1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia. Melalui bahasa itulah, manusia menyampaikan gagasan, keinginan, ataupun perasaanya. Fungsi
bahasa itu sendiri adalah alat interaksi sosial, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, ide atau perasaan. Dengan demikian, bahasa dapat
dinyatakan sebagai identitas dan media pengekspresian jiwa kelompok
masyarakat atau individu dalam berbagai situasi komunikasi Chaer, 2009: 33.
Ditinjau dari fungsi bahasa yang dapat digunakan dalam berbagai situasi komunikasi, salah satu wujudnya adalah karya sastra. Bahasa dalam karya sastra
memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dari situasi komunikasi lainya. Keistimewaan bahasa dalam karya sastra terbentuk adanya percampuran ekspresi
dunia nyata dan dunia kias, antara makna sesungguhnya dan makna kias. Salah satu dari genre sastra yang terbentuk dari dunia nyata dan dunia kias itu adalah
puisi.
Wahab 1990: 144 menyatakan bahwa di dalam puisi ada campuran antara dunia nyata dan duni kias. Dengan demikian, puisi itu kaya akan metafora. Selain
itu, Supriyadi 2013: 313 menyatakan di dalam puisi terdapat pernyataan- pernyataan metaforis yang sering digunakan penyair ketika ia menciptakan suatu
sajak atau pun puisi.Pernyataan metaforis itu sebagai gejala kebahasan dalam puisi yang direalisasikan dalam bentuk lambang kias signifier dan makna yang
dimaksudkan signified.Selanjutnya dari Robert Fost dan Marvin K.I Ching 1980 dalam Wahab, 1995: 75 menyatakan bahwa
“poetry is the of saying one thing
and meaning of another”. Dengan demikian, puisi mempunyai fungsi yang sama dengan metafora, yaitu mengatakan suatu hal tetapi mempunyai maksud
lain. Namun demikian, puisi bukanlah metafora dan begitupula sebaliknya, metafora bukanlah puisi. Persamaan puisi dan metafora ini disebabkan oleh
adanya kenyataan bahwa penyair memiliki hak poetica licensia, dalam mengkhayalkan dunia bebas melengkapi dunia ini dengan apa saja yang
dipilihnya, baik dengan benda-benda yang diambil dari dunia nyata maupun
dengan benda-benda yang ada pada khayalan penyair.
Puisi yang telah dijelakan di atas, tidak jauh berbeda dengan lirik lagu. Lirik lagu biasanya identik dengan lambang-lambang kias atau bahasa yang bersifat
kias. Hal itu terjadi adanya fenomena khas penggunaan bahasa penyair lirik lagu yang tersusun dalam bait-bait bernada liris emosionalpenuh perasaan. Lirik
lagu merupakan ekspresi seseorang dalam batinya tentang sesuatu hal yang sudah dilihat, didengar maupun dialaminya Awe, 2007:22. Selain itu, dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia 2007: 678 lirik adalah karya sastra puisi yang berisi curahan perasaan pribadi. Dengan demikian, lirik lagu dapat dinyatakan memiliki
kesamaan dengan puisi dan memiliki keistimewaan dalam bahasanya. Dalam lirik-lirik lagu karya Iwan Fals sebagain besar menampilkan
lambang-lambang kias atau bahasa yang bersifat kias. Lambang kias atau bahasa yang bersifat kias itu dipakai untuk mengarah penyampaian gagasan, kritik sosial,
perasaan dan sebagainya. Seperti yang sudah peneliti jelaskan tentang puisi dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lirik lagu di atas, maka lirik lagu pun sebenarnya mengandung campuran antara dunia nyata dan dunia kias. Dengan demikian, lirik lagu juga kaya akan ungkapan
metafora. Berdasarkan pernyataan tersebut, hal ini menarik untuk dianalisis lebih lanjut terutama pengkajian metafora dalam lirik lagu.
Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat dan tidak menggunakan kata
pembanding; misalnya, seperti, sebagai, bagai, serupa, bak dan sebagainya Keraf, 2008: 139. Selanjunya, Pradopo 2012: 66 menyatakan bahwa metafora ini
bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak mempergunakan kata-kata pembanding seperti, bagai, laksana dan sebagainya. Selain itu, Wahab 1995:71
menyatakan studi tentang metafora dapat dikaitkan dengan sistem ekologi manusia ruang persepsi manusia. Sehubungan hal itu, beliau menganalisis
metafora dalam puisi memakai konsep ruang persepsi manusia yang dikenalkan oleh Michael C. Haley. Data penelitianya terdiri dari 111 metafora diambil dari 76
puisi yang ditulis sekitar tahun 1970-an, kemudian data itu digolongkan berdasarkan kesesuaian kriteria lambangnya dengan kriteria klasifikasi ruang
persepsi manusia model Haley yang terdiri dari sembilan kategori, yaitu being, cosmos, energy, substantial, terretrial, object, living, animate dan human.
Berdasarkan hal itu, dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk mengetahui dan membuktikan khususnya tentang metafora dengan konsep ruang persepsi manusia
model Haley dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983. Berdasarkan analisis awal terhadap lirik-lirik lagu karya Iwan Fals pada
album tahun 1981-1983, cukup banyak ditemukan lambang kias dari ungkapan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
metafora yang dapat diklasifikasikan kedalam sembilan kategori sistem ekologi ruang persepsi manusia model Haley. Berikut salah satu contoh data ungkapan
metafora dalam lirik lagu Iwan Fals. 1
Cepatlah besar matahariku 34-JL.1-AP.82-Fra Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia 2007: 772, matahari merupakan
benda angkasa, titik tata surya berupa bola berisi gas yang mendatangkan terang panas pada bumi kala siang. Dengan demikian, kosep matahari dapat disebut
sebagai konsep benda yang berada diruang angkasa dan menggunakan ruang. Dalam ungkapan metaforis pada data 34-JL.1-AP.82-Fra, Iwan Fals menghayati
matahari sebagai anak kandungya yang dapat tumbuh semakin besar atau dewasa. Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah ini.
2 Galang rambu anarki anakku
Cepatlah besar matahariku Menangis yang keras janganlah ragu
Iwan Fals. Galang Rambu Anarki Dalam Album Opini. 1982
Penggalan lirik lagu 2 di atas seoalah-olah menggambarkan seorang penyair yang sedang mendoakan anaknya supaya cepat tumbuh dewasa. Anak
tersebut bernama Galang Rambu Anarki yang didoakan supaya lekas besar atau tumbuh dewasa. Dalam ungkapan metaforis pada data 34-JL.1-AP.82-Fra ini,
anak tersebut diungkapan Iwan Fals dengan lambang kias signifier matahari, sedangkan makna yang dimaksudkan penyair signified adalah Galang Rambu
Anarki. Dilihat dari kriteria lambang kias matahari pada ungkapan metafora penyair
di atas memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori cosmos. Hal tersebut menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan cosmos yang mencakup
contoh kongkrit matahari, bumi, bulan dan lain-lain yang tidak hanya ada melainkan menempati ruang di jagad raya. Dengan demikian, penciptaan
ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori cosmos dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
Penciptaan ungkapan metafora dengan lambang kias matahari di atas menggambarkan sebuah interaksi penyair dengan lingkunganya. Lambang kias itu
memiliki kriteria yang sesuai dengan kategori cosmos dalam hierarki ruang persepsi model Haley. Dengan demikian, penciptaan sebuah metafora tidak
terlepas dari interaksi penyair lagu dengan lingkungan di sekitarnya. Hal tersebut, sejalan dengan pernyataan Wahab 1990: 147 yang mengungkapkan bahwa di
dalam berpikir dan menciptakan metafora manusia tidak dapat melepaskan diri dari lingkunganya, karena ia selalu mengadakan interaksi dengan lingkunganya
itu. Studi tentang interaksi antara manusia dan lingkungannya makhluk bernyawa ataupun benda tak bernyawa disebut dengan sistem ekologi.
Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik pada lirik-lirik lagu karya Iwan Fals tahun 1981-1983 dengan alasan ungkapan metafora yang ditemukan cukup
banyak. Oleh karena itu, lirik lagu tersebut akan dijadikan objek penelitian dan dianalisis berdasarkan lambang kias yang digunakan pada ungkapan metaforanya.
Kemudian, data tersebut diklasifikasikan ke dalam kategori ruang persepsi manusia model Haley dan dicari distribusi frekuensi pemakaiannya supaya
mengetahui kategori metafora ruang persepsi manusia model Haley yang paling menonjol serta keadaan sistem ekologi penyairnya.
1.2 Rumusan Masalah