Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penulisan tentang Peristiwa Gerakan 30 September 1965 beserta aspek lain yang menyertainya sampai kini masih merupakan ruang akademis yang sangat menarik. Dalam konflik penafsiran dan kontroversi narasi atas Peristiwa Gerakan 30 September 1965 dan peranan PKI antara kebenaran dan manipulasi sejarahsehingga membingungkan masyarakat, terutama generasi baru yang waktunya jauh sesudah peristiwa terjadi. Di tingkat internasional, memberikan versi bahwa Peristiwa 30 September 1965 adalah masalah internal Angkatan Darat Indonesia yang kemudian diprovokasikan oleh dinas intelijen Barat sebagai upaya percobaan kudeta oleh PKI. 1 Presiden Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia berkali-kali melakukan pembelaan bahwa PKI tidak terlibat dalam peristiwa sebagai partai melainkan karena adanya sejumlah tokoh partai yang terpancing oleh insinuasi Barat, lalu melakukan tindakan-tindakan, dan karena itu Soekarno tidak akan membubarkan PKI. Kemudian, pimpinan dan sejumlah perwira Angkatan Darat memberi versi keterlibatan PKI sepenuhnya, dalam penculikan dan pembunuhan enam jenderal dan seorang perwira pertama AD pada tengah malam 30 September menuju dinihari 1 Oktober 1965. Versi ini segera diterima secara umum sesuai fakta kasat mata yang terhidang dan ditopang pengalaman buruk bersama PKI dalam kehidupan sosial dan 1 A. Pambudi, “Fakta dan Rekayasa G30S Menurut Kesaksian Para Pelaku”, Jakarta: MedPress, 2011, hal 393. 2 politik pada tahun-tahun terakhir, hanya saja harus diakui bahwa sejumlah perwira penerangan telah menambahkan dramatisasi artifisial terhadap kekejaman, melebihi peristiwa sesungguhnya in factum. Penculikan dan kemudian pembunuhan para jenderal menurut fakta memang sudah kejam, tetapi dramatisasi dengan pemaparan yang hiperbolis dalam penyajian telah memberikan efek mengerikan melampaui batas. Dan akhirnya, mengundang pembalasan yang juga tiada taranya dalam penumpasan berdarah antar manusia di Indonesia. Setelah berakhirnya masa kekuasaan Soeharto, muncul kesempatan untuk menelaah bagian-bagian sejarah –khususnya mengenai Peristiwa 30 September 1965 dan PKI yang dianggap kontroversial atau mengandung ketidakbenaran. Kesempatan itu memang kemudian digunakan dengan baik, bukan saja oleh para sejarawan dalam batas kompetensi kesejarahan, tetapi juga oleh mereka yang pernah terlibat dengan peristiwa atau terlibat keanggotaan PKI. Bila sebelum ini penulisan versi penguasa sebelum reformasi banyak dikecam karena di sana sini mengandung unsur manipulasi sejarah, ternyata pada sisi sebaliknya di sebagian kalangan muncul pula kecenderungan manipulatif yang sama yang bertujuan untuk memberi posisi baru dalam sejarah bagi PKI, yakni sebagai korban politik semata. Sisi lain yang selama ini belum banyak diungkap adalah kekerasan terhadap sesama anak bangsa dari adanya kebijakan negara pada waktu itu untuk melakukan penumpasan terhadap para anggota dan pengikut Partai Komunis Indonesia PKI yang dianggap telah melakukan tindakan perlawanan terhadap negara. Dalam peristiwa ini begitu banyak anak bangsa yang menjadi korban diantaranya pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran atau pemindahan penduduk 3 secara paksa, perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik secara sewenang-wenang, pemerkosaan,penganiayaan persekusi dan penghilangan orang secara paksa. 2 Selama ini secara umum orang mengetahui bahwa penindasan dan pembunuhan terhadap PKI dan antek-anteknya adalah hal yang biasa sebagai akibat perang. Konsep perang apabila bertemu dengan musuh adalah dibunuhatau membunuh. Tetapi ternyata pemahaman seperti di atas tidak semuanya benar. Pada kenyataannya banyak orang-orang PKI terbunuh bukan akibat perang tetapi mereka Peristiwa tragedi nasional G 30SPKI tahun 1965 di Indonesia mengakibatkan munculnya permasalahan politik. Disamping tragedi saling membunuh di antara anak bangsa, juga timbul masalah baru bagi anggota PKI dan simpatisannya. Anggota PKI, onderbouw dan simpatisan telah menjadi korban. Sejak ini pula muncul suatu fase baru dalam sejarah Indonesia yaitu fase kelam dan sangat menyedihkan. Orang-orang yang dituduh terlibat dalam peristiwa-peristiwa tersebut menjadi korban. Fase baru yang sangat menyedihkan, mereka banyak yang dibunuh disiksa, diperkosa, diusir dari tanahnya bahkan dihilangkan, padahal kepastian akan keterlibatan mereka seluruhnya sebagai anggota pendalang gerakan itu belum jelas dan pasti. Hal lain yang paling memilukan adalah setelah diketahui bagaimana proses penindasan dan pembunuhan kepada mereka merupakan sejarah kelam bagi perjalanan sejarah Indonesia. 2 Arsip Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Komnas HAM Tentang Hasil Penyelidikan Pelanggaran HAM Yang Terberat Peristiwa 1965-1966, Jakarta 23 Juli 2012. 4 banyak yang diculik, ditangkap baik dari rumah maupun dari jalanan dan di bawa ke tempat-tempat tertentu yang disebut dengan kamp atau tahanan politik. Selanjutnya atas dasar keterlibatannya di dalam partai PKI dan onderbouwnya tanpa mengetahui sikap dan tingkahlaku serta pandangan hidupnya dalam bermasyarakat dan bernegara mereka telah dianggap bersalah sebagai pengkhianat negara. Padahal sebagai rakyat mereka tidak tahu bahwa PKI adalah partai terlarang. Bukankah pada saat itu PKI merupakan salah satu partai yang diakui keberadaannya oleh negara. Banyak pertanyaan di benak kita dan sampai saat ini belum terjawab tuntas. Keadaan itu pulalah yang menjadikannya semakin menarik sebagai suatu kajian. Terlepas dari benarsalah, peristiwa ini telah banyak membawa korban dan dialami oleh Indonesia. Penulis bukan membuka luka lama tetapi ingin mencari titik-titik persoalan yang terdapat di Tanjung Kasau. Harapannya adalah agar peristiwa semacam itu tidak terulang lagi. Banyak kamp tawanan di Indonesia. Setiap tawanan mempunyai versi cerita penyiksaan yang berbeda. Begitu pula di Sumatera Utara. Di Sumatera Utara Tempat Penitipan Umum TPU ada tiga kamp, namun sayang tidak terekspos. Padahal keberadaan TPU atau kamp-kamp itu merupakan saksi sejarah bagi generasi yang akan datang. Hal inilah yang menyebabkan masalah ini menarik untuk dikaji.Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Ngadineming sebagai mantan tahanan politik tapolmengatakan ada tiga TPU dalam kategori besar antara lain TPU golongan A yang terdapat di Sukamulia menjadi supermarket sekarang, golongan B terdapat di Tanjung Kasau menjadi perkebunan kelapa sawit sekarang, dan golongan C terdapat di Jl. Binjai Kodam I Bukit Barisan sekarang dan ketiga tapol 5 inilah yang menjadi rujukan tapol-tapol sementara di berbagai daerah di Sumatera Utara. 3 1. Barisan Tani Indonesia BTI Dalam perspektif inilah saya mencoba hadir untuk memberikan alternatif bahasan tentang keberadaan TPU dan tindakan kekerasan terhadap warga negara yang dituduh sebagai anggota maupun simpatisan PKI di Sumatera Utara. Alternatif pilihan itu jatuh kepada TPU yang berada di Tanjung Kasau. Untuk itulah penulisan ini diberi judu l “ Derita Tahanan Politik Partai Komunis Indonesia Kamp Konsentrasi B di Tanjung Kasau 1965-1978”. Melihat judul di atas kata-kata yang dipakai cukup panjang, namun demikian memiliki arti yang sangat sederhana yaitu hanya membahas tempat penahan Tapol PKI yang terdapat di Tanjung Kasau sekitar tahun 1965-1978. Tempat penahan ini merupakan pusat penahanan bagi anggota PKI yang termasuk dalam golongan B. Golongan B adalah badan pengurus dari organisasi PKI ketua, sekertaris, dan bendahara dalam satu organisasi yang seazasberlindungbernaung di bawah PKI ondewbouw PKI seperti: 2. Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia SOBSI 3. Pemuda Rakyat 4. Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia CGMI 5. Gerakan Wanita Indonesia GERWANI 6. Lembaga Kebudayaan Rakyat LEKRA 7. Himpunan Sarjana Indonesia HSI 3 Wawancara dengan Bapak Ngadineming, pada tanggal 8 Desember 2012 di Tanjung Kasau, Indrapura. 6 8. Persatuan Guru Republik Indonesia PGRI NON VAK CENTRAL 9. Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia BAPERKI 10. Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia Pimpinan ROBBY SOMULANG IPPI 11. KOMUNIS-MUDA 12. HARAPAN-MUDA 13. INDONESIA-MUDA 14. Persatuan Tukang Gunting Rambut Indonesia PERTUGRI 15. Angkatan Pemuda Indonesia Pos, Telegram dan Telepon API POSTEL 16. Barisan Berani Mati BBM 17. Angkatan Muda Pembangunan Indonesia AMPI 18. TAMAN KANAK-KANAK “MELATI” 19. PANTI-PENGETAHUAN-RAKYAT 20. BALAI-PENGETAHUAN-RAKYAT 21. MIMBAR-PENGETAHUAN-RAKYAT 22. ICHWANUL-MUSLIMIN 23. Lembaga Pendidikan Nasional. 4 Tanjung Kasau merupakan suatu kawasan yang terletak di dataran timur di kabupaten Batu Bara. Kawasan ini yang dahulunya merupakan hutan rawa yang kini menjadi kawasan perkebunan kelapa sawit milik Perusahaan Perkebunan Daerah Sumatera Utara PPDSU. Letaknya beradadi pinggir jalan lintas Sumatera yang 4 Moerdiono. “Gerakan 30 September, Pemberontakan Partai Komunis Indonesia: Latar Belakang, Aksi, dan Penumpasannya”, Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1994, hal. 39. 7 menghubungkan antara Kota Tebing Tinggi dan kota Lima Puluh, tepatnya di Km 93 Medan. Dari letak geografis ini seharusnya hal-hal yang terjadi di Tanjung Kasau lebih mudah diketahui orang. Kenyataan tidak demikian, banyak orang yang tidak mengetahui peristiwa-peristiwa penting yang terjadi. Itulah sebabnya penulis merasa tertarik untuk meneliti dan menuliskan suatu peristiwa penting dalam perjalanan sejarah Sumatera Utara. Ada beberapa peristiwa penting yang terjadi di Tanjung Kasau ini yang luput dari pengkajian sejarah atau setidak-tidaknya pembahasan sangat terbatas.Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa di kawasan ini pernah berdiri: 1. Rumah sakit yang didirikanolehBelanda bernama Hospital Comite pada tahun 1936-1945. Oleh masyarakat biasa menyebutnya rumah sakit Samber Nyawo, karena setiap pasien yang sakit masuk ke rumah sakit ini tidak pernah kembali. Karena setiap pasien yang berobat dijadikan bahan eksperimen, salah satunya adalah eksperimen obat cacar yg diambil dari liur kuda dan di injeksikan pada pasien. 2. Tahun 1948-1965 kawasan ini dijadikan sebagai Sekolah Polisi NegaraSPN. 3. Selanjutnya kawasan ini dijadikan TPU Kamp Konsentrasi B Tapol PKI 1965-1978 dengan jumlah tahanan lebih kurang 3.700 orang dengan 27 barak. 5 Penulis merasa tertarik pada keberadaan TPU Kamp Konsentrasi B Tapol PKI 1965-1978karena kekejaman, penyiksaan dan pembunuhan yang terjadi di 5 Wawancara dengan Bapak Ngadineming 17 Desember 2012 di Tanjung Kasau, Indrapura. 8 kawasan ini belum banyak diungkap dalam sejarah. Selain itu bagaimana cara penangkapan orang-orang yang akan ditahan di tapol belum banyak diketahui, dan lokasi inijuga kini tidak terjaga dan tidak utuh lagi, sehingga dapat menghilangkan bukti-bukti sejarah. Dan penulis juga ingin mengetahui lebih mendalam tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di kamp Konsentrasi ini dan perilaku aparat negara yang menyatakan diri sebagai pembela Pancasila terhadap para Tapol PKI itu. 1.2Rumusan Masalah Berbicara masalah PKI merupakan hal yang luas dan kompleks. Artinya banyak masalah yang berkenaan dengan itu. Terlepas dari siapa yang salah atau benar, yang pasti peristiwa itu telah banyak memakan korban. Sampai saat ini membicarakan masalah PKI masih sangat mengkhawatirkan karena penuh dengan kepentingan politik di satu sisi dan dendam di sisi lain. Semua itu dapat menjadi penghambat bagi peneliti untuk mendapat kebenaran. Untuk itu penulis membatasi diri dengan hanya mengkaji tentang keberadaan TPU Tanjung Kasau 1965-1978. Pembatasan waktu 1965-1978 karena sejak tahun 1965-1978 tempat ini digunakan sebagai Tapol yang sebelumnya sebagai SPN. Selanjutnya bekas Tapol ini dijadikan lahan perkebunan sawit. Adapun pokok masalah-masalah yang akan dikaji adalah: 1. Bagaimana keberadaan TPU kamp konsentrasi B di Tanjung Kasau? 2. Bagaimana cara penangkapandan perlakuan terhadap para Tapol? 3. Bagaimana kehidupan para Tapol di TPU? 4. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap TPU tersebut? 9

1.3 Tujuan dan Manfaat