b. Sudut Pandang Metafora dari Segi Semantik
Wahab 1995: 76 menjelaskan bahwa metafora dari sudut pandang semantis selalu terdiri atas dua macam makna, yaitu makna kias signifier dan
makna yang dimaksudkan signified. Makna yang dimaksudkan dapat diungkapkan lewat serangkaian predikasi yang dapat diterapkan bersama pada
lambang kias dan makna langsung. Perhatikan contoh berikut. 10
Aku mengembara di timur tengah digoda demokrasi barat, didera sosialisme rusia
dibujuk semedi cinta, terpanggang padang pasir Beni Setia 1982: 2 “Legiun Asing”
Kalimat pada kutipan 10 di atas adalah kalimat metaforis dengan predikasi digoda, didera, dibujuk dan terpanggang. Predikasi itu dapat pula diterapkan
pada manusia. Dengan demikian, konsep demokrasi barat, sosialisme Rusia, filsafat Cina dan religi Timur Tengah, yaitu konsep abstrak dan pengalaman hidup
penyair. Hal tersebut dihayati sebagai manusia yang memiliki inteligensi dan kemampuan berpikir, sehingga ia dapat menggoda, mendera, membujuk dan
memanggang penyair. Jadi metafora pada kutipan 10 di atas, penyair telah memiliki pengalaman hidup dan merasakan pahit getirnya demokrasi barat,
sosialisme Rusia, filsafat cina, serta pengalaman keagamaan dari Timur Tengah.
c. Sudut Pandang Metafora dari Segi Sistem Ekologi Ruang Persepsi
Manusia Model Haley
Wahab 1995: 76-77 menjelaskan di dalam berpikir dan menciptakan metafora manusia tidak dapat melepaskan diri dari lingkungannya, karena ia
selalu mengadakan interaksi denganlingkungannya itu. Studi tentang interaksi antara manusia dengan lingkungannyamakhluk bernyawa maupun tidak
bernyawa disebut studi tentang sistem ekologi.Selain itu, Wahab 1995: 71 memaparkan untuk mengetahui peranan metafora dalam sistem ekologi manusia,
memakai konsep ruang persepsi manusia yang diperkenalkan oleh Michael C. Haley. Konsep ruang persepsi manusia itu tersusun dalam suatu hierarki yang
sangat teratur. Dengan demikian, ruang persepsi manusia yang mampu mempengaruhi penciptaan metafora pada kalangan penyair dan sastrawan juga
tersusun menurut hierarki yang teratur pula. Michael C. Haley dalam Wahab, 1995: 77 membuat hierarki ruangpersepsi
manusia itu seperti berikut.
BEING COSMOS
ENERGY SUBSTANCE
TERRESTRIAL OBJECT
LIVING ANIMATE
HUMAN Bagan 2.1 Hierarki Ruang Persepsi Manusia Model Haley
Hierarki persepsi manusia terhadap ruang dimulai dari manusia sendiri,karena manusia dengan segala macam tingkah lakunya merupakan
lingkunganmanusia yang terdekat. Jenjang ruang persepsi manusia yang ada di atas HUMAN ialah ANIMATE makhluk bernyawa, sebab manusia hanyalah satu
bagian sajadari makhluk bernyawa. Sebaliknya, tidak semua makhluk bernyawa dapatdimasukkan ke dalam kategori HUMAN. Misalnya, hewan adalah
makhlukbernyawa, tetapi hewan bukanlah manusia. Kategori di atas makhluk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bernyawa ialah LIVING. Kategori yang termasuk living adalah alam tetumbuhan, sebab tumbuhan itu hidup. Tetapi, tidak semua yang hidup itu tetumbuhan. Begitu
hierarki itu seterusnya berjenjang ke atas sampai pada segala sesuatu yang ada di jagad raya ini, termasuk konsep yang bersifat abstrak dan tidak dapat dihayati
oleh indra serta tak dapat disangkal keberadaannya. Oleh karena itu, kategori ruang persepsi yang paling atas ialah BEING, untuk mewakili semua konsep
abstrak yang tidak dapat dihayati dengan indra manusia.
Perlu diutarakan di sini, bahwa antara nomina dengan predikasi dari masing- masing jenis kategori ruang persepsi manusia harus ada kesesuaian. Kesesuaian
antara nomina dan predikasi masing-masing kategori dapat dibaca pada tabel yang diambil Wahab 1991: 78 sebagai berikut.
Tabel 2.1 Kriteria Kategori Ruang Persepsi Manusia Michael C. Haley
KATEGORI CONTOH NOMINA
PREDIKASI BEING
Kebenaran, kasih Ada
COSMOS Matahari, bumi, bulan
Menggunakan ruang ENERGY
Cahaya, angin, api Bergerak
SUBSTANCE Semacam gas
Lembam TERRESTRIAL
Gunung, sungai, laut Terhampar
OBJECT Semua mineral
Pecah LIVING
Flora Tumbuh
ANIMATE Fauna
Berjalan, lari HUMAN
Manusia Berpikir
Urutan kriteria kategori di atas dapat digunakan sebagai wujud lambang kias dalam menciptakan metafora dari hasil interaksi manusia dengan lingkunganya.
Kategori-kategori tersebut menunjukkan adanya jenis kemetaforaan sebagaimana PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang terdapat dalam ruang persepsi manusia dan tercermin dalam lambang kias berikut.
1 Kategori being
Kategori BEING mencakup konsep atau pengalaman manusia yang abstrak. Ciri khas kategori ini ialah predikasi ada, walaupun tak dapat dihayati langsung
oleh indra manusia. Perhatikan contoh berikut. 11
Senja pun tiba Suatu kurun waktu yang tak perlu kutanya
Bambang Darto, dalam Tonggak 4:33 dalam Abdul Wahab, 1995:78
Senja adalah konsep abstrak untuk menandai “tenggelamnya” matahari;
tetapi, konsep senja itu ada. Dalam kalimat metaforis kutipan 11, senja adalah kias untuk konsep usia lanjut manusia. Konsep senja yang dipakai sebagai
lambang kias untuk konsep usia lanjut merupakan wujud interaksi antara manusia dengan BEING.
2 Kategori cosmos
Kategori COSMOS predikasinyatidak hanya ada, melainkan menempati ruang di jagad raya. Jadi yang termasuk benda-benda cosmos antara lain matahari,
bulan, bintang dan bumi. Perhatikan contoh berikut. 12
Matilah kau bulan Telah mampus bumi
Mentari pun kewalahan T. Mulia Lubis, dalam Tonggak 4: 16 dalam Abdul Wahab, 1995:79
Bulan, bumi dan matahari adalah benda-benda cosmos. Dalam kutipan 12 di atas, benda-benda itu tidak dipakai dalam arti yang sebenarnya. Simbolisme
tentang bulan sangat bervariasi antara budaya yang satu dengan budaya yang lain. Ada yang mengasosiasikan bulan dengan perempuan karena antara perempuan
dan bulan ada persamaannya, yaitu masing-masing sangat terikat oleh siklus. Namun demikian, di Indonesia bulan diasosiasikan dengan keindahan. Bumi
menurut Cirlot 1962 dalam Wahab, 1995 dihubungkan dengan tempat tumbuhnya kebudayaan atau kebudayaan itu sendiri. Sementara matahari yang
sifatnya universal, melambangkan semangat atau sumber kehidupan. Benda-benda angkasa tersebut dipakai oleh penyair untuk menyatakan pandangannya yang
pesimis, yaitu tiadanya keindahan dengan lambang bulan, tak berdayanya kebudayaan dengan lambang bumi, dan hilangnya semangat hidup dengan
lambang matahari.
3 Kategori energy
Predikasi khusus yang dipakai oleh kategori ini ialah bahwa ia tidak saja ada dan menempati ruang, melainkan juga adanya perilaku gerak. Perhatikan contoh
berikut. 13
Angin lama tak singgah. Slamet Sukirnanto, 1983. “Tunggu” dalam HorisonXXI235 dalam
Abdul Wahab, 1995:79 14
Api apa membakar? Slamet Sukirnant
o, 1984. “Doa Pembakara”. Dalam HorisonXXI198 dalam Abdul Wahab, 1995:79.
Angin dan api adalah dua bentuk sumber energi. Angin sebagai lambang kias tidak mempunyai sifat universal. Bagi kebudayaan Indonesia, angin dikaitkan
dengan pembawa pesan. Makna dengan konotasi positif dari angin mempunyai fungsi pengantar sari kepada putik dalam proses pembuahan. Ungkapan metafora
kutipan 13 di atas berarti ‘pembawa pesan tak singgah’. Sementara pada kutipan 14 api, dikaitkan dengan konsep kehidupan, kesehatan, kekuasaan, dan tenaga
spiritual. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4 Kategori substance
Predikasi kategori ini ialah ada, membutuhkan ruang dan bergerak serta mempunyai sifat lembam. Perhatikan contoh berikut.
15 Sekumpulan puisi
Mencair diri TM. Lubis, dalam Tonggak 4:18 dalam Abdul Wahab,1995: 80
Pada kutipan 15 di atas, puisi dihayati sebagai benda substansi yang dapat berubah bentuk fisiknya, yaitu cair.
5 Kategori terrestrial
Terrestrial yaitu hamparan yang terikat oleh bumi seperti, samudra, sungai, gunung, padang pasir, dan lain-lain. Perhatikan contoh berikut.
16 Masuk ruang kegelapan, dan gelas aku tambahkan
Mengarungi karang-karang kehidupan Sapardi Djoko Damono. 1987. Horison XXI234 dalam Abdul
Wahab,1995: 80
Dalam metafora kutipan 16 ini dapat diketahui sulitnya kehidupan itu dilambangkan oleh hamparan terrestrial, yaitu karang-karang. Makna karang
yang diasosiasikan dengan kesulitan hidup atau kekejaman hidup itu dapat dimengerti, sebab predikasi yang cocok untuk karang ialah: keras, tajam dan sulit
dipegang erat-erat. Jika hal itu dipegang terlalu erat lukalah tangandan melukai kulit jika tersentuh. Melalui ungkapan tersebut, penyair berusaha untuk
melupakan kekerasan atau kekejaman hidup ini dengan jalan menenggak minuman keras di bar digambarkan sebagai ruang gelap.
6 Kategori object
Predikasi yang cocok untuk kategori OBJECT ialah sifatnya yang dapat pecah. Perhatikan contoh berikut.
17 Mataku fiberglas
Bagai mainan bikinan Jepang Aku berjalan sempoyongan
YA. Nugraha, dalam Tonggak 4:200 dalam Abdul Wahab, 1995:80- 81
Fiberglass adalah OBJECT atau benda yang sifatnya kuat, akan tetapi dapat saja pecah. Benda ini biasanya kusam, tidak transparan seperti kaca bening.
Yudhistira dalam kutipan 17 menggunakan lambang fiberglass untuk mengiaskan pandangannya yang tidak bening lagi terhadap dunia sekitarnya,
karena ia ada dalam keadaan kebingungan oleh perkembangan kehidupan.
7 Kategori living
Predikasi kategori
LIVINGyaitu bisa
tumbuh. Contoh
metafora dalamkategori ini biasanya dikaitkan dengan semua kehidupan flora dan segala
predikasinya. Contoh: 18
Di taman bunga Mekar juga bersama
Hamid Jabbar, dalam Tonggak 4:22 dalam Abdul Wahab, 1995:81
Dalam kalimat metaforis kutipan 18 kehidupan manusia, cinta, dan kekecewaan adalah tiga konsep yang abstrak dihayati sebagai sesuatu yang
konkret, yaitu masing-masing sebagai taman bunga dan bunga itu sendiri. Predikasi yang cocok untuk bunga ialah kata mekar. Bunga dipakai sebagai
simbol untuk cinta dan sifatnya universal.
8 Kategori animate
Predikasi kategori ini adalah kemapuannya berjalan, lari, atau terbang dan tentu saja, bernyawa. Predikasi tersebut tidak dimiliki pada kategori yang ada di
atasnya yaitu kategori living. Contoh konkret untuk kategori ini umumnya diambil
dari dunia fauna dan segala perilakunya sebagai berikut.
19 Tiada bunga-bunga berkembang di sana
Kumbang pun tiada bersenda di sana John Dami Mukese, dalam Tonggak 4:37 dalam Abdul Wahab,
1995:81
Bunga sebagai simbol kecantikan dan cinta, biasanya juga dikaitkan dengan wanita. Secara alami, yang menghampiri bunga ialah kumbang, karena
terpikat oleh madu yang ada di sana. Dengan demikian, ungkapan metafora pada kutipan 19 kumbang dihayati penyair sebagai pria.
9 Kategori human
Predikasi untuk kategori HUMANyaitu kemampuan berfikir, sehingga dapat melakukan berbagai macam perbuatan yang tidak mungkin dikerjakan oleh
anggota-anggota kategori di atasnya. Perhatikan contoh berikut ini. 20
Betapa tajamnya maut memandang Betapa dalam maut mendulang
Sugandi Putra. 1988. Seratus Sanjak:46 dalam Abdul Wahab, 1995:82
Dalam kutipan kalimat 20 di atas, maut atau kematian dihayati sebagai manusia yang dapat memandang dan mendulang emas atau intan. Kematian
digambarkan selalu mengintai dan mengambil kehidupan yang sulit, seperti sulitnya orang mendapatkan intan atau emas.
Kesembilan jenis kategori yang telah dipaparkan sebelumnya, itulah kategori ruang persepsi manusia bersifat hierarkis yang dipakai sebagai lambang
untuk meciptakan metafora dan hasil interaksi manusia dengan lingkunganya. Wahab 1995: 82 menyatakan jika sistem ekologi kita masih seimbang, akan
seimbang pula interaksi manusia dengan lingkunganya. Sebaliknya, jika keadaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lingkungan hidup kita sudah tidak lagi seimbang, tidak seimbang pula lingkungan yang dapat diamati oleh penyair. Hal itu, seterusnya akan mempengaruhi
penciptaan metaforanya. Dengan kata lain, wujud keseimbangan interaksi itu ialah keseimbangan distribusi pemakaian masing-masing kategori ruang persepsi
manusia model Haley.
2.2.4 Lirik Lagu
Seiring dengan penjelasan sebelumnya, lirik lagu merupakan gabungan karya seni suara dan bahasa puitis yang dapat dikategorikan sebagai puisi dalam
karya sastra.
a. Pengertian Lirik Lagu
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2007:678, lirik lagu yaitu 1 karya sastra puisi yang berisi curahan perasaan pribadi, 2 susunan sebuah nyanyian.
Dengan demikian, seorang penyair atau pencipta lagu dalam meciptakan lirik harus benar-benar pandai mengolah kata-kata. Hal itu sesuai dengan paparan
dalam KBBI 2007: 624 bahwa, lagu mempunyai arti ragam suara yang berirama. Selain itu, lagu nyayian merupakan hasil karya sastra seni yang berhubungan
dengan seni suara dan seni bahasa, sebagai karya seni suara melibatkan melodi
dan warna suara penyanyinya.
Awe 2007: 22 menyatakan lirik lagu merupakan ekspresi seseorang dalam batinnya tentang sesuatu hal yang sudah dilihat, didengar, maupun dialaminya.
Penuangan ekspresi lewat lirik lagu ini diperkuat dengan melodi dan notasi yang disesuaikan dengan lirik lagunya, sehingga penikmat akan semakin terbawa dalam
alam batin pengarang. Selanjutnya, Semi 1984: 95 menyatakan lirik adalah puisi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang sangat pendek dan mengapresiasikan emosi. Dengan demikian, lirik lagu dapat dinyatakan memiliki kesamaan dengan puisi dan memiliki keistimewaan
dalam bahasanya.
b. Bahasa Lirik Lagu