Pemberontakan PKI di Sumatera Utara

39 Sumatera Utara, tetapi Gerakan 30 September yang dilaksanakan di Jakarta dengan cepat dapat digagalkan, akhirnya tidak satupun gerakan dapat dilaksanakannya. 28 Secara nyata pemberontakan PKI di Sumatera tidak lah ada. Penulis belum menemukan berbagai bukti-bukti maupun pernyataan-pernyataan tentang upaya pemberontakan itu. Yang terjadi adalah upaya makar, yaitu suatu tindakan semi pemberontakan yang dilakukan berdasarkan kebenaran menurut pribadi atau kelompoknya yang memiliki satu ide. Contoh ini dapat kita lihat dengan perebutan- perebutan lahan yang dilakukan oleh BTI yang menuntut hak lahan kepada mereka sesuai dengan pandangan penilaian bahwa mereka juga adalah warga negara

3.2 Pemberontakan PKI di Sumatera Utara

29 28 Moerdiono, Loc.cit., hal. 112. 29 Aco Manafe, “Teperpu Mengungkap Pengkhianat PKI Pada Tahun1965 dan Proses Hukum Bagi Para Pelakunya”, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2008, hal 24. . Apa yang mereka tuntut di satu sisi memilik kebenaran karena setiap rakyat berhak untuk memiliki, mengembangkan diri mengembangkan potensi sesuai dengan tujuan negara yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasa 1945. Di sisi lain memiliki sebuah kesalahan karena apa yang mereka tuntut tanpa melalui prosedur yang dianggap sah oleh negara. Keberadaan negara bagi mereka dianggap pasif karena lebih banyak memberikan perlindungan terhadap apa yang mereka anggap sebagai golongan borjuis, kapitalisme dan imperialisme. Hal ini betentangan dengan paham komunis yang hanya membela kaum proletariat manifesto komunis 40 1948. 30 30 Crane Brinton Terjemahan Samakto dan Pia Alisjahmana, “Pembentukan Pemikiran Modern”, Jakarta: Mutiara, 1981, hal. 300. Secara samar tindakan PKI itu dapat dibenarkan karena orang-orang kaya itu dengan kemampuan ekonominya mampu membeli apa yang mereka inginkan, dapat mendekat kepada aparat negara dan selalu menjadi terkenal karena kekayaannya. Sementara masyarakat biasa dan orang miskin hampir tidak mendapatkan itu. Bahkan segala urusan orang kaya kepada pemerintah cenderung lebih mulus. Begitu pula dalam hal peradilan. Padahal perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan memiliki peranan yang sama. Hal inilah yang melahirkan kecemburuan di dalam masyarakat. Rakyat biasa, orang-orang miskin juga menginginkan hal seperti itu tetapi telah dimonopoli oleh orang-orang kaya. Oleh karena itu ketika ada organisasi yang mengakomodasi harapan itu maka banyaklah orang-orang miskin yang mengikutinya. Tindakan mereka kadang kala berada di luar hukum. Mereka menganggap apa yang mereka lakukan adalah benar sesuai dengan tuntutan hidup mereka. Itulah sebabnya tindakan mereka dianggap merupakan tindakan sepihakuntuk memperoleh apa yang mereka inginkan sehingga banyak bertentangan dengan kaidah-kaidah hukum yang belaku. Itulah sebabnya tindakan PKI atau aksi-aksi yang mereka lakukan merupakan tindakan sepihak. Mereka selalu mendeskreditkan pihak pemerintah dan orang-orang kaya dengan istilah neokolim. Untuk itu melalui pemerintah mereka bentuk kelompok anti neokolim. 3.3Penumpasan Gerakan 30 September 1965 41 Kurangnya informasi dan sosialisasi serta ketidak jelasan berbagai program Partai Komunis Indonesia PKI mengakibatkan apa yang diinginkan oleh tokoh- tokoh PKI tidak berjalan dengan baik. Pemberontakan G 30 SPKI sebagai langkah untuk mencapai tujuan mereka dapat dikatakan gagal. Hal ini dapat kita lihat dari ketidaksiapan kader-kader Partai Komunis di berbagai daerah untuk menindak lanjuti G 30 SPKI di Jakarta. Di Medan misalnya konsolidasi terhadap para kader sudah dilaksanakan pada tanggal 25 September 1965, pertemuan diadakan dua kali, pertama pada petang sampai malam harinya dan yang kedua pada tengah malam. Dalam pertemuan pertama mereka menyusun personel Dewan Revolusi dan Grup Komando dan peertemuan ke dua mengesahkan susunan personel Dewan Revolusi dan Grup Komando tersebut 31 . Kenyataannya ketika G 30 SPKI meletus di Jakarta meletus, di Medan tidak terjadi sesuatu apapun. Malah sebaliknya, dengan kejadian tragedi nasional G 30 SPKI itu, para tokoh-tokoh pemuda, ormas-ormas dan pemimpin- pemimpin di Sumatera Utara umumnya, Medan khususnya yang selama ini kontra terhadap Partai Komunis Indonesia mengambil tindakan terlebih dahulu. Setelah menerima berita kudeta pada tanggal 1 Oktober 1965 Brigadir Jenderal Kemal Idris bertindak tanpa perintah, memerintahkan anak buahnya untuk membersihkan komunis dalam radius lima kilometer dari markas mereka di Tebing Tinggi. 32 Berdasarkan hasil wawancara, karangan para ahli, laporan berbagai kegiatan sekitar tahun 1965, tidak ditemukan jenis pemberontakan Partai Komunis Indonesia 31 Moerdiono, Op.Cit., hal 90 32 Julie Soujhwood dan Patrick Flanagan, “Teror Orde Baru Penyelewengan Hukum dan Propoganda 1965-1981”, Jakarta: Komunitas Bambu, 2013, hal. 97. 42 di Sumatera Utara. Yang ada hanyalah tindakan-tindakan sepihak dari anggota PKI dan menciptakan berbagai keributan sehingga keamanan dan kenyamanan stabilitas terganggu. Tindakan-tindakan sepihak PKI itu dapat kita lihat dari berbagai aksi-aksi mereka seperti peristiwa Bandar Betsi pada tanggal 14 Mei 1965. Aksi-aksi lain adalah sering melakukan kegiatan yang sifatnya banyak bertentangan dengan nilai- nilai, norma-norma adat maupun agama. Contohnya adalah kegiatan seni yang sering dilakukan oleh Lekra, onderbouw PKI. Mereka selalu melakukan pementasan seni dimana kegiatan pementasan itu banyak bertentangan dengan nilai-nilai, norma, adat, dan agama. 33 Kesemuanya tindakan atau aksi, sikap dan sifatyang mereka kembangkan menjadikan orang-orang PKI tidak disukai terutama bagi masyarakat biasa yang merdeka sebaliknya sikap ini disukai oleh masyarakat yang distrukturisasi misalnya orang perkebunan yang selalu terlatih menerima sikap arogansi dari pimpinannya. Dalam sikap dan sifat keseharian orang-orang yang sudah dikader oleh PKI cenderung keras kepala dan sombong, kurang mempertimbangkan aspek nilai-nilai sosial budaya yang berkembang. Sikap mereka ini muncul karena pemujaan berlebih terhadap ilmu yang diperolehnya dari kaderisasi. Sikap ini dirasakan terlalu optimistis dan percaya diri. Sebaliknya masyarakat biasa memiliki kepasrahan kepada nasib dan keyakinan terhadap Tuhan yang maha kuasa sebagai suatu kekuatan yang mutlak. 33 Wawancara dengan Bapak Saparuddin Daulay, Tanggal 12 Mei 2013. 43 Namun karena PKI pada saat itu memegang peranan dalam negara dan pemerintahan menjadikan orang-orang PKI menjadi terlindungi kebal hukum. Selanjutnya tindakan orang-orang PKI yang terlalu kejam memperlakukan ke tujuh pahlawan Revolusi melahirkan kemarahan rakyat, 34 PKI sebagai sebuah partai besar sebelum meletusnya G 30 SPKI memiliki berbagai organisasi pendukung. Organisasi-organisasi onderbouw ini didirikan, tumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntutan status maupun profesi mereka dalam sehingga keadaan terbalik. Artinya PKI yang belum melakukan pemberontakan malah ditumpas. Kenyataan ini terjadi di Sumatera Utara. PKI yang tidak mekukan pemberontakan malah diserbu. Pos-pos yang dianggap sebagai basis PKI diserang. Orang-orang yang terindikasi masuk anggota PKI dan ormas onderbouwnya ditangkapi, dibunuh, disiksa, dan dipekerjakan dengan paksa. Khusus bagi wanita banyak dijadikan sebagai pemuas nafsu orang-orang yang menyatakan dirinya sebagai anggota maupun ketua aksi. Pokoknya mereka yang berwenang pada saat itu dapat saja memperlakukan para tahanan sekehendak hatinya. Dalam proses penangkapan dan penawanan ini lah terjadi berbagai tindakan kekerasan, kekejaman, amoral bahkan sampai pada pembantaian. Padahal banyak juga orang-orang yang teridikasi menjadi anggota PKI tidak memahami situasi dan kondisi yang berjalan. 3.4Penangkapan Dan Penahanan Anggota PKI dan Kader Onderbouwnya 34 Amminurasyid, “Bubarkan PKI dan Ormas-ormasnyanya Tuntutan Tegas Umat Islam Sumatera Utara dalam Appel Akbar Tanggal 12-10-65”, Medan: Panitia Apel Akbar Umat Islam SUMUT, 1965, hal.20. 44 mengisi dan mengartikan kemerdekaan. Kemerdekaan yang kita peroleh sejak 17 Agustus 1945 diwarnai dengan berbagai kepentingan. Melalui organisasi itu mereka mengembangkan diri sesuai dengan status dan profesi masing-masing. Selain itu, dinamika perkembangan politik yang tidak menentu mengakibatkan masyarakat terutama golongan rakyat kecil sangat membutuhkan organisasi ini. Hal ini dikarenakan organisasi memiliki fungsi antara lain: 1. Untuk melekatkan silaturahmi; untuk mempererat kerja sama serta pusat pengembangan diri 2. Sebagai media pendidikan dan penerangan; melalui organisasi ini mereka mendapat berbagai informasi yang bermanfaat untuk mendukung hidup dan kehidupannya 3. Untuk menggaung menggemakan suara 4. Sebagai alat pertahanan kelompok. Dinamika perkembangan politik yang dimaksud adalah setiap komponen bangsa tidak memiliki arah pandangan yang sama dalam merealisasikan arti kemerdekaan. Setiap perbedaan akan melahirkan kelompok sekaligus menjadi dasar kekuatan massa. Oleh karena itu kehadiran organisasi bagi mereka memberi jaminan untuk keamanan berekspresi maupun mengembangkan diri. Bagi pejuang, keberhasilan melepaskan diri dari belenggu penjajahan sudah merupakan perolehan yang lebih dari cukup. Artinya, mereka tidak begitu berharap akan mendapatkan berbagai jabatan posisi dalam pemerintahan setelah Indonesia merdeka. Kalaupun jabatan itu diperoleh adalah karena keharusan berkat kemampuan 45 mereka dalam mengorganisasikan berbagai hal dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. 35 Setelah pengakuan kedaulatan, Republik Indonesia kembali ke negara kesatuan, pertentangan politik itu sangat tinggi. Pertarungan politik ini didasari atas penilaian atas arti kemerdekaan dan konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Banyak daerah-daerah secara idealis masih memperjuangkan sifat kedaerahan. Bagi rakyat arti kemerdekaan itu tidak lebih adanya kemudahan-kemudahan dan mengembangkan diri baik itu bidang ekonomi, sosial maupun budaya. Hal ini sejalan sengan isi piagam PBB yaitu tentak Hak Asasi Manusia HAM. Sementara masalah politik kurang mendapat perhatian. Namun demikian rakyat itu selalu menyimak akan berbagai kecenderungan-kecenderungan yang terjadi baik itu secara lokal, nasional maupu n internasional. Pada umumnya yang sering bergonjang-ganjing dalam politik adalah kalangan kelas menengah ke atas. Merekalah yang selalu memanfaatkan berbagai kelemahan dari pemerintah, kecenderungan polotik global dan lain-lain untuk kepentingan mereka. Dampaknya terjadilah ketidakstabilan yang akhirnya menyesengsarakan rakyat. 36 Konsep NKRI yang berdasarkan Pancasila mulai dipertanyakan bahkan ada yang menganggap tidak perlu. 37 35 Wawancara dengan Veteran, Bapak R Pane, Pada Tanggal 10 Mei 2013, di Tanjung Kasau. 36 Nugroho Notosusanto, “ Sejarah Nasional Indonesia Jilid 5”, Jakarta: Gramedia, 2000, hal. 70. 37 C.S.T. Kansil, Op.cit., hal.110. Ini berarti tujuan kemerdekaan NKRI semakin kabur. Dilain pihak politik global pun menyeret Indonesia ke dalam blok-blok. 46 Indonesia yang menganut politik bebas-aktif lebih condong kepada blok sosialis komunis. PKI sebagai partai yang memiliki kecenderungan memanfaatkan situasi tersebut. Untuk memperkuat kedudukannya, PKI berusaha memasuki seluruh elemen- elemen di dalam negara baik itu sebagi aparatur negara maupunpihak swasta serta rakyat jelata. PKI mencoba mempengaruhi angkatan maupun rakyat jelata baik secara pribadi maupun kelompok. Bagi pihak swasta, PKI memasuki berbagai perusahaan terutama perkebunan. Di dalam perkebunan, seluruh karyawan dianjurkan untuk memasuki partai PKI. Bagi yang tidak menjadi anggota diberi intimidasi akan dikeluarkan dari perkebunan. Tekanan ini sangat efektif sehingga hampir seluruh perkebunan di Sumatera Utara karyawannya memiliki haluan politik bernuansa komunis. Kepada rakyat biasa, PKI merekrut dan membentuk berbagai kekuatan dengan mendirikan berbagai organisasi BTI, GERWANI, LEKRA, Pemuda Rakyat. 38 BTI misalnya, secara tekordinir melakukan perampasan atas hak tanah peristiwa Bandar Betsi. Memang cikal bakal terbentuknya BTI pun adalah untuk mendapatkan sebidang tanah dengan cara-cara PKI. Kepada anggota BTI banyak diberikan bantuan seperti cangkul, babat, sabit, dan alat pertanian lainnya dengan cara Kepada berbagai organisasi ini PKI memberi perlindungan walau apa yang mereka lakukan banyak yang bertentangan dengan nilai-nilai budaya. Bahkan berbagai organisasi ini dijadikan sebagai ujung tombak untuk melakukan berbagai tindakan didalam masyarakat yang mengatasnamakan keadilan dan kemajuan. 38 C.S.T. Kansil dan Juliato, Op.cit.,hal. 81 47 yang sangat mudah dengan mencatatkan nama, tandatangan cap jempol pada lembar kertas kosong. 39 BTI merasa nyaman dengan peberian-pemberian seperti itu, dimana ada kelompok tertentu dalam negara yang merasa perduli dengan kehidupan mereka. Kehidupan mereka yang dilanda kemiskinan merasa terbantu dan tersanjung. Seolah- olah apa yang diberikan itu merupakan imbal jeripayah mereka ketika masa perjuangan fisik 40 Sementara itu ajaran kemajuan adalah kebebasan berbuat dan bertindak sesuai dengan pemahaman mereka denagan kemerdekaan. Kegiatan ini banyak dikembangkan oleh LEKRA. LEKRA memiliki pandangan bahwa ajaran kemajuan adalah ajaran kebebasan yang berdasarkan kepada moral. Kebaikan berdasarkan moralitas manusia sangat diukur kepada tingkat pengetahuan dan pemahaman manusia itu sendiri. Oleh karena itu, kebaikan, keburukan, dan kemajuan lebih bersifat dinamis, artinya dapat berubah bergantung kepada situasi, tempat dan pelakunyakarel marks.Sangat berbeda dengan ukuran agama dan kebudayaan kita yang lebih bersifat mengikat. Hal inilah yang mendorong LEKRA dalam aktifitasnya semakin menjauh dari tradisi lokal, adat ketimuran, maupun agama. LEKRA yang . Kehidupan mereka banyak yang terlantar setelah selesai perjuangan fisik dimana banyak perkebunan yang melepaskan mereka sebagai karyawan karena pergolakan politik antara Indonesia dengan Belanda. Dalam ketidak pastian inilah muncul PKI memberi bantuan sehingga PKI dianggap sebagai ponolong. Bagi BTI inilah rasa-rasa keadilan. 39 Wawancara dengan Nenek Ibnu, Tanggal 5 Mei 2013, di Tanjung Kasau 40 Wawancara dengan Bapak Safaruddin Daulay, Tanggal 13 Mei 2013, di Tanjung Kasau. 48 bergerak dalam seni lebih terbuka untuk itu karena sangat sukar dijamah oleh hukum. Sementara kehadiran seni menjadi kecenderungan terutama di kalangan kaula muda. Daya tarik yang sangat luar biasa membuat banyak rakyat secara tidak langsung memiliki kecenderungan untuk itu. Padahal mereka tidak mengerti skenario apa yang direncanakan oleh para petinggi PKI. Kondisi inilah yang dialami oleh para anggota PKI dan ormas-ormas onderbouwnya. Ketika 1 Oktober, G 30 SPKI dapat dikendalikan oleh Soeharto, maka keberadaan PKI serta ormas-ormas pendukungnya menjadi goncang. Banyak di antara mereka yang tidak meyakini bahwa pelaku dari kekejaman pada G 30 SPKI adalah PKI. Begitu pula kondisinya di Sumatera Utara, kegagalan G 30 SPKI itu membuat orang- orang PKI dan ormas onderbouwnya merasa terjebak dan terancam. Namun demikian, kondisi itu ditanggapi dengan bermacam-macam oleh PKI di Sumatera Utara. Bagi yang memiliki kesadaran kesalahan menerima akan akibat, tetapi tetap mempertanyakan antara prilaku individu di dalam PKI maupun PKI yang memiliki tujuan. Akhirnya mereka ditangkap dan ditawan kemudian selanjutnya dimasukkan ke dalam tahanan politik tapol setelah lebih dahulu di tentukan kedudukannya sebagai anggota PKI dan kemudian menggolongkannya. 49

BAB IV TANJUNG KASAU SEBAGI TEMPAT TAHANAN POLITIK TAPOL