Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri

15 kepribadian seseorang, sering dikemukakan istilah “maladjustment” yang artinya “tidak ada penyesuaian” atau “tidak mampu menyesuaikan diri”. Pada dasarnya maladjustment terjadi pada semua individu. Namun, pada beberapa orang, maladjustment itu demikian keras dan menetap sehingga “menghancurkan” atau mengganggu kehidupan yang efektif. Macam penyesuaian diri mungkin saja berbeda-beda dalam sifat dan caranya. Ada sebagian orang menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial tempat ia bisa hidup dengan sukses, sebagianlain tidak sanggup melakukan penyesuaian diri tersebut, boleh terjadi mereka mempunyai kebiasaan yang tidak serasi untuk berperilaku sedemikian rupa, sehingga menghambat penyesuaian diri dan sosial kurang menolong. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut peneliti penyesuaian diri adalah kemampuan individu dalam menghadapi perubahan yang terjadi dalam hidupnya, untuk mempertemukan tuntutan diri dan lingkungan agar tercapai keadaan atau tujuan yang diharapkan oleh diri sendiri dan lingkungannya.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri

Menurut Moh. Surya 1985:16 penentu-penentu penyesuaian diri identik dengan faktor yang menentukan perkembangan kepribadian. Penentu-penentu tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. Kondisi jasmani, yang meliputi pembawaan, susunan jasmaniah, sistem syaraf, kelenjar, otot, dan kesehatan. 16 b. Perkembangan dan kematangan, terutama kematangan intelektual, sosial, moral dan emosional. c. Penentu psikologis yang meliputi pengalaman, belajar, pembiasaan, determinasi diri, frustasi, dan konflik. d. Kondisi lingkungan terutama rumah, keluarga dan sekolah. e. Penentu kultural budaya dan agama. Menurut Moh. Surya 1985: 17 yang dimaksud dengan penentu deretminan disini adalah tiap faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri yaitu : 1. Kondisi penentu jasmani Beberapa ciri kepribadian mempunyai hubungan dengan susuan jasmani yang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor pembawaan. Dalam beberapa hal, kecenderungan salah suai dapat dipindahkan secara genetis terutama dengan perantaraan temperamen. Temperamen, sebagai diposisi yang diwariskan dan aspek perkembangannya secara intrinsic berkaitan erat dengan susunan tubuh. Sebagai komponen primer kepribadian, temperamen menentukan karakteristik ini yang berkenaan dengan penyesuaian diri. Jadi, secara tidak langsung pembawaan merupakan kondisi dan penentu penyesuaian diri. Disamping itu dalam kepribadian terdapat faktor lain yang mempunyai kaitan dengan susunan tubuh, yang dipengaruhi oleh pembawaan, tetapi hubunganya dengan penyesuaian diri lebih jauh dibandingkan denga temperamen.. faktor-faktor tersebut adalah 17 intelegensi dan imajinasi yang berperan secara tidak langsung dalam penyesuaian diri. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem syaraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya. Gangguan penyakit yang kronis dapat menimbulkan kurangnya kepercayaan pada diri sendiri, peranan rendah diri, ketergantungan, peranan ingin dikasihi dan lain- lain. 2. Perkembangan, kematangan dan penyesuaian diri Perkembangan dan kematangan mempunyai hubungan yang erat dengan proses penyesuaian diri, dalam arti bahwa pencapaian penyesuaian diri itu akan banyak tergantung dari tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapai. Sesuai dengan hokum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai berbeda antara individu yang satu dengan lainnya, sehingga pencapaian pola-pola penyesuaian diri pun berbeda pula secara individual. Dapat dikatakan bahwa pola penyesuaian diri dan kesehatan mental senantiasa akan bervariasi sesuai denga tingkat perkembangan dan kematangan yang 18 dicapainya. Kegagalan dalam perkembangan juga akan mempengaruhi proses penyesuaian diri. 3. Penentu psikologis terhadap penyesuaian diri Banyak sekali faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi penyesuaian diri. Diantaranya adalah faktor pengalaman, belajar, kebutuhan-kebutuhan psikologis, determinasi diri, frustasi, konflik, dan iklim psikologis. Meskipun sebenarnya agar sulit untuk memisahkan satu faktor dengan lainnya akan tetapi dalam bahagia ini akan dibahas beberapa dari faktor-faktor tersebut serta hubungannya dengan penyesuaian diri. 4. Lingkungan sebagai penentu penyesuaian diri a. Pengaruh rumah dan keluarga Faktor-faktor yang menkondisikan penyesuaiaan diri, tidak ada satupun faktor yang lebih penting daripada faktor rumah dan keluarga karena keluarga merupakan satuan kelompok sosial yang paling kecil. Terdapat karakteristik kehidupan keluarga yang mempengaruhi penyesuaian diri, karakter tersebut adalah : 1 Susunan keluarga, yaitu besar kecil keluarga, siapa yang lebih berkuasa, jumlah anak, perbandingan anak perempuan dan anak laki-laki dan lain-lain. 2 Peran-peran sosial dalam keluarga yaitu setiap peranan sosial yang dimainkan oleh setiap anggota keluarga. Peranan sosial 19 dipengaruhi oleh sikap dan harapan orang tua terhadap anaknya, faktor umur, jenis kelamin. 3 Keanggotaan kelompok, yaitu sejauh mana para anggota keluarga merasakan sebagai bagian dari kelompok. 4 Kohesi keluarga, yaitu kekuatan perpautan antara anggota keluarga yang satu dengan yang lain. b. Penentu kebudayaan terhadap penyesuaian diri Faktor kebudayaan kultural mempunyai pengaruh terhadap pembentukan watak dan tingkah laku individu yang diperoleh melalui medium pendidikan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Proses penyesuaian diri dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah dan kemudian masyarakat secara bertahap dipengaruhi oleh faktor-faktor kebudayaan. Lingkungan kebudayaan dimana individu berada dan berinteraksi akan menentukan pola-pola penyesuaian diri. c. Agama dan penyesuaian diri Sebagaimana halnya kebudayaan, agamapun memegang peranan yang penting sebagai penentu dalam proses penyesuaian diri. Agama merupakan sumber nilai, kepercayaan, dan pola-pola tingkah laku yang akan memeberikan tuntunan bagi arti, tujuaan dan kestabilan hidup umat manusia. Pengalaman mempengaruhi penyesuaian diri, akan tetapi tidak semua pengalaman mempunyai arti bagi penyesuaian diri. Banyak 20 pengalaman sehari-hari yang sedikit sekali hubungannya dengan penyesuaian diri. Ada pengalaman-pengalaman tertentu yang secara fundamental mempunyai arti bagi penyesuaian diri. Pengalaman tersebut dapat berupa pengalaman yang menyenangkan atau pengalaman trauma. Pengalaman trauma cenderung akan menimbulkan penyesuaian yang kurang baik atau mungkin salah suai. Pendapat lain menurut Lazarus dalam Daca Aruna Yuda Trimingga,2008: 34 menguraikan faktor-faktor penyesuaian diri, yaitu : a. Faktor Stres b. Faktor Eksternal Faktor eksternal dalam penyesuaian diri terbagi menjadi dua tuntutan, yaitu : 1. Tuntutan Fisik 2. Tuntutan Sosial c. Faktor Internal Faktor Internal dalam penyesuaian diri terbagi menjadi dua kebutuhan, yaitu : 1. Kebutuhan jaringan dan pendorong 2. Motif Sosial 21 Menurut Enung dalam Nofiana 2010: 17 menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri antara lain : a. Faktor Fisiologis. Struktur jasmani merupakan kondisi yang primer dari tingkah laku yang penting bagi proses penyesuaian diri b. Faktor Psikologis. Banyak faktor psikologis yang mempengaruhi penyesuaian diri antara lain pengalaman, aktualisasi diri, frustasi, depresi. Menurut Mahmud dalam Alex Sobur 2003: 531 mekanisme penyesuaian adalah berbagai kebiasaan yang biasa dipakai orang untuk memuaskan motif-motifnya. Termasuk disini ialah mekanisme pemecahan masalah secara realistis dan mekanisme yang lebih bersifat primitif berupa sikap agresif melawan hal-hal yang merintangi. Berbagai mekanisme seperti itu sebenarnya bukanlah sesuatu yang abnormal atau tidaklah merupakan simtom-simtom abnormalitas. Berikut ini adalah mekanisme reaksi tipikal pada penyesuaian diri yang dialami oleh orang-orang bila berupaya menanggulani banyak kekecewaan hidup, yaitu : 1 Rasionalisasi Rationalization Ini terjadi bila seorang individu berupaya member penjelasan yang menyenangkan rasional-tapi tidak usah benar- penjelasan untuk perilaku yang khusus dan sering tidak diinginkan. Sebenarnya, orang yang berupaya memberikan perilaku yang dirasakannya tidak dikehendaki secara sadar atau bawah sadar terlibat dalam rasionalisasi. 22 2 Kopensasi compensation Pada konsep kopensasi ketika membicarakan suatu situasi saat orang- orang dengan perasaan ketidakcukupan-sesungguhnya atau dibayangkan-berusaha sendiri dengan upaya tambahan guna mengatasi perasaan-perasaan tidak nyaman. c. Negativisme negativism Negativisme adalah suatu reaksi yang dinyatakan sebagai perlawanan bawah sadar pada orang-orang pada orang lain atau objek-objek orang lain. Seorang filsuf anonim menyatakan, “seandainya kita semua mau mengaku saja bahwa kita gelisah, mungkin kita tidak akan menjadi begitu gelisah ”. Orang-orang dengan kegelisahan yang khas, memang cenderung meyakini bahwa makhluk-makhluk hidup yang tidak sama merasa sama seperti mereka tetapi hanya sedikit saja dari kita yang bisa hidup tenang, terlepas dari penanpilan “luar”. d. Kepasrahan resignation Kepasrahan adalah istilah psikologi yang umumnya merujuk pada suatu tipe kekecewaan mendalam yang sangat kuat, yang ada kalanya dialami oleh individu-individu. Kondisinya mungkin berlangsung lama atau sementara. Kepasrahan dapat dinyatakan sebagai keadaan menyerah, menarik diri dari krtertiban seseorang dari keadaan khusus. e. Pelarian flight Reaksi penyesuaian pada kekecewaan yang disebut pelarian, boleh jadi dikacaukan dengan kepasrahan. Namun, pelarian mencakup lebih jauh 23 yang lebih jauh, yaitu melarikan diri dari situasi khusu yang menyebabkan kekecewaan atau kegelisahan. Pelarian dapat mengakibatkan seseorang mengambil suatu pekerjaan baru sebagai sarana untuk melarikan diri dari pekerjaan yang sekarang, melamun, lari dari rumah, bahkan meminim obat-obatan yang melebihi dosis. f. Represi repression Jika tanpa diketahui, seorang mengeluarkan pengalaman atau perasaan tertentu dari kesadarannya, beearti ia melakukan suatu reaksi penyesuaian yang disebut represi. g. Kebodohan semu pseudostupidity Dalam beberapa hal tindakan lupa, sebaliknya dari represi peristiwa- peristiwa secara tidak sadar, adalah disengaja dan digunakan sebagai alaht untuk menghindarkan tipe-tipe kegiatan tertentu. Disebut sebagai kebodohan semu. Dengan sadar berupaya member kesan menjadi pelupa. h. Pemikiran obsesif obsessif thinking Reaksi penyesuaian lain disebut pemikiran obsesif. Istilah ini dirujuk pada perilaku seseorang yang mempebesar ukuran realistis dari masalah atau situasi yang dialami. i. Pengalihan displacement Pengalihan dapat didefinisikan sebagai proses psikologis dari perasaan-perasaan terpendam yang kemudian dialihkan kearah objek- objek lain dari pada kearah sumber pokok kekecewaan. Jika suatu 24 situasi khusu memengaruhi perasaan keaamanan seseorang, dia dapat bereaksi dengan menyerang, baik dengan kata-kata ataupun secara fisik pada orang-orang lain. j. Perubahan conversion Istilah konversi digunakan untuk melambangkan suatu proses psikologis, dalam hal kekecewaan-kekecewaan emosional diekspresikan dalam gejala-gejala jasmani yang sakit atau tak berfungsi sebagaimana mestinya. Menurut Fahmi dalam Alex Sobur 2003: 537 banyak faktor lain yang mempunyai pengaruh besar dalam menciptakan penyesuaian diri pada individu, antara lain adalah : 1 Pemuasan kebutuhan pokok dan kebutuhan pribadi. Yang dimaksud dengan kebutuhan pokok adalah kebutuhan jasmani atau fisik, seperti kebutuhan makan, minum dan beristirahat. Pemuasan kebutuhan itu termasuk hal yang mutlak perlu karena tanpa pemuasan individu akan binasa. 2 Hendaknya ada kebiasaan-kebiasaan dan keterampilan yang dapat membantu dalam pemenuhan kebutuhan yang mendesak. Tidak diragukan lagi bahwa kecakapan dan kebiasaan-kebiasaan itu terbentuk pada tahap-tahap pertama dari kehidupan individu. Oleh karena itu, dapat kita katakana bahwa penyesuaian diri itu sebenarnya adalah hasil dari semua pengalaman dan percobaan yang dilalui oleh individu, yang memengaruhi cara mempelajari berbagai jalan untuk memenuhi 25 kebutuhan-kebutuhannya dan bergaul dengan orang lain dalam kehidupan sosial. 3 Hendaknya dapat menerima dirinya. Pandangan orang terhadap dirinya merupakan faktor terpenting, yang mempengarihi kelakuannya. Apabila pandangan tersebut baik, penuh dengan kelegaan, hal itu akan mendorong untuk bekerja dan menyesuaikan diri dengan anggota masyarakat dan akan membawanya pada kesuksesan, yang sesuai dengan kemampuan. 4 Kelincahan. Yang dimaksud dengan kelincahan disini ialah, agar orang bereaksi terhadap perangsang-perangsang baru dengan cara yang serasi. Orang yang kaku, tidak lincah tidak dapat menerima perubahan yang terjadi atas dirinya. Oleh karena itu, penyesuaian dirinya tergantung dan hubungannya dengan orang lain goncang, apabila ia pindah kelingkungan baru, yang cara hidupnya berbeda dengan cara yang telah biasa dialaminya. Bagi orang yang lincah ia akan bereaksi terhadap lingkungan baru dengan cara yang serasi, yang menjamin penyesuaian dirinya dengan lingkungan akan mudah untuk bergaul. Ini erarti penyesuaian diri akan lebih mudah, apabila orang tersebut lincah dan sebaliknya semakin kurang lincahan seseorang, semakin kurang kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan suasana dan lingkungan yang baru. 5 Penyesuaian dan persesuaian. Sesungguhnya menyerah dianggap semacam penyesuaian dalam bentuk penyerahan terhadap lingkungan 26 terutama lingkungan kebudayaan sosial. Orang yang gagal dalam menyesuaikan terhadap peraturan, dianggap gagal pula dalam menyesuaikan terhadap peraturan. Penyesuaian diri merupakan suatu proses yang sangat sulit. Pertama, banyak kesulitan dalam menyesuaikan diri bersumber pada diri kita sendiri. Kedua, pengaruh-pengaruh yang ikut membentuk kepribadian kita, berada diluar kita demikian pula banyak sarana untuk menyelesaikan tugas-tugas. Ketiga, usaha-usaha kita untuk memenuhi keperluan dalam tuntunan luar dari lingkungan itu harus sesuai dengan tujuan hidup kita. Maka itu, “penyesuaian diri yang baik” bisa kita rumuskan sebagai “memenuhi keperluan, hasrat dan keinginan kita, serta tuntunan wajar dari lingkungan secara semestinya dan semakin mendekatkan kita kepada tujuan dan maksud sebenarnya hidup ”. Menurut Sunarto dan Hartono 2008: 229 bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri, yaitu: a. Kondisi-kondisi fisik termasuk di dalamnya keturunan, konstitusi fisik, susunan saraf, kelenjar, dan sistem otot, kesehatan, penyakit, dan sebagainya. Kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri. Kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diproleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Hal ini berarti gangguan penyakit jasmaniah akan mengganggu proses penyesuaian diri. b. Perkembangan dan kemat angan, khususnya kematangan intelektual, sosial, moral, dan emosional. c. Penentu psikologis, termasuk di dalamnya pengalaman, belajarnya, pengkondisian, penentuan diri, frustasi, dan konflik. d. Kondisi lingkungan, khususnya keluarga dan sekolah. e. Penentu kultural, termasuk agama. 27 Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas maka penetiti menarik suatu kesimpulan bahwa secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri individu dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1. Faktor Internal. Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu, meliputi : kondisi jasmani atau fisik, emosi, kematangan intelektual, moral dan religius, sosial, serta motivasi untuk belajar. 2. Faktor Eksternal. Yaitu faktor-faktor yang berasal dari lingkungan atau dari luar diri individu, meliputi kondisi lingkungan yaitu lingkungan rumah, lingkungan keluarga, dan lingkungan sekolah, modelling dari orangtua. Maka peneliti juga dapat menyimpulkan bahwa penelitian ini akan dilihat dari aspek fisik, aspek psikologis, dan aspek sosial. Hal ini diperkuat oleh teori Moh.surya dan Desmita. Dalam hal ini menurut Desmita yang dimana aspek-aspek dalam penyesuaian diri yaitu psikologis, fisik, sosial dan lain-lain.

3. Ciri Penyesuaian Diri