Tujuan Penelitian Kajian tentang Rasa Percaya Diri

8

E. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengaruh signifikan antara tanggung jawab terhadap rasa percaya diri siswa kelas V SD se-Gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo. 2. Pengaruh signifikan antara kemampuan interpersonal terhadap rasa percaya diri siswa kelas V SD se-Gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo. 3. Pengaruh signifikan secara bersama-sama antara tanggung jawab dan kemampuan interpersonal terhadap rasa percaya diri siswa kelas V SD se- Gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh tanggung jawab dan kemampuan interpersonal terhadap rasa percaya diri siswa. b. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai upaya yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri siswa melalui pengembangan sikap tanggung jawab dan kemampuan interpersonal yang dimiliki siswa. 9 2. Bagi Orang Tua a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh tanggung jawab dan kemampuan interpersonal terhadap rasa percaya diri anak. b. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai upaya yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak melalui pengembangan sikap tanggung jawab dan kemampuan interpersonal yang dimiliki anak. 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian tentang Rasa Percaya Diri

1. Pengertian Rasa Percaya Diri Mustari 2014: 51 mendefinisikan rasa percaya diri sebagai keyakinan bahwa seseorang mempunyai kemampuan untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Mengacu pada pendapat tersebut, dapat dikemukakan bahwa rasa percaya diri merupakan modal dasar bagi seseorang dalam memenuhi berbagai tujuan hidupnya. Berbagai tujuan dalam hidup seseorang dapat dicapai dengan cara meyakini segenap potensi yang dimiliki. Melalui keyakinan yang kuat bahwa dirinya mampu melakukan sesuatu, seseorang menjadi tergerak untuk terus melakukan aktivitas-aktivitas yang mengarah pada keberhasilan tujuan dalam hidupnya. Sementara itu, menurut Suhardita 2011: 130 konsep percaya diri pada dasarnya merupakan suatu keyakinan untuk menjalani kehidupan, mempertimbangkan pilihan, dan membuat keputusan pada diri sendiri bahwa ia mampu untuk melakukan sesuatu. Dari pendapat di atas, selain membuat keputusan sendiri bahwa seseorang mampu untuk melakukan sesuatu juga terdapat dua penjabaran konsep percaya diri yang lain, yaitu keyakinan untuk menjalani kehidupan dan mempertimbangkan pilihan. Segala aktivitas yang dijalani seseorang dalam kehidupan tidak terlepas dari keyakinan diri. Keyakinan diri yang dimaksud adalah keyakinan untuk melaksanakan tugas atau aktivitas yang ada dalam kehidupannya. Tanpa keyakinan diri untuk melaksanakan tugas, 11 seseorang tidak akan mampu menyelesaikan tugas tersebut dalam perjalanan kehidupannya. Demikian pula dalam hal mempertimbangkan pilihan, mempertimbangkan pilihan merupakan rangkaian dari diambilnya sebuah keputusan. Pada saat mempertimbangkan pilihan seseorang mempergunakan keyakinannya untuk menimbang antara berbagai pilihan. Dari hasil menimbang yang dilakukan dengan penuh keyakinan, akan melahirkan suatu keputusan yang ia yakini merupakan keputusan terbaik yang mampu ia jalankan dengan baik pula. Angelis 2005: 57 lebih lanjut mengungkapkan bahwa kepercayaan diri adalah sesuatu yang harus mampu menyalurkan segala yang kita ketahui dan segala yang kita kerjakan. Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa percaya diri memegang peranan penting untuk dapat mengomunikasikan pengetahuan seseorang tentang suatu hal. Gagasan pengetahuan yang seseorang miliki tidak akan terlihat tanpa adanya suatu action. Rasa percaya diri dibutuhkan untuk menjembatani antara gagasan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dan action atau tindakan yang akan dilakukan. Dalam hal ini, rasa percaya diri bertugas untuk menumbuhkan adanya motivasi diri yang ada pada diri seseorang untuk berhasil. Berdasarkan beberapa pengertian mengenai rasa percaya diri yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri adalah keyakinan yang dimiliki seseorang untuk melakukan suatu kegiatanatau tindakan yang bersumber dari gagasannya untuk mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya. Rasa percaya diri tersebut dapat berupa keyakinan untuk menghadapi lingkungan yang semakin kompleks maupun keyakinan atas keputusan yang telah diambil. 12 Hal ini bukan berarti kemudian seseorang mampu melakukan segala hal seorang diri, melainkan seseorang tersebut mempunyai potensi, keyakinan, kemampuan, dan bahkan pengalaman untuk melakukan suatu hal baik secara individu maupun kerja dalam kelompok. Keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas yang dihadapi akan memberikan rasa puas bagi dirinya sendiri. 2. Aspek-aspek Rasa Percaya Diri Kepercayaan diri diperoleh dari hasil belajar melalui interaksi dengan lingkungan. Seseorang dengan kepercayaan diri yang baik akan dapat mengoptimalkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Seseorang akan mampu mengomunikasikan gagasan yang ia miliki. Menurut Angelis 2005: 58 dalam mengembangkan rasa percaya diri terdapat tiga aspek yang dapat diuraikan. Ketiga aspek tersebut adalah sebagai berikut. a. Tingkah laku, memiliki tiga indikator yaitu melakukan sesuatu secara maksimal, mendapat bantuan dari orang lain, dan mampu menghadapi segala kendala. b. Emosi, terdiri dari empat indikator, yaitu memahami perasaan sendiri, mengungkapkan perasaan sendiri, memperoleh kasih sayang dan perhatian pada saat mengalami kesulitan, dan memahami manfaat apa yang dapat disumbangkan kepada orang lain. c. Spiritual, terdiri dari tiga indikator, yaitu memahami bahwa alam semesta adalah sebuah misteri, meyakini takdir Tuhan, dan mengagungkan Tuhan. Berdasarkan uraian di atas, rasa percaya diri dapat dikembangkan melalui tiga aspek yaitu tingkah laku, emosi, dan spiritual. Aspek tingkah laku berkenaan dengan tindakan yang dilakukan. Aspek emosi berhubungan dengan tergugahnya perasaan seseorang terhadap sesuatu. Sedangkan aspek spiritual berkaitan dengan keyakinan terhadap Tuhan dan memahami alam semesta sebagai ciptaan Tuhan. 13 Selanjutnya aspek kepercayaan diri menurut Kumara Yulianto Nashori, 2006: 5 8 adalah “kemampuan menghadapi masalah, bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakannya, kemampuan dalam bergaul dan kemampuan menerima kritik ”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa rasa percaya diri yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh kemampuan mengelola masalah. Seseorang yang mampu menghadapi masalahnya dan berhasil menyelesaikannya dinilai mempunyai rasa percaya diri yang baik. Seseorang yang percaya diri juga memiliki sikap bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan yang ia lakukan sehingga mampu membuatnya menjalankan kehidupan dengan yakin. Selain itu, ia memiliki kemampuan dalam bergaul yang dapat diwujudkan melalui terjalinnya hubungan dengan orang lain. Dalam berhubungan dengan orang lain ia mampu menerima kritik atas dirinya yang ia gunakan untuk mengembangkan diri agar menjadi lebih baik. Sementara itu, menurut Lauster Kushartanti, 2009: 41, menguraikan rasa percaya diri menjadi lima aspek sebagai berikut. a. Keyakinan akan kemampuan diri, yaitu sikap positif seseorang tentang dirinya bahwa dia mengerti sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya. b. Optimis, yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan, dan kemampuan. c. Obyektif, yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan atau segala sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri. d. Bertanggung jawab, yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang telah terjadi dan konsekuensinya. e. Rasional dan realistis yaitu analisis terhadap suatu masalah, suatu hal, sesuatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan. 14 Pendapat pertama membagi aspek percaya diri berdasarkan wilayah tingkah laku, emosi, dan spiritual. Berbeda dengan pendapat pertama, pendapat kedua menggolongkan rasa percaya diri menjadi lima aspek. Kelima aspek tersebut adalah keyakinan akan kemampuan, optimis, obyektif, bertanggung jawab, serta rasional atau realistis. Kelima aspek yang diungkapkan merupakan jabaran dari sikap-sikap yang mempengaruhi rasa percaya diri seseorang. Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan, aspek rasa percaya diri yang lebih ditekankan yaitu pada pembagian aspek percaya diri berdasarkan wilayah tingkah laku, emosi, dan spiritual. Seseorang dapat mengembangkan rasa percaya diri dengan cara mengolah ketiga aspek tersebut sebagai sasaran. Beberapa kemampuan yang dimiliki oleh orang yang memiliki rasa percaya diri adalah kemampuan menghadapi masalah, bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakannya, kemampuan dalam bergaul dan kemampuan menerima kritik. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa aspek rasa percaya diri dibagi menjadi lima yaitu keyakinan akan kemampuan, optimis, obyektif, bertanggung jawab, serta rasional atau realistis. Kelima aspek tersebut merupakan unsur-unsur yang ada dalam diri seseorang yang memiliki rasa percaya diri. 3. Ciri-ciri Rasa Percaya Diri Rasa percaya diri yang ada pada diri seseorang bukanlah suatu sifat turunan yang langsung dimiliki. Rasa percaya diri diperoleh dan dikembangkan seseorang melalui proses belajar. Setiap orang memiliki proses belajar atau pengalaman yang berbeda-beda, begitu juga dengan rasa percaya diri yang dimiliki oleh setiap orang juga akan berbeda. Menurut Lie 2003: 4, ciri-ciri perilaku dari individu 15 yang mencerminkan sikap percaya diri adalah “yakin pada diri sendiri, tidak bergantung pada orang lain, tidak ragu-ragu, merasa dirinya berharga, tidak menyombongkan diri, dan memi liki keberanian untuk bertindak”. Menurut pendapat di atas, orang yang percaya diri memiliki perilaku yakin akan kemampuan dirinya dan memiliki perasaan bahwa dia mampu berperan. Selain yakin akan kemampuannya, orang yang percaya diri juga memiliki keyakinan dan keberanian dalam bertindak. Orang yang memiliki rasa percaya diri tidak tergantung pada orang lain. Meskipun demikian, bukan berarti orang yang percaya diri memiliki sifat yang sombong. Selanjutnya, Fatimah 2010: 149-150 memberikan pendapatnya mengenai beberapa ciri atau indikator individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional. Beberapa ciri tersebut adalah sebagai berikut. a. Percaya akan kompetensi atau kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, maupun penghormatan dari orang lain. b. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok. c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani menjadi diri sendiri. d. Punya pengendalian diri yang baik, tidak tergantung mood dan emosi stabil. e. Memiliki internal locus of control yaitu memandang keberhasilan atau kegagalan, bergantung pada usaha sendiri, dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak bergantung atau mengharapkan bantuan orang lain. 16 f. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya. g. Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi. Pendapat yang disampaikan memiliki kemiripan dengan pendapat sebelumnya, namun ada beberapa penambahan dalam penyampaiannya. Orang yang percaya diri menunjukkan karakter asli dirinya dan tindakannya tidak dibuat- buat. Selain itu, ia berani menerima penolakan dari orang lain. Orang yang percaya diri tidak tergantung pada suasana hati atau mood. Sedangkan Hakim 2005: 5 menyebutkan ciri-ciri atau indikator seseorang yang mempunyai rasa percaya diri tinggi adalah sebagai berikut. a. Bersikap tenang dalam mengerjakan segala sesuatu. b. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai. c. Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul di dalam berbagai situasi. d. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi. e. Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya. f. Memiliki kecerdasan yang cukup. g. Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup. h. Memiliki keahlian atau keterampilan yang menunjang kehidupannya. i. Memiliki kemampuan bersosialisasi. j. Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik. k. Memiliki pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi kuat dan tahan di dalam menghadapi berbagai cobaan hidup. l. Selalu bereaksi positif dalam menghadapi berbagai masalah. Berbeda dengan dua pendapat sebelumnya, pendapat di atas menguraikan ciri-ciri orang yang percaya diri dengan cakupan yang lebih luas. Pendapat di atas mengungkapkan hal yang berbeda dengan pendapat sebelumnya. Hakim 17 berpendapat bahwa orang yang memiliki rasa percaya diri juga tidak hanya dilihat dari sifatnya saja. Rasa percaya diri dapat diketahui dari kondisi mental dan fisik, kecerdasan, pendidikan, keterampilan atau keahlian yang dimiliki, serta kemampuan dalam bersosialisasi dengan orang lain. Sebaliknya bahwa orang yang memiliki kepercayaan diri rendah menurut Hakim 2005: 8, cenderung bersikap sebagai berikut. a. Mudah cemas dalam menghadapi persoalan dengan tingkat kesulitan tertentu. b. Memiliki kelemahan atau kekurangan dari segi mental, fisik, soaial, atau ekonomi. c. Sulit menetralisasi timbulnya ketegangan di dalam suatu situasi. d. Gugup dan terkadang bicara gagap. e. Memiiki latar belakang pendidikan keluarga kurang baik. f. Memiliki perkembangan yang kurang baik sejak masa kecil. g. Kurang memiliki kelebihan pada bidang tertentu dan tidak tahu bagaimana cara mengembangkan diri untuk memiliki kelebihan tertentu. h. Sering menyendiri dari kelompok yang dianggapnya lebih dari dirinya. i. Mudah putus asa. j. Cenderung tergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah. k. Pernah mengalami trauma. l. Sering bereaksi negatif dalam menghadapi masalah. Pada dasarnya, seseorang dengan kepercayaan diri yang kuat memiliki perasaan positif, keyakinan dan pengetahuan terhadap kemampuannya. Kepercayaan diri yang kuat dimiliki oleh seseorang yang mengetahui bahwa dirinya mampu berdasarkan pengalaman dan perhitungannya. Orang yang percaya diri tidak tergantung pada orang lain karena memiliki keberanian untuk bertindak. Sementara itu, orang yang memiliki kepercayaan diri yang rendah cenderung bersikap mudah putus asa, cemas dalam menghadapi masalah, dan lebih bergantung kepada orang lain ketika menyelesaikan masalah. 18 4. Membangun Rasa Percaya Diri Rasa percaya diri dapat dilatihkan kepada seseorang sejak ia masih pada masa kanak-kanak. Surya 2005: 71, menyumbangkan pendapatnya mengenai hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan rasa percaya diri anak dengan rincian sebagai berikut. a. Mengajarkan anak untuk berpikir positif, seperti mengucapkan hal-hal baik tentang dirinya dan menghindari mengatakan hal-hal buruk tentang dirinya. b. Mengajarkan anak untuk berpikir bahwa dirinya mampu berbuat sesuatu seperti yang dilakukan orang lain. c. Mengajarkan anak untuk tidak menyerah walaupun terkadang timbul perasaan tidak yakin. d. Mengajarkan anak untuk tidak terlalu memikirkan pendapat orang lain tentang dirinya atau penampilannya. e. Mengajarkan anak untuk bersikap ramah terhadap orang lain. f. Membuang sikap murung dan menjalani hidup dengan optimis. Membangun rasa percaya diri pada anak menurut pendapat di atas dapat dilakukan dengan menanamkan keyakinan pada diri anak untuk berpikir positif. Anak juga dilatih untuk memiliki sikap optimis dalam menjalankan segala sesuatu. Orang tua memberikan pemahaman kepada anak supaya mengesampingkan penilaian orang lain yang dapat membuat anak menjadi merasa rendah diri. Selain itu orang tua juga membiasakan anak untuk bersikap ramah kepada orang lain. Hakim 2005: 122 menambahkan bahwa untuk membangun 19 rasa percaya diri pada anak, kita perlu memperhatikan pendidikan yang akan diberikan di antaranya dalam lingkungan keluarga dan di lingkungan sekolah. a. Lingkungan pendidikan keluarga Pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dialami seorang anak. Pendidikan keluarga juga merupakan pendidikan yang utama, pertama dan utama yang sangat menentukan. Pendidikan keluarga sangat mempengaruhi baik buruknya kepribadian seseorang. Menurut Hakim 2005: 122 ada beberapa pola pendidikan keluarga yang dapat diterapkan untuk membangun rasa percaya diri pada anak di antaranya adalah sebagai berikut. 1 Menerapkan pola pendidikan yang demokratis. Di dalam pendidikan keluarga yang demokratis, proses penanaman nilai-nilai dilakukan dengan lebih mengutamakan pemberian pengertian yang mendalam secara persuasif. Selain diberi pengertian, anak pun diberi hak untuk bertanya, mengemukakan pendapat, dan melakukan protes secara santun yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya 2 Melatih anak untuk berani berbicara tentang banyak hal. Salah satu hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membina rasa percaya diri anak adalah dengan melatihnya berani berbicara tentang banyak hal yang menyangkut dirinya. Dengan cara ini, anak akan terlatih untuk berani menyatakan isi hati, berani bertanya berani berdebat secara sehat, dan berani menyatakan mana yang benar dan yang salah. 3 Menumbuhkan sikap mandiri pada anak. Kemandirian merupakan salah satu ciri utama dari orang yang mempunyai kepribadian penuh percaya diri. Orang 20 tua bisa menumbuhkan sikap mandiri pada anak-anak dengan membiasakannya melakukan tugas-tugas secara mandiri. 4 Hindarkan sikap terlalu melindungi. Sikap orang tua yang terlalu melindungi akan menumbuhkan sikap ketergantungan dan rasa tidak percaya diri anak untuk bisa mengerjakan sesuatu secara mandiri. Selain itu anak akan selalu dihinggapi rasa tidak percaya diri setiap kali ia dihadapkan pada suatu masalah yang muncul. 5 Tumbuhkan sikap bertanggung jawab pada anak. Tanggung jawab merupakan suatu sikap yang memungkinkan seseorang berani melakukan sesuatu yang dinilainya baik dan berani menanggung resiko apapun yang timbul setelah ia melakukan suatu perbuatan. 6 Berikan pendidikan agama sejak dini. Jika seseorang ingin memiliki rasa percaya diri yang baik, terlebih dulu ia harus bisa memahami kelemahan dan kelebihan dirinya secara objektif. Dengan pendidikan agama anak akan bisa meyakini bahwa ia bisa mempunyai kelebihan yang bisa dikembangkan. Ia pun bisa mempunyai kelemahan yang harus diusahakan agar tidak menjadi masalah. b. Lingkungan pendidikan sekolah Sekolah bisa dikatakan sebagai lingkungan yang paling berperan untuk bisa mengembangkan rasa percaya diri anak setelah lingkungan keluarga. Rasa percaya diri siswa di sekolah bisa dibangun melalui berbagai macam bentuk kegiatan sebagai berikut. 21 1 Memupuk keberanian untuk bertanya. Gejala yang sering terjadi saat guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya adalah mereka merasa malu, enggan, dan tidak berani bertanya. Mereka tidak menyadari bahwa perilaku tersebut sama saja dengan memumpuk tumbuhnya rasa tidak percaya diri. Oleh karena itu, orang tua dan guru perlu memberikan suatu pengertian dan keyakinan kepada siswa bahwa salah satu cara yang efektif untuk mengembangkan rasa percaya diri adalah dengan selalu mencoba memberanikan diri untuk bertanya. 2 Melatih diskusi. Dengan melatih diskusi siswa akan terbiasa untuk berpikir dan mengemukakan pendapat atau argumen yang diyakininya adalah benar dan mempertahankannya. Sehingga akan membangun rasa percaya diri dalam tempo relatif lebih cepat apabila mereka sering dilatih untuk berdiskusi. 3 Mengerjakan soal di depan kelas. Setiap kali siswa mengerjakan soal di depan kelas, mereka harus memberanikan diri untuk tampil di depan orang dalam jumlah cukup besar. Rasa percaya diri akan bisa dikembangkan dengan melibatkan diri di dalam suatu kegiatan yang bisa ditampilkan di depan banyak orang. 4 Bersaing dalam mencapai prestasi belajar. Setiap orang yang mau melibatkan dirinya di dalam suatu persaingan yang sehat dan mau memenangkan persaingan secara sehat pula, haruslah berusaha keras untuk membangkitkan keberanian, semangat juang, dan rasa percaya diri yang maksimal. 5 Menjadi ketua kelas. Dengan menjadi ketua kelas, anak sama saja dengan menjalani latihan kepemimpinan secara terus menerus dalam jangka waktu 22 tertentu. Latihan kepemimpinan merupakan latihan yang sangat bermanfaat untuk bisa meningkatkan rasa percaya diri. 6 Menjadi pemimpin upacara. Siswa yang menjadi pemimpin upacara akan menghadapi siswa lain yang jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan saat ia memimpin siswa di kelasnya. Memimpin upacara merupakan suatu latihan kepemimpinan yang tantangannya jauh lebih berat. Jika siswa sudah terbiasa menjadi pemimpin upacara maka rasa percaya dirinya akan lebih pesat lagi. Berdasarkan paparan di atas, ada dua lingkungan pendidikan yang digunakan untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak yaitu lingkungan pendidikan keluarga dan lingkungan pendidikan sekolah. Pada lingkungan pendidikan keluarga, anak dilatih untuk berani berbicara, bersikap mandiri, dan bertanggung jawab. Orang tua memiliki peran untuk menyelenggarakan pola pendidikan yang demokratis dan memberikan pendidikan agama kepada anak sejak dini. Selain itu, orang tua orang tua sebaiknya jangan terlalu melindungi agar anak tidak menjadi sangat tergantung pada orang tua. Pada lingkungan pendidikan sekolah, anak dilatih percaya diri dengan cara memberikan kesempatan bertanya, diskusi, mengerjakan soal di depan kelas, berkompetisi secara akademik, dan memegang suatu peran seperti ketua kelas atau pemimpin upacara. Sedangkan menurut Lie 2003: 69 peran orang tua dalam menumbuhkan rasa percaya diri pada anak khususnya pada anak usia enam hingga dua belas tahun di antaranya dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut. 23 a. Memberi semangat dan dorongan bagi kemajuan anak Pada usia ini anak mempunyai kebutuhan untuk membuktikan kemampuan dan prestasi. Anak mengharapkan orang-orang di sekitarnya menghargai dan mengakui prestasi yang ada pada dirinya. b. Memahami beban dan kesulitan serta beri ruang untuk kegagalan Ketika anak mengalami kegagalan jangan cemooh atau memarahinya. Hibur anak dan bimbing ia untuk meraih kesuksesan. c. Memberi ungkapan kasih sayang secara eksplisit Berikan kasih sayang kepada anak. Orang tua dapat mengungkapkan persaan sayangnya pada anak agar anak berjiwa besar dan merasa dihargai oleh orang tua. d. Memberi penghargaan atas usaha yang dilakukan oleh anak Setiap anak pasti berusaha untuk berhasil melakukan suatu hal. Sebagai motivasi atas usaha yang telah dilakukan, orang tua dapat memberikan penghargaan atas jerih payah anak. e. Memberi tangung jawab untuk melakukan sebagian kegiatan rumah Tanggung jawab akan melatihnya memiliki kepercayaan diri yang lebih besar. Sebagai contoh anak dapat diberikan tanggung jawab membersihkan ruang belajar dan kamar tidurnya. Hal tersebut akan meningkatkan sikap percaya diri pada anak. f. Memberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat dan keinginan Dalam musyawarah keluarga, anak diberikan kesempatan untuk menyampaikan hal-hal yang ada dalam benaknya. Sebagai contoh, ketika berdiskusi untuk merencanakan liburan anak diberi kesempatan menyampaikan keinginan liburannya. 24 g. Memfasilitasi hobi dan bakat atau kemampuan yang dimiliki anak Hobi yang dimiliki anak sebaiknya dikembangkan. Hobi dapat menumbuhkan motivasi anak untuk dapat melakukan sesuatu dengan baik. Memfasilitasi hobi anak akan menumbuhkan kepercayaan diri yang lebih pada anak. Pada prinsipnya, untuk melatih rasa percaya diri pendapat di atas lebih menekankan pada dukungan moral, dukungan material, serta pembiasaan kepada anak. Orang tua memberikan motivasi, semangat, perhatian, serta penghargaan atas usaha yang telah dicapai anak. Jika memungkinkan orang tua menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung kegemaran atau hobi anak. Tujuannya adalah agar anak dapat berlatih mengekspresikan apa yang menjadi kemauannya. Selain itu, perlu membiasakan anak untuk bertanggung jawab dan berani menyampaikan pendapat. Berdasarkan pemaparan di atas, yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak pada dasarnya adalah dengan cara memberikan motivasi, pembiasaan sikap, penyediaan lingkungan belajar yang sesuai, serta menyediakan fasilitas secukupnya. Motivasi yang diberikan kepada anak dapat berupa semangat, perhatian, dan penghargaan atas usaha yang dilakukan. Pembiasaan sikap yang dilakukan yaitu melatih sikap tanggung jawab, ramah kepada orang lain, berani menyampaikan gagasan, dan sikap mandiri. 25

B. Kajian tentang Tanggung Jawab