Wahab 1990: 142 menjelaskan bahwa metafora sudah menjadi bahan studi sejak lama, yaitu sejak zaman kuno. Aristoteles 384-322 SM dalam Wahab,
1990: 142 mendefinisikan metafora sebagai ungkapan kebahasaan untuk menyatakan hal yang bersifat umum untuk hal yang bersifat khusus, khusus untuk
yang umum, khusus dengan yang khusus atau dengan analogi. Selain itu, Quintilian 35-95, dalam Wahab, 1990: 142 menjelaskan bahwa metafora adalah
ungkapan kebahasaan untuk mengatakan sesuatu yang hidup bagi makhluk hidup yang lainnya, hidup untuk yang mati, mati untuk yang hidup, atau mati untuk
yang mati. Selanjutnya, Wahab 1990: 142 mengartikan dalam definisi yang agak longgar, metafora sebagai ungkapan kebahasaan yang maknanya tidak dapat
dijangkau secara langsung dari lambang, karena makna yang dimaksud terdapat pada predikasi ungkapan kebahasaan ungkapan itu. Dengan kata lain, metafora itu
ialah pemahaman dan pengalaman akan sejenis hal yang dimaksudkan untuk
perihal yang lain.
Berdasarkan dari berbagai macam sudut pandang metafora oleh para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metafora merupakan ungkapan kebahasaan
yang membandingkan antara dual hal, tetapi tanpa mempergunakan kata-kata pembanding, seperti, bagai, laksana, dan sebagainya. Selain itu, bedasarkan
pengertian yang telah digali dapat diketahui di dalam metafora terdapat dua unsur, yaitu lambang kias dan makna yang dimaksudkan.
2.2.2 Unsur-Unsur Metafora
Pada dasarnya, konsep metafora itu sangat sederhana hanya terdiri dari dua hal antara hal pembanding dengan hal yang dibandingkan. Wahab 1995: 78
menjelaskan bahwa metafora itu mengandung lambang kias dan makna yang dimaksudkan. Sejalan dengan hal itu, Pradopo 2012: 66-67 menjelaskan
metafora sebelumnya terdiri dari dua term atau dua bagian, yaitu term pokok principal term dan term kedua secondary term.Term pokok juga disebut
dengan tenor sedangkan term kedua disebut dengan vehicle. Term pokok atau tenor menyebutkan hal yang dibandingkan, sedangkan term kedua atau vehicle
adalah hal yang untuk membandingkan. Contohnya sebagai berikut. 5
‘Bumi’ adalah ‘perempuan jalang’ Kata bumi dalam kutipan 5adalah term pokok atau tenor, sedangkan
perempuan jalang sebagai term kedua atau vehicle. Gambaran keadaan tersebut dicerminkan oleh pengarang dalam mengungkapkan metafora, dalam suatu
ungkapan metafora terdapat hal yang kita perbincangkan dengan sesuatu yang kita bandingkan.
Selain itu, harus diketahui bahwa tindak tutur penerapan ungkapan metafora yang menggunakan prinsip “The principle ease of articulation” banyak
ditemukan dalam bidang sastra, salah satunya dalam puisi Supriyadi, 2013: 313. Dalam puisi terdapat pernyataan-pernyataan metaforis yang sering digunakan
penyair ketika ia menciptakan suatu sajak atupun puisinya. Pernyataan metaforis itu sebagai gejala kebahasaan dalam puisi direalisasikan dalam bentuk lambang
atau simbol signifier dan mengandung makna yang dimaksudkan signified Supriyadi, 2013: 313. Peryataan tersebut sesuai dengan Wahab 1995: 76 yang
menyatakan metafora dari sudut pandang semantik selalu terdiri dari dua unsur makna, yaitu makna kias signifier dan makna yang dimaksudkan signified.
Berdasarkan paparan dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa unsur metafora dari sudut pandang linguistik terdiri dari dua hal, yaitu hal yang untuk
membandingkan atau lambangsimbol kias signifier dan hal yang dibandingkan atau makna yang dimaksudkan signified. Selain itu, metafora dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang berdasarkan lambang kias atau simbolnya.
2.2.3 Macam-Macam Sudut Pandang Peranan Metafora