penelitian ini akan digunakan sebagai pedoman dalam pengerjaan penelitian. Teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini sebagai berikut.
2.2.1 Pengertian Metafora
Metafora merupakan salah satu jenis majas dari gaya bahasa perbandingan. Majas metafora itu membuat perbandingan suatu hal untuk hal lain, tetapi tanpa
menggunakan kata-kata pembanding. Sebelum melangkah lebih dalam pada pengertian metafora, perlu kita ketahui terlebih dahulu tentang majas atau yang
biasa disebut dengan bahasa figuratif figurative language. Waluyo 1987: 83 menjelaskan bahwa bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk
mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Cara yang tidak biasa tersebut adalah bahasa yang
bermakna kias atau makna lambang. Pengungkapan bahasa figuratif dimaksudkan untuk menghasilkan imajinasi, menambah intensitas perasaan dan sikap penyair
atau penulis, dan mengonsentrasikan makna yang dimaksudkan berdasarkan lambang yang disampaikan dengan bahasa singkat. Selain itu, Tarigan 2013: 5
menyatakan ragam gaya bahasa terdiri dari empat jenis gaya bahasa, yaitu perbandingan, perulangan, pertautan dan pertentangan. Dalam empat kelompok
gaya bahasa tersebut mengandung berbagai jenis majas salah satunya metafora.
Metafora secara harafiah berasal dari bahasa Yunani metaphora yang berarti “memindahkan” yang berasal dari kata meta “diatas” atau “melebihi” dan pherein
“membawa”. Jadi, metafora itu membuat perbandingan antara dua hal atau benda untuk menciptakan suatu kesan mental yang hidup walaupun tidak dinyatakan
secara eksplisit dengan penggunaan kata-kata seperti, ibarat, bak, sebagai, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
umpama, laksana, penaka, serupa seperti pada perumpamaan Tarigan, 2013: 15. Seiring penjelasan harafiah metafora, Becker 1978 dalam Pradopo, 2012: 66
berpendapat bahwa metafora ini bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak mempergunakan kata-kata pembanding, seperti, bagai, laksana, dan sebagainya.
Selain itu, metafora itu melihat sesuatu dengan perantara benda yang lain. Sejalan dengan hal tersebut, Keraf 2008: 139 menjelaskan bahwa metafora semacam
analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat dan tidak menggunakan kata pembanding; misalnya, seperti, sebagai,
bagai, serupa, bak, dan sebagainya.
Alternberd 1970 dalam Pradopo, 2012: 66 berpendapat metafora sebagai sesuatu hal yang sama atau seharga dengan hal lain yang sesungguhnya tidak
sama. Maksud dari metafora ini adalah membandingkan sesuatu hal dengan hal lain yang berbeda, baik dari sifat, wujud dan lain sebagainya. Perhatikan contoh
kutipan di bawah ini.
1
Bumi ini perempuan jalang. Subagio, “Dewa Telah Mati”, 1975: 9
2
Tuhan adalah Warganegara yang paling modern Subagio,”Katekhisasi”,1975: 29
3
Sorga hanya permaianan sebentar .......
4
Cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar Chairil Anwar, “Tuti Artic”, 1959: 41
Dalam sajak Subagio 1, bumi dipersamakan dengan perempuan jalang, dan Tuhan dalam sajak Subagio 2 dipersamakan dengan warga negara yang
paling modern. Dalam sajak Chairil Anwar 3, sorga dipersamakan dengan permainan sebentar, sedangkan cinta dalam sajak Chairil Anwar 4 dipersamakan
dengan bahaya.
Wahab 1990: 142 menjelaskan bahwa metafora sudah menjadi bahan studi sejak lama, yaitu sejak zaman kuno. Aristoteles 384-322 SM dalam Wahab,
1990: 142 mendefinisikan metafora sebagai ungkapan kebahasaan untuk menyatakan hal yang bersifat umum untuk hal yang bersifat khusus, khusus untuk
yang umum, khusus dengan yang khusus atau dengan analogi. Selain itu, Quintilian 35-95, dalam Wahab, 1990: 142 menjelaskan bahwa metafora adalah
ungkapan kebahasaan untuk mengatakan sesuatu yang hidup bagi makhluk hidup yang lainnya, hidup untuk yang mati, mati untuk yang hidup, atau mati untuk
yang mati. Selanjutnya, Wahab 1990: 142 mengartikan dalam definisi yang agak longgar, metafora sebagai ungkapan kebahasaan yang maknanya tidak dapat
dijangkau secara langsung dari lambang, karena makna yang dimaksud terdapat pada predikasi ungkapan kebahasaan ungkapan itu. Dengan kata lain, metafora itu
ialah pemahaman dan pengalaman akan sejenis hal yang dimaksudkan untuk
perihal yang lain.
Berdasarkan dari berbagai macam sudut pandang metafora oleh para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metafora merupakan ungkapan kebahasaan
yang membandingkan antara dual hal, tetapi tanpa mempergunakan kata-kata pembanding, seperti, bagai, laksana, dan sebagainya. Selain itu, bedasarkan
pengertian yang telah digali dapat diketahui di dalam metafora terdapat dua unsur, yaitu lambang kias dan makna yang dimaksudkan.
2.2.2 Unsur-Unsur Metafora