54
a. UU RI No. 6 tahun 1974 tentang ketentuan pokok-pokok kesejahteraan sosial.
b. UU No. 7 tahun 1984 pengesahan konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi tehadap perempuan.
c. UU RI No. 39 tahun 1999 tentang Hak asasi Manusia. d. Pesolusi majelis umum PBB No. 48 104 tahun 1983 yang mengutuk
setiap bentuk kekerasan terhadap perempuan baik dalam keluarga, masyarakat, atau negara.
e. Kesepakatan antara Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri kesehatan RI, Menteri Sosial RI dan Kepala Kepolisian RI No.
14menPPDep. VI 2002. f. Nomor: 1392 mekes SKBX?2002, Nomor: 75 HUK2002, Nomor:
133048X2002 tentang Pelayaan Tepadu Korban Tindakan Kekerasan Terhadap Perempuan.
Berdasarkan kondisi Panti Sosial Karya Wanita diatas sehingga tujuan dari PSKW yaitu untuk memulihkan kembali harga diri, kepercayaan diri,
mampu menyesuaikan diri, tanggung jawab sosial serta kemauan dan kemampuan untuk melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam
bermasyarakat yang normatif serta mengembangkan potensi warga binaan untuk hidup produktif.
2. Sistem Pelayanan
Panti Sosial Karya Wanita Yogyakarta merupakan lembaga yang bertugas menangani permasalahan Wanita Rawan Sosial Psikologis
55
WRSP di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai bentuk upaya dan tanggung jawab pemerintah terhadap pengentasan masalah sosial.
Panti Sosial Karya Wanita PSKW Yogyakarta sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial DIY sebagai lembaga pelayanan masyarakat Public
Service yang memberikan pelayanan konsultasi, rehabilitasi dan pelayanan sosial untuk membantu merubah sikap dan perilaku psikologis
Wanita Rawan Sosial Psikologis WRSP. Pelayanan di PSKW Yogyakarta merupakan pelayanan perlindungan dan rehabilitasi sosial
yang diselenggarakan di dalam panti. Warga binaan wajib tinggal di asrama selama mengikuti pelayanan. Beberapa tahapan pelayanan
rehabilitasi di PSKW yaitu:
a. Tahap sosialisasi 1 Penyebarluasan informasi
Dilakukan dengan koordinasi dengan wilayah Kabupaten dan Kota se-DIY, melaksanakan dan ikut serta pertemuan masyarakat,
penyebarluasan leaflet dan melalui media massa lainnya. 2 Penjangkauan
Petugas melakukan kunjungan langsung pada komunitas atau individu sasaran pelayanan dan memberikan informasi langsung
tentang PSKW Yogyakarta.
56
b. Tahap penerimaan 1 Pendekatan Awal dan Rekrutmen
Pendekatan awal dan rekruitmen merupakan tindak lanjut dari tahapan sosialisasi. Petugas melakukan pendekatan awal
berdasarkan data dari laporan masyarakat atau rujukan tokoh masyarakat, Orsos, LKSLSM, atau instansi terkait lainnya dan
daftar diri. 2 Identifikasi
3 Motivasi 4 Seleksi
5 Registrasi 6 Orientasi dan konsultasi
7 Pengungkapan dan penelaahan masalah 8 Penempatan dalam asrama
9 Penempatan dalam program pelayanan c. Tahap rehabilitasi sosial
1 Bimbingan fisik, mental dan sosial a Pemeliharaan kesehatan, olah raga dan sarana kebersihan
b Pemenuhan kebutuhan dasar sandang, pangan, dan tempat tinggal selama pelayanan
c Bimbingan keagamaan d Bimbingan kedisiplinan
e Bimbingan budi pekerti
57
f Dinamika kelompok g Bimbingan kewirausahaan
h Bimbingan bahasa bahasa jawa dan bahasa inggris i Bimbingan kesehatan mental
j Babby sitter k Bimbingan seni budaya tari, kerawitan, dan musik
l Muatan lokal m Konseling
n Terapi individu o Terapi kelompok
p Pendampingan asrama q Mediasi
r Advokasi 2 Bimbingan keterampilan
a Keterampilan Jahit, Bordir dan Kerajinan tangan b Keterampilan Tata Rias dan Salon
c Keterampilan Olahan Pangan Tata Boga d Keterampilan Membatik
d. Tahap resosialisasi 1 Bimbingan Pra Pemulangan
2 Bimbingan Kesiapan dan peran serta dalam masyarakat Yaitu dengan melakukan upaya koordinasi dan kerjasama dengan
sistem sumber dan aparat setempat.
58
3 Bimbingan UsahaKerja a Achievment Motivation Training AMT
Memberikan pengetahuan usaha dan motivasi agar para korban kekerasan
seksual dapat
mengembangkan kemampuan
usahanya setelah melalui tahapan pelayanan. b Praktek belajar kerja PBK
Penempatan para wanita rawan sosial pada tempat usaha sesuai bimbingan keterampilan dengan tujuan menerima ilmu yang
diperoleh serta untuk membangun motivasi bekerja dan menjadi mandiri. Praktek belajar kerja dilaksanakan selama 25
hari dan bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan di Yogyakarta.
c Sertifikasi alumni Pendalaman keterampilan yang terstandarisasi bagi alumni
Panti Sosial Karya Wanita PSKW yang bertujuan untuk memberikan bukti sertifikasi keterampilan yang diakui.
Diharapkan sertifikasi dapat menjadi bakal untuk usaha ataupun untuk bekerja. Sertifikasi dilaksanakan selama 2 bulan,
bekerja sama dengan Lembaga Pelatihan Keterampilan LPK yang terakteditasi didaerah Yogyakarta. Alumni yang lulus
sertifikasi, akan memperoleh bantuan stimulant sesuai dengan jenis keterampilan.
59
4 Penyaluran a Penempatan kerja atau magang
b Usaha sendiri c Pemberian bantuan stimulasi Sertifikasi dan non
sertifikasi e. Tahap bimbingan lanjut
Sasaran kegiatan bimbingan lanjut adalah alumni Panti Sosial Karya Wanita PSKW. Kegiatan bimbingan lanjut meliputi:
1 Bimbingan peningkatan kehidupan masyarakat 2 Bimbingan pemantauan usaha
3 Bantuan pemantauan pemanfaatan bantuan stimulant Kegiatan bimbingan lanjut dilaksanakan dengan:
1 Home visit 2 Konseling
3 Temu alumni 4 Kunjungan tempat kerja
5 Monitoring Bantuan stimulan 6 Bimbingan Perencanaan Usaha
f. Tahap Terminasi Tahap terminasi merupakan tahap pengakhiran hubungan pelayanan
dengan dengan warga binaan. Tahapan ini meliputi: 1 Penutupan pencatatan kasus
2 Penutupan kontrak pelayanan
60
Sehingga berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pelayanan yang dilakukan pekerja sosial adalah penggalian potensi,
memberdayakan diri para individu melalui minat bakat yang dimilikinya. Dalam hal ini merupakan sarana pendukung yang paling penting setelah
individu dianggap selesai dalam mengikuti pelayanan sosial yang diberikan dan dapat hidup berbaur dengan masyarakat.
5 Penyesuaian Diri pada Wanita Rehabilitasi Sosial di Panti Sosial Karya Wanita
Penyesuaian diri merupakan kemampuan individu dalam menghadapi perubahan yang terjadi dalam hidupnya, untuk mempertemukan tuntutan
diri dan lingkungan agar tercapai keadaan atau tujuan yang diharapkan oleh diri sendiri dan lingkungannya. Tuntutan mengenai hal yang ingin
dicapai tersebut menjadi suatu hal yang memaksa diri individu untuk melakukan penyesuaian atau biasa disebut dengan adaptasi atau
penyesuaian diri. Wanita yang direhabilitasi di panti tersebut memiliki masa lalu yang berbeda satu sama lain, sehingga mereka juga memiliki
kemampuan penyesuaian diri yang berbeda satu sama lain juga. Beberapa alasan mereka masuk panti tersebut pada dasarnya hanya satu hal yang
ingin dicapai yakni mengalami perubahan yang semakin membaik pada dirinya.
Penyesuaian diri pada wanita yang menerima rehabilitasi di Panti Sosial Karya Wanita tersebut juga terpengaruh akan lingkungan tempat ia
dibina, baik ditinjau dari situasi ataupun kondisi sesama warga binaan
61
maupun situasi lingkungannya. Faktor-faktor yang menjadi penentu penyesuaian diri identik dengan faktor yang menentukan perkembangan
kepribadian. Penentu-penentu
penyesuaian diri
tersebut dapat
dikelompokkan yakni meliputi a kondisi jasmani, yang meliputi pembawaan, susunan jasmaniah, sistem syaraf, kelenjar, otot, dan
kesehatan; b perkembangan dan kematangan, terutama kematangan intelektual, sosial, moral dan emosional; c penentu psikologis yang
meliputi pengalaman, belajar, pembiasaan, determinasi diri, frustasi, dan konflik; d kondisi lingkungan terutama rumah, keluarga dan sekolah; dan
e penentu kultural budaya dan agama. Pada beberapa faktor yang menjadi penentu penyesuaian diri tersebut,
dapat dispesifikkan bahwa aspek fisik, psikologis, dan sosial merupakan faktor inti yang berpengaruh terhadap penyesuaian diri wanita binaan di
Panti Sosial Karya Wanita tersebut. Penyesuaian diri yang baik meliputi enam aspek yakni meliputi a tidak terdapat emosionalitas yang berlebih,
b tidak terdapat mekanisme psikologis, c tidak terdapat perasaan frustrasi personal, d kemampuan untuk belajar, e pemanfaatan pengalaman masa
lalu, f sikap realistik dan objektif, dan g pertimbangan rasional dan pengarahkan diri. Pada pemaparan mengenai aspek-aspek penyesuaian diri
tersebut, peneliti mengelompokkan dan menyepesifikkan pada aspek fisik, psikologis, dan sosial, karena ketiga aspek tersebut berpengaruh pada
enam aspek pada penyesuaian diri tersebut.
62
Penyesuaian diri juga dapat dipengaruhi faktor eksternal berupa lingkungan tempat tinggal. Pada kajian penelitian ini, tertera tempat
penelitian di panti rehabilitasi sosial dengan tujuan penelitian untuk mengukur tingkat penyesuaian diri pada wanita binaan di Panti Sosial
Karya Wanita. Pengertian rehabilitasi itu sendiri yakni mengembalikan kemampuan. Namun kita sering mendengar perkataan rehabilitasi, secara
umum diartikan sebagai pembetulan, perbaikan, pengembalian, kepada suatu yang lebih baik. Sosial berarti segala sesuatu mengenai masyarakat,
yang peduli terhadap lingkungan umum. Jadi pengertian rehabilitasi sosial secara umum adalah proses yang dilakukan secara terus-menerus dalam
rangka pemulihan kembali orang agar bisa teratasi masalahnya, meliputi : pemulihan kembali kepercayaan diri, mandiri serta tanggung jawab pada
diri, keluarga, masyarakat ataupun lingkungan sosial. Rehabilitas sosial juga dapat menumbuhkan kepercayaan diri wanita
binaan panti sosial tersebut agar berani tampil dan dapat berbicara di depan orang untuk berinisiatif mengutarakan ide dalam masyarakat,
sehingga dapat berdaya di lingkungan sosial dan dapat diterima dengan baik pula di lingkungan masyarakat. Hal ini dilakukan agar mereka
mampu aktif dalam masyarakat, melaksanakan fungsi sosial di lingkungan keluarga, agar tercapai kesejahteraan yang diinginkan.
6 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana penyesuaian diri wanita rehabilitasi sosial di Panti Sosial Karya Wanita ditinjau dari aspek fisik?
63
2. Bagaimana penyesuaian diri wanita rehabilitasi sosial di Panti Sosial Karya Wanita ditinjau dari aspek psikologis?
3. Bagaimana penyesuaian diri wanita rehabilitasi sosial di Panti Sosial Karya Wanita ditinjau dari aspek sosial?
64
BAB III METODE PENELITIAN