Pandangan Masyarakat Terhadap Para Tapol di Kamp Konsentrasi BTanjung Kasau

67 Demikian lah penderitaan para tapol di dalam kamp konsentrasi B di Tanjung Kasau. Derita ini berlangsung secara terus menerus sejak mereka di tawan hingga proses pelepasan pada tahun 1978.

4.4 Pandangan Masyarakat Terhadap Para Tapol di Kamp Konsentrasi BTanjung Kasau

. Kamp konsentrasi B sebagai tempat tahanan yang sudah pasti merupakan tempat penyiksaan, tempat pembinaan masyarakat yang ditahan untuk dapat kembali hidup layak bersama masyarakat. Bila tahanan umum, mereka di didik untuk dapat hidup mandiri di tengah masyarakat. Sementara kepada para tahanan politik lebih diarahkan kepada pembinaan kejiwaan agar kembali sesuai dengan tujuan pembentukan negara. Mereka diajarkan bahwa mereka adalah salah satu diantara orang-orang lain. Begitu pula kebenaran tidak semata-mata dari orang pintar tetapi juga ada dari masyarakat biasa. Oleh karena itu, merupakan sebuah kesalahan besar atau mengingkari nilai-nilai hidup dalam masyarakat apabila seseorang memaksakan kehendak kepada orang lain. Begitu pula dengan politik, segala keputusan dan kebijaksanaan dijalankan adalah untuk kepentingan bersama. Hal ini lah yang terjadi kepada para tapol. Mereka selalu memaksakan kehendak dan mencari jalan sendiri untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan tanpa memperhatikan kepentingan orang lain. Kamp konsentrasi B yang sebelumnya adalah rumah sakit telah memiliki image buruk yaitu rumah sakit “samber nyowo” sehingga apapun yang terjadi di dalam kamp tidak lagi menjadi perhatian masyarakat secara serius. Semua sudah 68 dianggap biasa atau wajar, sehingga bila kita melakukan wawancara tentang pendapat masyarakat tentang derita para tapol di kamp konsentrasi semua mengatakan “biasa”. Dari hasil wawancara, ada yang mengatakan bahwa mereka dalam kamp tidak mengalami penderitaan, malah mereka tidak mau pulang. Hal ini disebabkan telah terbiasa hidup dalam kamp yang ditemani oleh orang-orang menderita. Disana mereka dapat bercerita tentang suka duka para tapol. Sementara bila mereka keluar, status mereka dalam masyarakat lebih tidak berarti apalagi dengan keberadaan keluarga yang tidak mendukung. Mereka merasa senang di dalam kamp karena seluh keluarga dan handai tolan mereka tidak lagi mendukung bahkan kurang menyenangi bila mereka kembali. Bila kita telusuri, sebenarnya ini bukanlah sebuah kesenangan atau kebahagiaan tetapi tidak lebih dari sebuah jawaban dari sikap prustrasi. Ini lah yang disebut bahagia dalam derita upaya menghibur diri. Kelompok inilah yang setelah dilepaskan mereka tidak kembali ke keluarga. Mereka mengasingkan diri dan membentuk keluarga baru. Sementara masyarakat biasa yang berada di luar kamp memiliki pandangan yang bermacam pula. Ada yang melihat berbagai peristiwa yang dialami oleh para tapol adalah suatu penderitaan yang sangat menyedihkan, namun mereka tidak mampu memperbincangkan penderitaan tersebut karena takut mereka juga dianggap sebagai kaki tangan PKI. Mereka lebih banyak bersikap diam, seolah-olah tidak memahami apa yang terjadi di dalam kamp. Ketakutan itu sampai saat ini berlebihan. Diantara mereka yang diwawancarai mengatakan seluruh peristiwa penahanan itu lupa. Dan lain sebagainya. Kelompok lain ada yang tidak mau tau. Apa yang terjadi 69 di kamp adalah merupakan urusan orang tawanan sendiri. Pandangan ini juga bersumber dari keberadaan kamp sebelum dijadikan sebagai tapol. Setiap orang yang masuk atau dibawa ke dalam kamp tersebut sudah pasti mati. Dengan pandangan seperti itu masyarakat tidak menghiraukan lagi apapun yang terjadi di dalam kamp. Di pihak lain, keberadaan kamp dengan berbagai penderitaannya ada yang diuntungkan. Para tahanan selain kerja paksa sering pula bekerja membersihkan pekarangan sekitarnya seperti gotong royong membersihkan jalan. Banyaknya orang- orang di dalam kamp memberi keuntungan pula kepada sebagian pedagang, dimana mereka menjadi pensuplay dari pada kebutuhan-kebutuhan ringan para tapol. Bahkan ada pula yang menjadi pendistribusi kebutuhan pokok. Demikianlah pandangan masyarakat terhadap keberadaan kamp konsentrasi B serta nasib para tapol di Tanjung Kasau dari tahun 1965-1978.

4.5 Pembebasan Para Tahanan Politik