja besar melayu maka Tanjung Kasau secara langsung dibawah kekuasaan Belanda. Walaupun yang memerintah itu raja-raja melayu itu hanya sebagai kaki tangan Belanda. Sementara pola kehidupan masyarakatnya sangat kental dengan tradisi. Adat batak dan adat melayu sama-sama dikembangkan. Namun demikian, setelah memeluk agama islam, kekentalan tradisi itu disesuaikan dengan hukum-hukum islam. Setelah Belanda berkuasa, di Tanjung Kasau pun dibuka perkebunan. Bersamaan dengan pembukaan perkebunan itu, didatamgkan pula lah tenaga kerja 18 yang berasal dari pulau jawa. Mereka ditempatkan di barak-barak dalam perkebunan sehingga antara kaum buruh dengan suku asli tidak memiliki kontak atau hubungan secara langsung. Namun demikian lama kelamaan komunikasi antara kaum buruh dengan suku asli terjalin. Proses hubungan itu mula-mula melalui sesi perdagangan, kemudian hubungan sosial secara umum bahkan sampai pada tingkat perkawinan. Melalui hubugan sosial seperti itu lama kelamaan sistem tradisi batak dan melayu itu berakulturasi dengan budaya jawa. Sampai saat ini proses akulturasi itu masihterus berjalan. Sebaliknya dengan adanya tiga kekuatan sistim budaya yang saling berinteraksi menciptakan pola baru dimana antara sesorang atau individu dengan individu lain kurang saling memperdulikan. Pandangan ini berawal dari bahwa setiap budaya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Terlebih- lebih setelah memasuki era kemerdekaan, perbedaan-perbadaan itu sengaja dihilangkan hanya untuk menciptakan persatuan dan kesatuan. Sifat ini terbawa sampai era tahun 60-an dimana pemerintah menempatkan tapol di daerah ini. Meskipun banyak penderitaan para tapol yang tidak semestinya diketahui oleh mereka, mereka lebih banyak bersikap diam demi menjaga persatuan. Demikianlah sekilas keadaan penduduk Tanjung Kasau sejak awal hingga Kamp Konsentrasi Tapol Golongan B di tempatkan di Tanjung Kasau.

2.3 Latar Belakang Sejarah Tanjung Kasau