38
C. Kajian tentang Kemampuan Interpersonal
1.  Pengertian Kemampuan Interpersonal Kecerdasan  interpersonal  menurut  Lwin,  et  al.,  2008:  197  adalah
kemampuan  untuk  berhubungan  dengan  orang-orang  di  lingkungan  sekitar. Kecerdasan  yang  dimaksud  adalah  kemampuan  untuk  memahami  dan
memperkirakan  perasaan,  temperamen,  suasana  hati,  maksud,  dan  keinginan orang  lain  kemudian  menanggapinya  secara  layak.  Menurut  pendapat  tersebut
kecerdasan interpersonal didefinisikan sebagai suatu kemampuan, oleh karena itu tidak  salah  apabila  kecerdasan  interpersonal  dapat  disebut  juga  sebagai
kemampuan interpersonal. Dalam penelitian ini, peneliti lebih menekankan untuk menggunakan  istilah  kemampuan  interpersonal.  Penggunaan  istilah  kemampuan
bertujuan  agar  penelitian  lebih  mengarah  pada  pengungkapan  aspek-aspek kemampuan interpersonal tanpa melalui serangkaian tes yang dibakukan.
Secara  umum  inteligensi  interpersonal  Suparno,  2008:  39  berkaitan dengan  kemampuan  seseorang  untuk  menjalin  relasi  dan  komunikasi  dengan
orang lain. Orang yang mempunyai kecerdasan interpersonal biasanya mempunyai kemampuan  untuk  memperhatikan  perbedaan  dan  mencermati  niat  atau  motif
orang  lain.  Melalui  kemampuannya  tersebut,  sangat  memungkinkan  bagi seseorang  yang  memiliki  kecerdasan  interpersonal  untuk  membangun  kedekatan
maupun  memberikan  pengaruh  kepada  orang  lain.  Ia  selalu  berusaha  untuk menjalin  hubungan  dengan  orang  lain  dan  meningkatkan  kualitas  hubungan
tersebut  melalui  berbagai  strategi.  Seseorang  yang  berkemampuan  interpersonal
39 baik  ingin  agar  orang  lain  yang  berada  di  sekitarnya  menjadi  lebih  maju  atau
mendapatkan manfaat melalui hubungan yang terjalin. Berdasarkan  beberapa  pengertian  di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa
kecerdasan  interpersonal  adalah  kemampuan  seseorang  untuk  dapat  memahami perasaan,  temperamen,  suasana  hati,  maksud,  serta  keinginan  orang  lain.
Kecerdasan  interpersonal  penting  bagi  seseorang,  karena  manusia  merupakan makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan bantuan orang lain. Seseorang yang
memiliki  kemampuan  interpersonal  dapat  menjalin  hubungan  kedekatan  dan memberikan pengaruh kepada orang lain sebagai relasinya.
2.  Macam Kemampuan Interpersonal Kemampuan  interpersonal  menurut  Safaria  2005:  24-25  diklasifikasikan
ke dalam tiga dimensi, yaitu: a.  Social sensitivity
Social  sensitivity  atau  sensitivitas  sosial  yaitu  kemampuan  seseorang  untuk mampu  merasakan  dan  mengamati  reaksi-reaksi  atau  perubahan  orang  lain  yang
ditunjukkannya baik secara verbal maupun nonverbal. b.  Social insight
Social insightatau wawasan sosial  yaitu kemampuan seseorang untuk memahami dan  mencari  pemecahan  masalah  yang  efektif  dalam  suatu  interaksi  sosial,
sehingga  masalah-masalah  tersebut  tidak  menghambat  apalagi  menghancurkan relasi sosial yang telah dibangun.
40 c.  Social communication
Social  communication  atau  penguasaan  keterampilan  komunikasi  sosial  adalah kemampuan  seseorang  untuk  menggunakan  proses  komunikasi  dalam  menjalin
dan membangun hubungan interpersonal yang sehat. Berdasarkan  pendapat  di  atas  dapat  diketahui  bahwa  kemampuan
interpersonal memiliki tiga dimensi  yaitu sensitivitas sosial, wawasan sosial, dan komunikasi  sosial.  Sensitivitas  sosial  berkaitan  dengan  sikap  peka  terhadap
lingkungan sosial di sekitarnya. Jika kepekaan sosial seseorang baik maka ia akan mudah  memahami  dan  menyadari  reaksi  yang  ditunjukkan  oleh  orang  lain.
Wawasan  sosial  yaitu  kemudahan  seseorang  untuk  mencari  jalan  keluar  suatu masalah.  Melalui  wawasan  sosial  seseorang  dapat  dengan  mudah  beradaptasi
dengan  lingkungan  sosial  di  sekitarnya  karena  ia  mampu  memahami  keadaan dirinya  maupun  orang  lain.  Sedangkan  komunikasi  sosial  adalah  kemampuan
seseorang  untuk  melakukan  komunikasi  dengan  orang  lain.  Proses  komunikasi sangat penting bagi seseorang yang menjalin dan membangun hubungan.
Sementara  itu  dalam  bukunya,  Suyono  2007:  106  mengelompokkan kemampuan interpersonal menjadi dua kelompok, yaitu:
a.  Ranah kognitif O`Sullivan  Khilstrom  dan  Cantor  dalam  Suyono,  2007:  106  menjelaskan
bahwa  orang  yang  mempunyai  kecerdasan  sosial  tinggi  adalah  orang  yang memiliki  kemampuan  menilai  orang  dan  lingkungannya  dengan  menggunakan
kognisi  sosial  di  atas  rata-rata  dari  individu  lainnya.  Lebih  lanjut,  kemampuan tersebut dijelaskan seperti dalam hal ketepatan menangkap ekspresi perilaku orang
41 lain  yang  meliputi  wajah,  perubahan  nada  suara,  dan  gerak  tubuh.  Selain  itu,  ia
juga  memiliki  kemampuan  membaca  isyarat  dalam  konteks  realitas  kehidupan. Terkait  hal  tersebut,  ada  enam  kemampuan  kognitif  yang  diterangkan  oleh
O`Sullivan, yaitu: 1 Kognisi  unit  perilaku.  Kognisi  unit  perilaku  merupakan  kemampuan
mengidentifikasi tingkat kemampuan mental internal individu. Kemampuan ini digunakan untuk melihat potensi yang ada pada diri sendiri.
2 Kognisi  perilaku  kelompok.  Kognisi  perilaku  kelompok  merupakan kemampuan dalam menjalin kebersamaan di dalam kelompok. Ditandai dengan
pengolahan mental untuk bersama-sama dengan orang lain. 3 Kognisi  perilaku  hubungan.  Kognisi  perilaku  hubungan  merupakan
kemampuan menginterpretasi arti secara penuh hubungan antara perbuatan atau perilaku satu sama lain.
4 Kognisi  sistem  perilaku.  Kognisi  sistem  perilaku  merupakan  kemampuan menginterpretasi  bagian-bagian  perilaku  sosial.  Kemampuan  ini  berpengaruh
bagi  ketepatan  seseorang  dalam  menyikapi,  menanggapi,  dan  merespon  dari gejala atau perilaku sosial yang terjadi.
5 Kognisi transformasi perilaku. Kognisi ini merupakan kemampuan fleksibelitas menginterpretasi  atau  merespon  perubahan  dalam  perilaku  sosial.  Orang  yang
cerdas  secara  sosial  mempunyai  kemampuan  dalam  menghadapi  setiap perubahan yang terjadi.
42 b.  Ranah perilaku
Khilstrom  dan  Cantor  Suyono,  2007:  110  menemukan  bentuk  perilaku kecerdasan  sosial  yang  berupa  kompetensi  sosial,  di  antaranya  adalah  sebagai
berikut.
1  Menerima orang lain. Orang yang memiliki kecerdasan sosial mampu untuk: a  menerima  orang  lain  dengan  segala  kelebihan  dan  kekurangannya;  b
memahami  dan  memperlakukan  orang  lain  secara  tepat;  c  selalu  membuka diri  untuk  bergaul  dengan  orang-orang  baru;  d  berusaha  untuk  selalu
memperluas  interaksi  dengan  orang  lain;  e  berusaha  membuat  orang  lain yang bersamanya menjadi maju dan berkembang.
2  Mengakui  kesalahan  yang  diperbuat.  Orang  yang  mempunyai  kecerdasan sosial  mempunyai  kearifan  dan  keberanian  untuk  menyadari  dan  mengakui
kesalahan  yang  diperbuatnya.  Kalau  ada  orang-orang  yang  berada  di sekitarnya  merasa  tersinggung  dan  dirugikan  atas  perilakunya,  dia  akan
segera minta maaf. 3  Tepat  waktu  dalam  membuat  perjanjian.  Orang  yang  memiliki  kecerdasan
sosial  tidak  gampang  terpengaruh  oleh  orang  lain.  Meski  orang  lain  tidak tepat  waktu,  orang  yang  kecerdasan  sosialnya  tinggi  justru  memberikan
teladan pada orang lain agar memiliki perilaku disiplin. 4  Mempunyai hati nurani sosial. Seseorang yang mempunyai kecerdasan sosial
peka  dalam  merasakan  problematika  yang  berkembang  pada  lingkungan sosial.  Hati  nuraninya  akan  terusik  apabila  ternyata  dari  tindakannya  sendiri
dapat menimbulkan kesengsaraan bagi orang lain.
43 5  Berpikir,  berbicara,  dan  bertindak  secara  sistemik.  Orang  yang  kecerdasan
sosialnya baik akan mengemukakan secara rasional dan runtut mengenai buah pikirannya  pada  orang  lain  dengan  bahasa  yang  indah.  Gagasan  tersebut
bukan  sebatas  pemikiran  saja  tetapi  orang  tersebut  juga  konsisten  untuk melakukannya.
6  Menunjukkan rasa ingin tahu. Orang yang memiliki kecerdasan sosial dalam dirinya  ada  motivasi  yang  tinggi  untuk  mendapatkan  khasanah  pengetahuan
baru.  Orang  tersebut  bersedia  belajar  pada  orang-orang  yang  berbeda  latar belakang sosial dan budayanya.
7  Tidak  membuat  penilaian  tergesa-gesa.  Bila  mengevaluasi  peristiwa  sebagai dasar  menyikapi  kejadian  untuk  mengambil  suatu  tindakan,  orang  tersebut
akan berpikir secara mendalam. 8  Membuat  penilaian  secara  obyektif.  Orang  yang  cerdas  secara  sosial
menggunakan  intelektualitasnya  untuk  menilai  sesuatu  yang  ada  di  luar dirinya. Orang tersebut secara rasioanl menilai realitas apa adanya.
9  Meneliti informasi terlebih dahulu sebagai bahan pertimbangan memecahkan masalah.  Orang  akan  mengumpulkan  referensi  terlebih  dahulu,  melakukan
observasi,  dan  mendalami  masalah  sebelum  memecahkan  suatu  masalah. Cara ini dilakukan sebagai pijakan untuk mencari akar masalah.
10  Peka  terhadap  kebutuhan  dan  hasrat  orang  lain.  Kemampuan  ini  menjadi bekal  bagi  seseorang  untuk  mempertahankan  hubungan  dengan  orang  lain
dalam suatu komunitas. Dengan mengetahui keinginan dan kebutuhan orang
44 lain,  kita  dapat  memberikan  sesuai  dengan  apa  yang  ia  inginkan  dan
butuhkan. 11  Menunjukkan  perhatian  segera  terhadap  lingkungan.  Apabila  lingkungan
membutuhkan  pertolongan,  orang  yang  cerdas  sosial  segera  memberikan bantuan  sesuai  dengan  kemampuan  yang  dia  miliki.  Orang  tersebut  merasa
bahagia dan puas batin bila lingkungan yang dibantunya dapat menyelesaikan
masalah dengan baik.
12  Membuka  diversi  sosial  di  masyarakat.  Kemampuan  seseorang  dalam membaca  diversi  sosial  secara  obyektif  akan  melahirkan  pemahaman,
penghormatan,  dan  penghargaan  terhadap  kelompok  masyarakat  yang
berbeda.
13  Memahami  pentingnya  pembinaan  diri  seumur  hidup.  Kesadaran  diri  bahwa dirinya  memiliki  banyak  kekurangan  membuat  seseorang  mengakui
kelebihan-kelebihan  orang  lain.  Kerelaan  untuk  mengakui  kelebihan  orang lain  mendorong  seseorang  untuk  belajar  dari  orang  lain.  Sehingga
pengetahuan  yang  didapat  dari  orang  lain  dapat  digunakan  sebagai  acuan
untuk memperbaiki diri.
14  Mengenal tuntutan sosial, aksi sosial, dan merancang reformasi sosial. Ketika menemui  ketidakberesan,  ketidakadilan,  dan  ketidakpuasan,  beberapa
kelompok melakukan tuntutan dengan unjuk rasa atau demonstrasi.
15  Mengembangkan  belas  kasih  dan  memperhatikan  sesama.  Sebaik-baik manusia adalah dia yang bermanfaat bagi orang lain. Dalam hal ini sikap rela
45 menolong  sangat  dibutuhkan.  Bantuan  dapat  kita  berikan  sesuai  dengan
kemampuan masing-masing.
Pendapat  di  atas  mengelompokkan  kecerdasan  atau  kemampuan interpersonal  menjadi  dua  ranah,  yaitu  ranah  kognitif  dan  ranah  perilaku.  Ranah
kognitif  berhubungan  dengan  penilaian  seseorang  terhadap  orang  lain  dan lingkungannya  dengan  menggunakan  proses  kognisi  sosial.  Sedangkan  ranah
perilaku  yaitu  bentuk  kecerdasan  atau  kemampuan  sosial  seseorang  berupa kompetensi  sosial.  Kompetensi  sosial  yang  dimaksud  adalah  berupa  standar-
standar  yang  seharusnya  dimiliki  oleh  seseorang  yang  memiliki  kecerdasan  atau kemampuan interpersonal yang tinggi.
Berdasarkan  dua  pendapat  di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa  kecerdasan interpersonal  menurut  dimensinya  dibagi  menjadi  tiga  yaitu  sensitivitas  sosial,
wawasan  sosial,  dan  komunikasi  sosial.  Jika  ingin  mengembangkan  atau meningkatkan kemamuan interpersonal perlu memperhatikan ketiga dimensi yang
telah disampaikan. Sementara itu, pendapat kedua mengelompokkan kemampuan interpersonal  menjadi  dua  ranah,  yaitu  ranah  kognitif  dan  ranah  perilaku.  Pada
dasarnya penjelasan dari masing-masing ranah merupakan jabaran yang lebih rinci dari masing-masing dimensi yang disampaikan sebelumnya.
3.  Karakteristik Kemampuan Interpersonal Menurut  Lwin,  et  al.,  2008:  205  ada  delapan  poin  tanda-tanda  anak
memiliki  kecerdasan  interpersonal  rendah,  tanda-tanda  tersebut  adalah  sebagai berikut.
a.  Tidak suka berbaur atau bermain dengan anak-anak lain.
46 b.  Lebih suka menyendiri.
c.  Menarik diri dari orang lain, misalnya pada saat pesta anak-anak. d.  Merebut dan mengambil mainan dari anak-anak lain.
e.  Memukul  dan  menendang  anak-anak  lain  dan  sering  terlibat  dalam
perkelahian. f.  Tidak suka bergiliran.
g.  Tidak  suka  berbagi  dan  sangat  posesif  menonjolkan  kepemilikan  akan mainannya.
h.  Menjadi  agresif  dan  berteriak-teriak  ketika  dia  tidak  mendapatkan  yang dia inginkan.
Selanjutnya, beberapa indikator kecerdasan atau kemampuan interpersonal yang tinggi menurut Lwin, et al., 2008: 205 adalah sebagai berikut.
a.  Berteman dan berkenalan dengan mudah. b.  Suka berada di sekitar orang lain.
c.  Ingin tahu mengenai orang lain dan ramah terhadap orang asing. d.  Menggunakan bersama  mainannya dan berbagi  makanan dengan teman-
temannya. e.  Mengalah kepada anak-anak lain.
f.  Mengetahui bagaimana menunggu gilirannya selama bermain.
Pendapat di atas memaparkan karakterisik anak yang memiliki kemampuan interpersonal  rendah  dan  anak  yang  memiliki  kemampuan  interpersonal  yang
tinggi.  Berdasarkan  pendapat  tersebut,  disampaikan  bahwa  anak  yang  memiliki kemampuan  interpersonal  rendah  cenderung  memilih  menarik  diri  dari  suatu
kelompok.  Ia  lebih  menemukan  kenyamanan  dengan  kesendiriannya.  Selain  itu, anak  yang  berkemampuan  interpersonal  rendah  cenderung  kesulitan  untuk
mengendalikan  emosinya.  Sedangkan  anak  yang  memiliki  kemampuan interpersonal  tinggi  digambarkan  sebagai  seseorang  yang  mudah  bergaul.  Ia
menyukai  keberadaan  orang  lain,  sehingga  ia  cenderung  memiliki  sikap  sosial yang baik kepada orang lain di sekitarnya.
47 Sementara itu, menurut Safaria 2005: 25 karakteristik anak yang memiliki
kecerdasan atau kemampuan interpersonal yang tinggi ditunjukkan dengan hal-hal sebagai berikut.
a.  Mampu  mengembangkan  dan  menciptakan  relasi  sosial  baru  secara efektif.
b.  Mampu  berempati  dengan  orang  lain  atau  memahami  orang  lain  secara menyeluruh.
c.  Mampu  mempertahankan  relasi  sosialnya  secara  efektif  sehingga  tidak musnah  dimakan  waktu  dan  senantiasa  berkembang  semakin  intim,
mendalam, dan penuh makna. d.  Mampu  menyadari  komunikasi  verbal  maupun  nonverbal  yang
dimunculkan orang lain. e.  Mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosialnya dengan
pendekatan win-win solution serta mencegah masalah baru muncul dalam relasi sosialnya.
f.  Memiliki  keterampilan  komunikasi  yang  mencakup  keterampilan mendengarkan, berbicara, dan menulis secara efektif.
Menurut  pendapat  di  atas,  seorang  anak  yang  memiliki  kemampuan interpersonal  yang  tinggi  adalah  ia  yang  mampu  menjalin  hubungan  atau  relasi
dengan  orang  lain.  Selain  itu,  ia  juga  mampu  memahami  reaksi-reaksi  yang dimunculkan orang lain sebagai bentuk komunikasi. Masalah yang dihadapinya ia
selesaikan melalui
pendekatan win-win
solution, tidak
semata-mata menguntungkan dirinya sendiri.
Berdasarkan  dua  pendapat  di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa  karakteristik seseorang  yang  memiliki  kemampuan  interpersonal  yang  tinggi  adalah  mudah
bergaul  dan  menjalin  hubungan  dengan  orang  lain.  Seseorang  yang  tinggi kemampuan  interpersonalnya  menyukai  keberadaan  orang  lain  di  sekitarnya,
sehingga ia cenderung memiliki sikap sosial  yang baik kepada orang lain. Selain itu, ia juga mampu memahami reaksi-reaksi yang dimunculkan orang lain sebagai
48 bentuk  komunikasi.  Jika  ia  menghadapi  masalah  akan  diselesaikan  secara  adil,
tidak semata-mata menguntungkan dirinya sendiri. 4.  Cara Mengembangkan Kemampuan Interpersonal
Kemampuan  interpersonal  memungkinkan  seseorang  untuk  berkomunikasi dan memahami orang lain. Kemampuan interpersonal yang dikembangkan dengan
baik  akan  sangat  menentukan  keberhasilan  seseorang  dalam  hidupnya  setelah menyelesaikan  pendidikan  formal.  Kemampuan  interpersonal  sangat  berperan
dalam membentuk dan mempertahankan suatu hubungan  yang dijalani seseorang dalam  hidupnya.  Oleh  karena  itu,  sangat  penting  untuk  mengembangkan
kemampuan  interpersonal  yang  dimiliki  seseorang.  Menurut  Gunawan  2005: 119-120 cara mengembangkan kemampuan interpersonal adalah sebagai berikut.
a.  Melatih kemampuan berkomunikasi efektif secara verbal dan nonverbal. b.  Mempelajari  dan  mengerti  serta  peka  terhadap  mood,  motivasi,  dan  perasaan
orang lain. c.  Membiasakan bekerja sama dalam suatu kelompok.
d.  Belajar dalam suatu kelompok atau belajar dengan cara berkolaborasi. e.  Menjadi mediator dalam penyelesaian suatu konflik.
f.  Mengamati  dan  mengerti  maksud  tersembunyi  dari  suatu  sikap,  perilaku,  dan cara pandang seseorang.
g.  Belajar melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. h.  Menciptakan dan mempertahankan kerja sama.
i.  Melatih simpati terhadap orang lain. j.  Melatih empati terhadap orang lain.
49 Berdasarkan  pendapat  di  atas,  dapat  diketahui  bahwa  kemampuan
interpersonal  dapat  dikembangkan  melalui  beberapa  cara.  Seseorang  dapat mengembangkan  dengan  melatih  kemampuan  berkomunikasi  baik  secara  verbal
maupun  nonverbal.  Lebih  memperhatikan  dan  memahami  orang  lain  di  sekitar juga  dapat  meningkatkan  kemampuan  interpersonal  seseorang.  Selain  itu,
mencoba  menjadi  mediator  dalam  penyelesaian  masalah  dapat  menumbuhkan kepekaan seseorang untuk memahami orang lain. Hubungan-hubungan kerja sama
dengan orang lain harus senantiasa ditingkatkan agar dapat mengasah kemampuan untuk  memahami  perasaan  orang  lain.  Belajar  memahami  sesuatu  dari  sudut
pandang  orang  lain  juga  sangat  penting  dilakukan  untuk  mengembangkan kemampuan interpersonal yang dimiliki seseorang.
Pada konteks pendidikan di sekolah, Armstrong 2013: 95-97 merumuskan beberapa  stategi  yang  digunakan  untuk  menumbuhkan  kemampuan  interpersonal
antarsiswa  yang  ada  di  kelas.  Strategi  yang  dapat  diterapkan  di  kelas  antara  lain adalah sebagai berikut.
a.  Melakukan aktivitas berbagi dalam kelompok atau peer sharing Berbagi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu contoh aktivitas berbagi
dalam  kelompok  adalah  berbagi  pengetahuan  melalui  kegiatan  tutor  sebaya. Melalui  kegiatan  tersebut,  siswa  akan  terdorong  untuk  membuka  dan  berbagi
pengetahuan atau pengalaman dengan siswa lain.
50 b.  Membentuk kelompok-kelompok kerjasama
Pembentukan  kelompok-kelompok  kecil  merupakan  inti  dari  pembelajaran kooperatif.  Siswa  dalam  kelompok  dapat  saling  bekerja  sama  untuk  mengatasi
tugas belajar dengan berbagai cara. c.  Belajar melalui permainan
Sebuah  permainan  juga  dapat  dimanfaatkan  untuk  media  belajar.  Melalui permainan,  selain  mendapatkan  ilmu  pengetahuan  yang  menjadi  tujuan
pembelajaran, di sisi lain siswa juga memperoleh kesenangan. d.  Melakukan simulasi-simulasi
Melalui  pelaksanaan  simulasi  siswa  akan  melakukan  interaksi  dengan  siswa lainnya  sehingga  mendapatkan  pemahaman  yang  baru.  Adanya  percakapan  dan
bentuk  interaksi  yang  lain  membuat  siswa  mempunyai  kemampuan  untuk memandang suatu hal berdasarkan sudut pandang orang lain.
Berdasarkan  pendapat  di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa  kemampuan interpersonal dapat diajarkan melalui berbagai cara. Pendapat pertama memaparan
cara  mengembangkan  kemampuan  interpersonal  secara  umum  di  lingkungan melalui latihan-latihan  yang dimulai dari diri sendiri. Sedangkan pendapat kedua
mengutarakan  strategi  yang  dilakukan  guru  untuk  mengajarkan  kemampuan interpersonal  siswa  di  kelas.  Meskipun  berbeda  dalam  pengambilan  konteks,
namun tendensi dari mengembangkan kemampuan interpersonal tetap sama yaitu menekankan  pada  latihan  untuk  bekerja  sama  dan  menjalin  hubungan  dengan
orang lain di sekitarnya.
51
D. Pengaruh Tanggung Jawab terhadap Rasa Percaya Diri