Pemberontakan PKI 1965 KEBERADAAN TPU TANJUNG KASAU SEBAGAI TEMPAT TAPOL PKI

36

BAB III KEBERADAAN TPU TANJUNG KASAU SEBAGAI TEMPAT TAPOL PKI

3.1 Pemberontakan PKI 1965

Meletusnya Partai Komunis Indonesia PKI atau lebih dikenal dengan Gerakan 30 September G 30 SPKI tidak berjalan mulus dengan apa yang direncanakan mereka. G 30 SPKI hanya berlangsung satu hari. Tepatnya tanggal 1 Oktober 1965 kegiatan G 30 SPKI itu terhenti. Kalaupun ada merupakan riak atau akibat dari kegiatan yang telah mereka rencanakan sebelumnya. Tokoh-tokoh PKI yang berhasil melarikan diri dan tokoh-tokohPKI di berbagai daerah turut serta menindaklanjuti gerakan 30 September itu sebagai upaya mempertahankan diri dari serangan balik dari lawan-lawan politinya seperti angkatan darat, tokoh-tokoh agamaulama serta ormas-ormas yang tidak sepaham dengan PKI. Namun demikian akibat dari pada gerakan itu sangat menggelegar dan bergemuruh bukan saja di Indonesia tetapi juga sampai ke berbagai negara lain di belahan dunia. Di berbagai negara muncul bermacam-macam penilaian dan penafsiran tentang peristiwa tersebut. 24 Dengan menangkap, menganiaya dan membunuh ke tujuh tokoh Angkatan Darat yaitu Ahmad Yani, Donald Ifak Panjaitan, M.T. Haryono, Piere Tendean, Peristiwa G 30 SPKI yang dimotori oleh orang-orang PKI berupaya melakukan pengambil alihan secara paksa kekuasaan negara pemerintah, merubah haluan politik Indonesia dan menganut paham komunis. 24 A. Fambudi, Op.cit., hal. 392. 37 Siswono Parman, Suprapto dan Sutoyo Siswomiharjo, tokoh-tokoh PKI memulai aksinya. Keberhasilan mereka menangkap, menganiaya dan membunuh ke tujuh pembesar Angkatan Darat itu cukup mencengangkan. Hal ini disebabkan karena tokoh-tokoh tersebut berada di dalam asrama dan dalam pengawalan yang ketat. Keadaan ini membuat suasana dalam tataran pemerintahan dan politik menjadi gamang. Keberhasilan Soeharto dengan melakukan Gerakan 1 Oktober menjadikan kondisi negara sedikit lebih stabil. Dikatakan demikian karena keberhasilan Soeharto dalam menumpas Gerakan 30 September itu menjadikan sistim pemerintahan memiliki kepastian hukum. Keberhasilan ini pulalah menjadi awal kegagalan tokoh- tokoh PKI untuk merebut kekuasaan, merubah haluan politik dan paham idiologi yang diembannya.Bila ditelusuri lebih jauh, maka kegagalan tokoh-tokoh PKI itu untuk merebut kekuasaan adalah disebabkan kelemahan sistem birokrasi, tata organisasi, sistem informasi, dan adanya sifat ambisi, serta penerapan idiologi yang terlalu ekstrim. 25 Kelemahan sistem birokrasi, tata organisasi, dan sistem infomasi jelas terlihat dalam setiap konsolidasi yang dilaksanakan oleh PKI. Seorang Letnan Kolonel dapat memimpin seorang Kolonel dan pangkat di atasnya. Selanjutnya pengaturan yang tidak begitu jelas serta penyampaian berbagai informasi dapat berubah sewaktu- waktu. Pengaturan yang tidak begitu jelas serta penyampaian berbagai informasi yang berubah-ubah menjadikan aturan-aturan itu tidak memiliki ketetapan dan kepastian. Hal ini menciptakan keraguan kepada anggot PKI dan Ormas Onderbouwnya. Apa 25 Meyjen. Purn. Samsudin, “Mengapa G 30 SPKI Gagal?”, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005, hal xxvi. 38 yang diungkapkan memberikan gambaran seolah-olah negara pada saat itu dalam keadaan darurat. Padahal bagi rakyat suasana ketenangan dan kesetabilan adalah merupakan tuntutan. Itulah yang menyebabkan ketika tokoh-tokoh PKI melakukan aksi kurang mendapat dukungan baik dari onderbow PKI tidak serta merta memberikan dukungan. Apalagi bagi tokoh-tokoh yang berseberangan dari haluan komunis. Kelemahan sistim informasi terlihat ketika aksi dilaksanakan tidak seluruh anggota partai komunis serta ormas-ormas onderbownya mengetahui sehingga gerakan tidak dapat dilaksanakan secara serentak. Contoh ini dapat kita lihat dari dukungan orang-orang PKI dari berbagai daerah. Banyak yang tidak siap mendukung sepenuhnya, seperti di berbagai daerah. Di Kalimantan Selatan misalnya, pada tanggal 16 Desember 1965 untuk memenuhi tuntutan rakyat Kalimanatan Selatan, Penguasa Pelaksana Perang Daerah Pepelrada mengeluarkan keputusan bahwa PKI dan ormas-ormasnya dinyatakan bubar di seluruh Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan. 26 Di Sumatera Barat, rencana gerakan gagal dilaksanakan sesudah mereka mendengar pengumuman bahwa Jendral Soeharto berhasil menguasai keadaan. Para pimpinan pasukan ragu-ragu dan takut menggerakkan pasukannya, sedangkan pimpinan PKI masing-masing berusaha untuk menyelamatkan diri 27 26 Moerdiono, Op.cit., hal. 114. 27 Moerdiono, Loc.cit., hal. 113. . Begitu juga dengan di Sumatera Utara, meskipun PKI telah merencanakan gerakan-gerakan di 39 Sumatera Utara, tetapi Gerakan 30 September yang dilaksanakan di Jakarta dengan cepat dapat digagalkan, akhirnya tidak satupun gerakan dapat dilaksanakannya. 28 Secara nyata pemberontakan PKI di Sumatera tidak lah ada. Penulis belum menemukan berbagai bukti-bukti maupun pernyataan-pernyataan tentang upaya pemberontakan itu. Yang terjadi adalah upaya makar, yaitu suatu tindakan semi pemberontakan yang dilakukan berdasarkan kebenaran menurut pribadi atau kelompoknya yang memiliki satu ide. Contoh ini dapat kita lihat dengan perebutan- perebutan lahan yang dilakukan oleh BTI yang menuntut hak lahan kepada mereka sesuai dengan pandangan penilaian bahwa mereka juga adalah warga negara

3.2 Pemberontakan PKI di Sumatera Utara