Analisis Kelayakan Usaha Produk Minyak Aromatik Merek Flosh (Studi Kasus Di UKM Marun Aromaterapi)

(1)

( Studi Kasus Pada UKM Marun Aromaterapi )

Oleh

KASMAN SYARIF

H24087097

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

RINGKASAN

KASMAN SYARIF. H24087097. Analisis Kelayakan Usaha Produk Minyak Aromatik Merek Flosh (Studi Kasus Di UKM Marun Aromaterapi), Bogor. Di bawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI.

Kehadiran minyak angin generasi baru, minyak angin aromatherapy saat ini merubah pandangan tentang kegunaan dari produk minyak angin biasa menjadi barang yang terkesan lebih eklusif dan lebih modern dengan kemasan roll on. Hal ini melatar belakangi para pengusaha minyak angin aromatik untuk mendirikan usaha ini. Produk minyak angin aromatherapygenerasi baru, memiliki bermacam varian aroma yang memanjakan penggunanya, sehingga produk baru ini laris dipasaran. Pendirian usaha minyak angin aromatik oleh pelaku usaha termasuk UKM Marun Aromaterapi merupakan sebuah solusi untuk memenuhi permintaan akan produk ini, maka diperlukan studi kelayakan untuk mengetahui kelayakan usaha yang dimaksud. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis tingkat kelayakan pengembangan usaha pada Marun Aromaterapi pada saat ini apabila ditinjau dari berbagai aspek non keuangan (yuridis, pasar, manajemen, teknikal, dan lingkungan); (2) Menganalis tingkat kelayakan pengembangan usaha Marun Aromaterapi apabila dilihat dari aspek keuangan ; (3) Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) pada Marun Aromaterapi, apabila terjadi perubahan bahan baku, kombinasi kenaikan bahan baku dan penentuan harga jual ke konsumen,

Penelitian ini dilakukan di UKM Marun Aromaterapi yang terletak di Jl. Cimanggu Kecil No. CC 3 Komplek Puslitbangtri Bogor. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis usaha berdasarkan nilai IRR, PI, NPV, BEP, PP, R/C Ratio dan analisis sensitivitas.

Hasil analisis kelayakan, baik dari segi kuantitatif maupun kualitatif menunjukkan usaha ini layak untuk dijalankan. Hal tersebut salah satunya ditunjukkan dengan analisis finansial yang menghasilkan nilai NPV yang positif yaitu sebesar Rp. 659.100.845,-, nilai IRR 79.50 persen dimana nilai ini lebih besar dari suku bunga pinjaman (14 persen). Net B/C 2.50, BEP Rp. 133.149.038 dan PBP 1.25 tahun yang bearti usaha ini sudah dapat menutup biaya investasi awalnya sebelum umur usaha berakhir. Hasil analisis sensitivitas dengan skenario peningkatan biaya variabel 10 persen menunjukkan usaha ini menjadi tidak layak. Berbeda dengan skenario penurunan volume penjualan 20 persen menunjukkan usaha ini masih layak untuk dijalankan.


(3)

(Studi Kasus Di UKM Marun Aromaterapi)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

KASMAN SYARIF

H24087097

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPERTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(4)

Judul

: Analisis Kelayakan Usaha Produk Minyak Aromatik Merek

Flosh (Studi Kasus Di UKM Marun Aromaterapi)

Nama

: Kasman Syarif

NIM

: H24087097

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

(Farida Ratna Dewi, SE.MM)

NIP. 19710307 200501 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen

(Dr. Ir. Jono M Munandar, M.Sc)

NIP. 1961101231986011002


(5)

iii

Penulis dilahirkan pada tanggal 04 Juni 1986 di Simpang, kp.padang Kec. Bonjol Kab. Pasaman, Sumbar. Penulis adalah anak ke enam dari enam bersaudara. Penulis lulus tahun 1999 dari SD Negeri 27 Simpang, Sumbar. Melanjutkan ke MTsN 1 Bonjol, Sumbar. Selama sekolah di MTsN, penulis pernah menjabat sebagai Ketua OSIS. Saat kenaikan kelas tiga penulis pindah sekolah ke SLTP Negeri 11 Kota Bogor dan lulus pada tahun 2002. Penulis lulus dari SMU Negeri 2 Kota Bogor pada tahun 2005. Penulis juga tetap aktif di organisasi Rohis SMUNDA Bogor. Melanjutkan kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB), Program Diploma Perencanaan Pengendalian Produksi Manufaktur/ Jasa dan lulus pada tahun 2008.

Penulis tetap aktif selama kuliah di diploma di organisasi Rohis sebagai Sekretaris dan juga aktif di organisasi BEM-J Diploma dan menjabat sebagai Mahkamah Organisasi. Tahun 2008 penulis melanjutkan kuliah di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Saat kuliah hingga sekarang penulis menyenangi wirausaha dan bercita-cita menjadi pengusaha muda sukses dunia akhirat. Amiiiin.


(6)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya.

Skripsi ini berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Produk Minyak Aromatik Merek Flosh (Studi Kasus Di UKM Marun Aromaterapi)”, Bogor. Dalam menyelesaikan Skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan dorongan dari semua pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Farida Ratna Dewi,SE.MM selaku dosen pembimbing yang telah memberikan nasihat dan bimbingan kepada penulis dengan penuh semangat sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Pegawai dan staf sekretariat Program Sarjana Alih Jenis Manajemen yang selalu menjebatani setiap kegiatan perkuliahan dan masa bimbingan.

3. Segenap anggota keluarga Dr.Ir.H.Darwis SN dan Ibuku Rahmah Darwis yang telah memberikan dukungan moral dan materil, semua kakak-kakakku yang telah memberikan semangat.


(7)

v

Halaman RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1. Definisi Obat ... 5

2.1.2 Bahan Baku Minyak Angin Aromatherapy... 5

2.2.2 Industri Minyak Angin ... 5

2.2. Tahapan Studi Kelayakan Bisnis ... 6

2.3. Pengertian Produk ... 6

2.4. Klasifikasi produk ... 7

2.5. Keputusan Merek ... 7

2.6. Pengemasan dan Label ... 7

2.7. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis... 8

2.1.7 Aspek Pasar dan Pemasaran... 8

2.2.7 Aspek Teknik dan Teknologi ... 9

2.3.7 Aspek Manajemen... 9

2.4.7 Aspek Sumber Daya Manusia... 10

2.5.7 Aspek Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik... 10

2.6.7 Aspek Finansial... 11

2.7.7 Analisis Kriteria Investasi... 12

2.8.7 Analisis Sensitivitas... 12

2.9.7 Penelitian Terdahulu... 13

III. METODE PENELITIAN ... 15


(8)

vi

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

3.3. Metode Pengumpulan Data... 17

3.4. Pengolahan dan Analisis Data ... 17

3.5. Asumsi ... 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 21

4.1. Sejarah Pendirian Usaha Marun Aromaterapi (Flosh Minyak Angin Aromatherapy) ... 21

4.2. Gambaran Umum Perusahaan... 23

4.3. Analisis Kelayakan Usaha Marun Aromaterapi... 23

4.3.1 Aspek Yuridis... 23

4.3.2 Aspek Teknikal... 24

4.3.3 Aspek Pasar dan Pemasaran... 27

4.3.4 Aspek Manajemen ... 31

4.3.5 Aspek Lingkungan... 32

4.3.6 Analisis Keuangan... 32

4.3.7 Analisis Kriteria Investasi... 35

1.Net Present Value(NPV) ... 36

2.Internal Rate of Return(IRR)... 36

3.Net Benefit/Cost(Net B/C)... 36

4.Breack Even Poin(BEP) ... 37

5.Payback Period(PBP)... 37

4.3.8 Analisis Sensitivitas... 37

a. Kenaikan Harga Bahan Baku... 37

b. Penurunan Harga Jual Produk ... 38

c. Kenaikan Harga Bahan Baku dan Penurunan Harga Jual Produk... 39

KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

1. Kesimpulan... 40

2. Saran... 40

DAFTAR PUSTAKA... 41


(9)

vii

No. Halaman

1. Peralatan yang digunakan dalam memproduksi Minyak Angin Aromatherapy

pada UKM Marun Aromaterapi... 26

2. Klasifikasi perhitungan bagi hasil dari keuntungan bersih penjualan produk. 32 3. Proyeksi Analisis Usaha Pembuatan Minyak Angin Marun... 33

4. Nilai R/C ratio, Break Even Poin(BEP), dan Payback Period ... 34

5. Kebutuhan Modal Kerja dan Investasi Marun Aromaterapi... 34

6. Nilai kriteria penilaian investasi Marun Aromaterapi... 37

7. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Akibat Kenaikan Harga Bahan Baku Sebesar 9 persen dan 10 persen... 38

8. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Akibat Penurunan Harga Jual Produk Sebesar 20 persen dan 21 persen... 39

9. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Akibat Kenaikan Harga Bahan Baku Dan penurunan Harga Jual Produk ... 39


(10)

viii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kerangka operasional penelitian... 16 2. Alur proses produksi ... 26 3. Struktur organisasi Flosh Marun Aromaterapi... 31


(11)

ix

No. Halaman

1. Kuesioner penelitian ... 42

2. Asumsi untuk analisis keuangan usaha marun aromaterapi ... 45

3. Biaya investasi usaha marun ... 46

4. Biaya variabel usaha marun aromaterapi ... 48

5. Proyeksi produksi dan pendapatan usaha marun aromaterapi ... 48

6. Biaya tetap usaha marun aromaterapi ... 49

7. Proyeksi rugi laba usaha (Rp) pada usaha marun aromaterapi... 50

8. Proyeksi arus kas usaha marun aromaterapi ... 51


(12)

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan ekonomi dewasa ini, menyebabkan makin meningkatnya kebutuhan manusia akan berbagai jenis barang dan jasa. Hal ini karena kebutuhan dan selera konsumen yang berubah, teknologi baru, daur hidup produk yang pendek dan persaingan yang semakin meningkat sehingga banyak produsen yang bersaing dalam menciptakan produk baru untuk mengikuti selera konsumen. (www.sipfarma.com 2010) Terdapat delapan macam produk minyak angin aromatherapy merek X berbeda di pasaran. Produk minyak angin

aromatherapy merek X hanya memiliki satu aroma saja. Selain itu juga adanya

perubahan daya beli masyarakat yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Adanya pergeseran pola pikir masyarakat tentang produk minyak angin yang dulunya hanya mementingkan khasiat sebagai obat masuk angin yang beraroma bau, seperti cap kapak, telah bergeser kepada trend baru yang muncul, disaat beredarnya produk generasi baru minyak angin aromatherapy dengan berbagai pilihan aroma. Dengan adanya pilihan terhadap tipe aroma yang ditawarkan oleh produsen, konsumen dapat memilih aroma sesuai selera dan kebutuhannya. Harga perbotol minyak angin aromatherapy ini, yang harus dibayarkan oleh konsumen cukup terjangkau, berkisar antara Rp.15.000,- hingga Rp.24.000,- untuk pasar dalam negeri. Melihat keadaan seperti ini, maka industri seperti minyak angin di Indonesia dapat berkembang dan tumbuh dengan baik. Hal ini dipengaruhi oleh berubahnya pola pemakaian obat masuk angin ini yang tadinya hanya mementingkan fungsinya saja bergeser kepada kemasan roll on dan beraroma seperti minyak wangi.

Lahirnya merek Flosh minyak angin aromatherapy diluncurkan pada pertengahan bulan April 2010, UKM Marun Aromaterapi selaku produsen baru, yang bergerak dibidang produksi minyak angin aromatherapy melihat peluang pasar produk sejenis yang ada dipasaran dengan merek dagang X. Menyadari keadaan pasar tersebut, UKM Marun Aromaterapi membuat formula baru dengan jenis aroma yang berbeda dari produk minyak angin aromatherapy yang beredar


(13)

di pasaran. Minyak angin aromatherapy generasi baru dengan aroma yang lebih bervariasi dan harga yang bersaing diproduksi oleh UKM Marun Aromaterapi untuk memenuhi selera konsumen terhadap varian baru minyak angin

aromatherapyyang sudah beredar terlebih dahulu dipasaran.

1.2. Rumusan Masalah

Usaha produksi minyak angin aromatherapy merek Flosh pada UKM Marun Aromaterapi di Bogor mulai dirintis sejak pertengahan bulan April 2010, namun awal produksi perbulannya belum stabil karena masih melihat peluang pasar dari produk itu sendiri dengan kapasitas produksi saat itu dibawah 1000 botol/bulan dan diperuntukan sebagian produk yang diproduksinya sebagai biaya promosi karena produk ini dibagikan secara gratis kepada keluarga terdekat, teman kantor, dan para distributor/agen maupun toko obat, produk ini bermerek dagang Flosh dan menggunakan modal pribadi pemilik, dimana sejak saat itu hanya memproduksi untuk memenuhi permintaan pasar sekitar Bogor. Seiring tingginya minat pasar terhadap produk minyak angin aromatherapy generasi baru ini, maka dengan berjalannya waktu hingga saat ini, permintaan minyak angin

aromatherapymerek Flosh semakin meningkat dari berbagai daerah yang tersebar

diseluruh wilayah Indonesia seperti daerah Aceh, Medan, Padang, Bukittinggi, Riau, Lampung, Jakarta, Bogor, Bandung, Malang, NTT, Samarinda, Sulawesi dan Papua.

Melihat prospek pasar yang cukup bagus Marun Aromaterapi sebagai UKM yang memproduksi minyak angin aromatherapy meluncurkan tiga aroma baru yang berbeda dari produsen lainnya yang hanya memiliki satu aroma mindsaja. Dengan adanya aroma baru yang di tawarkan oleh Marun seperti aroma daun yaitu aroma green tea, aroma lemon, aroma buah apple dan aroma bunga

lavender, telah dapat menjawab permintaan konsumen akan adanya variasi atau

pilihan aroma baru untuk menghindari kejenuhan terhadap aroma yang ada sebelumnya. Sebelumnya UKM Marun Aromaterapi belum pernah melakukan studi kelayakan pengembangan usaha, dimana UKM Marun Aromaterapi hanya melihat dari segi pasar produk yang beredar dan data penjualan, atas dasar tersebut dalam penelitian ini penulis akan melakukan analisa kelayakan pengembangan usaha terhadap produk minyak angin aromatherapy yang


(14)

3

diproduksi oleh UKM Marun Aromaterapi. Karena dengan adanya studi kelayakan usaha akan mengkaji semua aspek-aspek non keuangan, keuangan dan analisisis sensitivitasnya. Dari latar belakang yang telah diutarakan maka perumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat kelayakan pengembangan usaha pada Marun Aromaterapi pada saat ini apabila ditinjau dari berbagai aspek non keuangan (yuridis, pasar, manajemen, teknikal, dan lingkungan) ?

2. Bagaimana tingkat kelayakan pengembangan usaha Marun Aromaterapi apabila dilihat dari aspek keuangan ?

3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas dalam persentase) pada Marun Aromaterapi, terhadap kombinasi kenaikan bahan baku dan penentuan harga jual ke konsumen, distributor, dan agen ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis tingkat kelayakan pengembangan usaha pada Marun Aromaterapi pada saat ini apabila ditinjau dari berbagai aspek non keuangan (yuridis, pasar, manajemen, teknikal, dan lingkungan).

2. Menganalis tingkat kelayakan pengembangan usaha Marun Aromaterapi apabila dilihat dari aspek keuangan.

3. Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) pada Marun Aromaterapi, apabila terjadi perubahan bahan baku, kombinasi kenaikan bahan baku dan penentuan harga jual ke konsumen, distributor, dan agen.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi perusahaan sebagai bahan masukan atau pertimbangan yang dapat digunakan sebagai dasar membuat kebijaksanaan mengenai pengembangan usaha selanjutnya.

2. Bagi pihak lain diharapkan dapat menjadi suatu sumbangan pemikiran dan pengetahuan di bidang studi kelayakan usaha minyak angin aromatherapy.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, serta untuk menjaga supaya tidak menyimpang dari segi tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka


(15)

dilakukan beberapa batasan. Adapun ruang lingkup penelitian ini berfokus pada kegiatan usaha yang dilakukan oleh Marun Aromaterapi. Selanjutnya pembahasan mengenai analisis kelayakan pengembangan usaha dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek non keuangan (pasar, manajemen, keuangan, teknikal, yuridis dan lingkungan), menggunakan metoda analisis usaha aspek keuangan PI, NPV, IRR, BEP dan analisis kepekaan (sensitivitas).


(16)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Obat

Menurut Kep. MenKes RI No. 193/Kab/B.VII/71. “Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan,menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia’.

2.1.2 Bahan Baku Minyak Angin Aromatherapy

Menurut Ketaren (1985), minyak Atsiri yang disebut juga minyak eteris, minyak terbang atau essential oil dipergunakan bahan dalam industri misalnya pada industri farfum, kosmetik, industri farmasi. Peranan minyak atsiri di kehidupan manusia telah mulai sejak beberapa abad silam. Minyak yang terdapat dalam alam dibagi menjadi 3 golongan yaitu minyak mineral (mineral oil), minyak nabati dan hewani yang dapat dimakan (edible fat) dan minyak atsiri

(essential oil). Minyak Atsiri dalam industri digunakan untuk pembuatan

kosmetik, farfum, antiseptic, obat-obatan, dalam bahan pangan atau minuman dan sebagai pecampur rokok kretek.

2.2.2 Industri Minyak Angin

Menurut www.sipfarma 2010, produk minyak Angin Aromatherapysudah beredar sekitar 4 tahun yang lalu, namun masyarakat masih kurang mengenalnya, hal ini di karenakan mungkin dari segi pemasaran yang belum efektif dari pihak perusahaan, kemasannya yang berbeda dengan yang lain seperti minyak angin cap kapak, ditambah lagi dengan aromanya. Sepertinya produk Minyak Angin

aromatherapy baru banyak beredar di daerah Jawa. Minyak Angin aromatherapy

adalah minyak angin aromatik yang dikemas dalam botol rool on8 ml, dan unik. Jadi produk ini memiliki dua keunikan, yaitu minyak angin dengan tambahan

aromatherapy dan kemasan rool on. Kandungan Minyak Angin Aromatherapy

adalah Menthol, Champhor dan Essential dengan kombinasi tertentu, yang tentunya merupakan rahasia besar dari perusahaan.


(17)

2.2. Tahapan Studi Kelayakan Bisnis

Dalam melaksanakan studi kelayakan bisnis, ada beberapa tahapan studi yang hendak dikerjakan. Tahapan-tahapan yang dikerjakan ini bersifat umum seperti di bawah ini.

1. Penemuan Ide. Produk yang akan dibuat haruslah laku dijual dan menguntungkan. Oleh karena itu, penelitian terhadap kebutuhan pasar dan jenis produk dari proyek harus dilakukan. Produk dibuat untuk memenuhi kebutuhan pasar yang masih belum dipenuhi.

2. Tahapan Penelitian. Dimulai dengan mengumpulkan data, lalu mengolah data berdasarkan teori yang relevan, menganalisis dan menginterpresentasikan hasil pengolahan data dengan alat analisis yang sesuai, menyimpulkan hasil sampai pada pekerjaan membuat laporan hasil penelitian tersebut.

3. Tahap Evaluasi. Pertama, mengevaluasi usulan proyek yang didirikan; kedua, mengevaluasi proyek yang sedang dibangun; dan ketiga mengevaluasi bisnis yang telah dioperasionalkan secara rutin.

4. Tahap Pengurutan. Usulan yang Layak. Membuat prioritas dari sekian banyak rencana bisnis.

5. Tahap Rencana Pelaksanaan. Menentukan jenis pekerjaan, waktu yang dibutuhkan untuk jenis pekerjaan, jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana, ketersediaan dana dan sumber daya lain, kesiapan manajemen, dan lain-lain.

6. Tahap Pelaksana.Setelah semua pekerjaan telah selesai disiapkan, tahap berikutnya adalah merealisasikan pembangunan proyek tersebut.

2.3. Pengertian Produk

Pengertian produk menurut Kotler (2005) produk adalah apapun yang dapat ditawarkan untuk pasar yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan tertentu. Produk yang dipasarkan dapat berupa barang, jasa, pengalaman orang, tempat, properti, organisasi, informasi dan ide.


(18)

7

2.4. Klasifikasi produk

Kotler (2005), menyatakan bahwa produk dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan daya tahan dan keterlihatannya :

1. Barang-barang cepat habis (nondurable goods) merupakan atau barang terlihat yang biasanya dikonsumsi karena satu atau manfaat lebih.

2. Barang-barang tahan lama (durable goods) adalah barang yang terlihat memiliki banyak kegunaan contohnya lemari es.

3. Jasa (service) adalah produk yang tak terlihat, tak terpisahkan, beragam dan cepat ditinggalkan.

2.5. Keputusan Merek

Kotler (2005), merek didefinisikan sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau desain atau kombinasinya yang ditujukan agar dapat mengenali barang atau jasa dari satu atau sekolompok penjual dan membedakannya dari produk dan jasa para pesaing. Merek berbeda dengan asset lainya seperti hak paten atau hak cipta, yang memiliki tanggal kadarluasa.

Merek merupakan simbol yang bias menyampaikan enam tingkat pesan, yaitu : 1. Sifat (Attribut), contoh menunjukkan mobil kelas mahal.

2. Manfaat (benefit), contoh tahan lama.

3. Nilai (values), keamanan dan pretise yang tinggi. 4. Budaya (culture).

5. Kepribadian (personalty).

6. Pengguna (user), merek juga juga bisa menggambarkan konsumen seperti apa yang membeli produk tersebut.

2.6. Pengemasan Dan Pelabelan

Pengemasan (packaging) didefinisikan sebagai semua kegiatan merancang dan memproduksi wadah untuk sebuah produk. Kemasan yang dirancang dengan baik dapat menciptakan nilai tambah dan promosi. Pelabelan bisa jadi etiket sederhana yang ditempel pada produk atau grafik yang secara cermat didesain sebagai bagian dari kemasan. Label tersebut bisa hanya memuat nama merek atau informasi yang banyak. Pengemasan dan pelabelan berguna untuk menunjukkan


(19)

ciri khas produk yang di pasarkan, konsumen akan lebih tertarik membeli produk dengan kemasan dan pelabelan yang bagus, dibandingkan dengan produk tanpa kemasan.

2.7. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis

2.1.7 Aspek Pasar dan Pemasaran

Pengkajian aspek pasar penting dilakukan karena tidak ada bisnis yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang/jasa. Aspek pasar bertujuan antara lain untuk mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan, dan

market-share dari produk bersangkutan. Bagaimana kondisi persaingan antar

produsen dan siklus hidup produk juga penting untuk dianalisis. Permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan konsumen yang mempunyai kemampuan untuk membeli pada berbagai tingkat harga. Penawaran diartikan sebagai kuantitas barang yang ditawarkan di pasar pada berbagai tingkat harga.

Beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran :

1. Harga barang-barang lain. Pada permintaan barang, ada yang saling bersaing (jika merupakan barang pengganti) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

2. Biaya faktor produksi.

3. Tujuan perusahaan. Jika tujuan perusahaan adalah memaksimumkan keuntungan, dapat saja ia tidak berusaha menggunakan kapasitas produksinya secara maksimal, tetapi pada tingkat kapasitas yang memaksimumkan keuntungannya.

(Rangkuti,1997) Kemampuan analisis pemasaran sangat penting untuk keberhasilan perusahaan. Jika suatu perusahaan dapat menjual lebih banyak produk yang sama, dengan kualitas yang sama, dengan harga yang lebih mahal, atau dapat mengembangkan produk baru yang lebih berhasil, perusahaan tersebut relatif telah berhasil menggunakan kemampuan analisis pemasarannya.

Evaluasi parameter pemasaran meliputi :

1. Lingkungan pemasaran, seperti pasar, konsumen, kesan, pesaing, kecenderungan ekonomi, iklim usaha, dan konsisi sosial serta perubahan. 2. Kegiatan pemasaran, seperti produk, harga, saluran distribusi, iklan, penjualan


(20)

9

3. Manajemen pemasaran, seperti tujuan, organisasi, pengendalian, dan program. Bauran pemasaran adalah empat komponen dalam pemasaran yang terdiri dari 4P yakni :

1. Product (produk) adalah barang atau jasa yang dapat diperjual belikan. Dalam marketing, produk adalah apapun yang bisa ditawarkan ke sebuah pasar dan bisa memuaskan sebuah keinginan atau kebutuhan. Dalam tingkat pengecer, produk sering disebut sebagai merchandise. Dalam manufaktur, produk dibeli dalam bentuk barang mentah dan dijual sebagai barang jadi. Produk yang berupa barang mentah seperti metal atau hasil pertanian sering pula disebut sebagai komoditas.

2. Price (harga) adalah suatu nilai tukar yang bisa di samakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. 3. Place(tempat, termasuk juga distribusi)

4. Promotion (promosi) adalah upaya untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa pada dengan tujuan menarik calon konsumen untuk membeli atau mengkonsumsinya. Dengan adanya promosi produsen atau distributor mengharapkan kenaikannya angka penjualan.

2.2.7 Aspek Teknik dan Teknologi

(Umar,2009) Manajemen operasional adalah suatu fungsi atau kegiatan manajemen yang meliputi perencanaan, organisasi, staffing, koordinasi, pengarahan dan pengawasan terhadap operasi perusahaan. Ada tiga masalah pokok yang dihadapi perusahaan yaitu masalah penentuan posisi perusahaan, masalah desain dan masalah operasional.

Proses pemilihan teknologi untuk produksi, penentuan kapasitas produksi yang optimal, letak pabrik dan layout-nya dan letak usaha. Rencana pengendalian persedian bahan baku dan barang jadi. Pengawasan kualitas produk, baik dalam bentuk barang ataupun jasa.

2.3.7 Aspek Manajemen

Tujuan aspek manjemen adalah untuk mengetahui apakah pembagunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan,


(21)

sehingga rencana bisnis dapat dinyatakan layak atau sebaliknya. Tiga bentuk perencanaan :

a) Perencanaan Jangka Panjang. Perencanaan semacam ini menjangkau waktu sekitar 20-30 tahun kedepan.

b) Perencanaan Jangka Menengah. Biasanya akan menjangkau waktu sekitar 3-5 tahun. Perencanaan jangka panjang akan di pecah-pecah menjadi beberapa kali pelaksanaan perencanaan jangka menengah. c) Perencanaan Jangka Pendek. Perencanaan waktu ini akan menjangkau

watu paling lama satu tahun. Perencanaan ini lebih konkret dan rinci. 2.4.7 Aspek Sumber Daya Manusia

(Umar,2009) Studi aspek sumber daya manusia bertujuan untuk mengetahui apakah dalam pembangunan dan implementasi bisnis diperkirakan layak dari ketersediaan SDM. Analisis jumlah karyawan yang dibutuhkan, penentuan deskripsi pekerjaan, produktivitas kerja, program pelatihan dan pengembangan, penentuan prestasi kerja dan konpensasi, perencanaan karier, keselamatan dan kesehatan kerja dan mekanisme PHK.

(Simamora,2004) Manajemen sumber daya manusia adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa, dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok karyawan. Ada empat hal penting yang berkaitan dengan sumber daya manusia :

a) Penekanan yang lebih dari biasanya terhadap pengintegrasian berbagai kebijakan.

b) Tanggung jawab pengelolaan tidak hanya terletak pada majaner khusus. c) Perubahan fokus dari hubungan serikat pekerja-manajemen menjadi hubungan

manajemen karyawan.

d) Terdapat aksentuasi pada komitmen dan melatih inisiatif di mana manajer berperan sebagai pengerak dan fasilitator.

2.5.7 Aspek Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik

Aspek ekonomi, cukup banyak data makroekonomi yang tersebar di berbagai media yang secara langsung maupun tidak langsung dapat dimafaatkan perusahaan. Data makroekonomi tersebut banyak yang dapat dijadikan sebagi indikator ekonomi yang dapat diolah menjadi informasi penting dalam rangka


(22)

11

studi kelayakan bisnis. Misalnya: PDB, investasi, inflasi, kurs valuta asing, kredit perbankan, aggaran pemerintah, pengeluaran pembangunan, perdagangan luar negeri.

Aspek sosial, hendaknya bisnis memiliki manfaat-manfaat sosial yang hendaknya diterima oleh masyarakat seperti :

a) Membuka lapangan kerja baru b) Meningkatkan mutu hidup

c) Melaksanakan alih teknologi (peningkatan skillpekerja)

d) Pengaruh positif, semakin baiknya lingkungan fisik seperti jalan, jembatan dan lingkungan psikis mereka.

diciptakan pemerintah akan mempengaruhi permintaan dan penawaran suatu produk, baik itu produk barang atau jasa.

2.6.7 Aspek Finansial

Konsep cost of capital (biaya-biaya untuk menggunakan modal) dimaksudkan untuk menentukan berapa besar biaya riil dari masing-masing sumber dana yang dipakai dalam investasi. Aspek finansial merupakan suatu gambaran yang bertujuan untuk menilai kelayakan suatu usaha untuk dijalankan atau tidak dijalankan dengan melihat dari beberapa indikator yaitu keuntungan,

R/C Ratio, Break Event Point (BEP) dan Payback Period (PP) yang dapat

diuraikan sebagai berikut :

1. Keuntungan suatu perusahaan didapatkan dari hasil penjualan produk setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi produk tersebut. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan dari usaha yang dilakukan dan semakin besar keuntungan maka semakin bagus.

2. Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio), bertujuan untuk melihat seberapa jauh biaya yang digunakan dalam kegiatan usaha yang dilakukan dapat memberikan nilai penerimaan sebagai manfaatnya.

3. Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup

kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, yang bertujuan untuk mengetahui seberapa lama modal yang telah ditanamkan bias kembali dalam satuan waktu.


(23)

4. BEP (Break Event Point) analisis ini bertujuan untuk mengetahui sampai batas mana usaha yang dilakukan bias memberikan keuntungan atau pada tingkat tidak rugi dan tidak untung. Estimasi ini digunakan dalam kaitannya antara pendapatan dan biaya.

2.7.7 Analisis Kriteria Investasi

Menurut Umar,(2009) studi kelayakan terhadap aspek keuangan perlu menganalisis bagaimana prakiraan aliran kas akan terjadi. Beberapa kriteria investasi yang digunakan untuk menentukan diterima atau tidaknya sesuatu usulan usaha sebagai berikut :

1. Net Present Value (NPV) merupakan ukuran yang digunakan untuk

mendapatkan hasil neto (net benefit) secara maksimal yang dapat dicapai dengan investasi modal atau pengorbanan sumber-sumber lain. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yag diperoleh selama umur ekonomi proyek. Proyek dinyatakan layak dilaksanakan jika nilai B/C Rasio yang diperoleh lebih besar atau sama dengan satu, dan merugi dan tidak layak dilakukan jika nilai B/C Rasio yang diperoleh lebih kecildari satu.

2. Net Benefit/ Cost Ratio, perbandingan antara present valuedari net benefit

positif dengan present valuedari net benefitnegative. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui berapa besarnya keuntungan dibandingkan dengan pengeluaran selama umur ekonomis proyek.

3. IRR (Internal Rate of Return) merupakan tingkat suku bunga yag dapat membuat besarnya nilai NPV dari suatu usaha sama dengan nol (0) atau yang dapat membuat nilai Net B/C Ratio sama dengan satu dalam jangka waktu tertentu.

2.8.7 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dapat digunakan untuk menunjukkan bagian-bagian yang peka memerlukan pengawasan yang lebih ketat untuk menjamin hasil yang diharapkan akan lebih menguntungkan perekonomian. Membantu menemukan variabel (unsur) input atau output yang sangat berpengaruh dalam proyek sehingga dapat menentukan hasil usaha dan juga dapat membantu mengarahkan perhatian orang pada unsur input atau output yang penting untuk memperbaiki perkiraan dan meperkecil bidang ketidakpastian.


(24)

13

2.9.7 Penelitian Terdahulu

Yulianto (2009), melakukan penelitian Analisis Pengembangan Usaha dan Kredit Usaha Pembuatan Sandal Wanita (Studi Kasus Pengrajin Sandal Wanita Indra Jaya Ciomas Bogor). Penelitian tersebut bertujuan untuk meneliti kelayakan usaha dan pengembangan usaha dengan menggunakan analisis usaha, analisis kriteria investasi dan analisis sensitivitas. Dari hasil penelitiannya, penulis mengungkapkan bahwa apabila ditinjau dari segi berbagai aspek kelayakan usaha layak untuk dilaksanakan, Usaha Indera Jaya layak untuk diberikan kredit sebagai modal usaha dari pihak perbankan, yang berdasarkan pada laporan keuangan (laporan laba rugi dan neraca) pada tahun 2008 dan juga hasil perhitungan rasio keuangan. Didapatkan nilai NPV 175.781.905,- . Nilai Net B/C sebesar 1,53 dan IRR 32,97 persen pertahun. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dilakukan.

Zakaria (2010), melakukan penelitian Studi Kelayakan Bisnis Pengembangan Usaha Isi Ulang Minyak Wangi Pada Usaha Perseorangan Boss Farfum Bogor. Penelitian tersebut bertujuan untuk meneliti kelayakan usaha dan pengembangan usaha dengan menggunakan analisis usaha. Hasil dari analisis kelayakan pada aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik dan teknologi dan aspek manajemen dan operasional menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dilaksanakan. Sedangkan hasil analisis aspek financial menunjukkan nilai NPV positif (Rp. 57.494.38 5,-), nilai IRR 21 persen dimana nilai ini lebih besar dari nilai suku bunga pinjaman yang diigunakan (13 %), Net B/C 1,24, BEP Rp.391.161.287,- dan PBP 1,12 tahun yang bearti usaha ini sudah dapat menutupi biaya investasi awalnya sebelum umur usaha berakhir. Semua perhitungan pada analisis finansial juga menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan.

Muhamadjen (2008), menganalisis kelayakan Usaha Kapsul Ekstrak Di Taman Sringanis Bogor (Kasus Untuk Esktrak Pegagan dan Sambiloto). Penelitian tersebut bertujuan untuk meneliti kelayakan usaha dan pengembangan usaha dengan menggunakan analisis usaha dan swiching value, usaha kapsul ekstrak pegagan dan sambiloto ini di taman sringanis secara finansial layak dilakukan. Hasil analisis kelayakan usaha tersebut menunjukkan nilai NPV sebesar Rp. 319.479.932,09 artinya nilai ini lebih besar dari nol bearti usaha


(25)

kapsul ekstrak pegagan daan sambiloto di taman sringanis masih layak untuk dilaksanakan. IRR sebesar 31.07 persen, dibandingkan dengan tingkat diskonto berlaku saat ini 16 % maka dari tingkat pengembalian modal usaha rumah jamu ini layak dilaksanakan. NCBR sebesar 1.97 artinya setiap pengeluaran biaya sebesar Rp.1,00 akan memberikan keuntungan Rp. 1,97.


(26)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Marun Aromaterapi yang bergerak di bidang produksi minyak angin

Aromatherapydidirikan untuk mengambil peluang yang ada dan untuk memenuhi

kebutuhan konsumen akan produk ini yang digunakan sebagai obat masuk angin yang memberikan aroma yang segar bagi pemakainya. Dalam pendirian usaha produksi minyak angin aromatherapy pada UKM Marun Aromaterapi ini belum pernah dilakukan analisis terhadap kelayakan setiap aspek dalam usahanya. Studi kelayakan bisnis membahas mengenai kelayakan dari berbagai segi aspek kelayakan bisnis yaitu, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan operasional, aspek pasar dan pemasaran, serta aspek finansial atau keuangan.

Studi kelayakan bisnis dapat memberikan masukan mengenai target atau pencapaian yang harus diwujudkan untuk mempertahankan kegiatan usaha yang didirikan agar tetap berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Saat ini usaha minyak angin aromatherapy sudah mulai banyak bermunculan dengan berbagai merek dagang baru yang terdapat diberbagai toko di pasaran. Hal ini menyebabkan persaingan yang harus dihadapi oleh UKM Marun Aromaterapi untuk bisa bertahan dan bersaing dalam menjalankan usahanya.

Hal tersebut disadari dengan keinginan dari UKM Marun Aromaterapi untuk membuat atau melakukan sebuah studi kelayakan usaha pada produksi minyak angin aromatherapy yang dijalankan. Adapun harapan yang diharapkan dari dibuatnya sebuah analisis tentang kelayakan usaha pada pendirian produksi minyak angin aromatherapymerek dagang Flosh adalah agar dapat menimbulkan rasa optimis dan rencana pengembangan usahanya kedepan, strategi yang akan dilakukan untuk memajukan usaha produksi minyak angin aromatherapy merek Flosh ini dimasa yang akan mendatang dan bermanfaat sebagai pedoman bagi UKM Marun Aromaterapi untuk memperbaiki usahanya ke depan, sehingga dapat memberikan kontribusi positif terciptanya usaha minyak angin aromatherapy

merek Flosh dalam memenuhi permintaan produknya di pasaran. Kerangka pemikiran dalam penelitia ini dapat dilihat pada Gambar 1.


(27)

Gambar 1. Kerangka operasional penelitian Aspek Teknis dan

Teknologi 1. Lokasi Perusahaan 2. Proses produksi 3. Pemilihan Teknologi 4. Kapasit as Produksi

Aspek Non Keuangan

Pengembangan Usaha

Evaluasi Aspek Keuangan

Aspek pasar 1.Pot ensi

Pasar 2. St rat egi Pemasaran

Tidak Layak Layak

M arun Aromat erapi

Kelayakan Usaha

Aspek M anajemen

dan Hukum (Yuridis) 1. SIUP

2. NPWP 3. LEGAL

Aspek Finansial 1. IRR, NPV,

2. BEP,PP,PI 3. Sensit ivitas

Tidak Layak Layak


(28)

17

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di UKM Marun Aromaterapi Jln. Cimanggu Kecil No. CC 3 Komplek Puslitbangtri Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini secara sengaja, dengan pertimbangan bahwa Marun Aromaterapi yang merupakan produsen minyak angin aromatik yang sangat memperhatikan kualitas produknya sehingga dapat bersaing dengan perusahaan sejenis. Penelitian ini dilakukan mulai bulan April-Mei 2011.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Pengumpulan seluruh data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa cara yang meliputi :

1.Wawancara :

Pihak-pihak yang diwawancarai terutama adalah manajemen bagian produksi, keuangan, pemasaran serta pihak lain yang berhubungan langsung dengan UKM ini, guna memperoleh data primer ini akan diambil bentuk wawancara tidak terstruktur dengan pertanyaan yang bersifat terbuka sehingga memberikan keleluasaan bagi responden untuk memberi pandangan secara bebas dan memungkinkan peneliti untuk mengajukan perntanyaan secara mendalam.

2. Observasi

Melihat secara langsung obyek yang akan diteliti terutama terhadap praktek-praktek yang dilakukan perusahaan.

3. Studi literatur dan kepustakaan

Bertujuan untuk dapat menganalisa secara teoritis terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan penulisan dengan membaca skripsi, studi kepustakaan dilakukan dengan membaca berbagai text book, jurnal jurnal pemasaran, artikel artikel yang relevan, sumber-sumber lain guna memperoleh data sekunder.

3.4. Pengolahan dan Analisis Data

Informasi dan data yang di dapatkan dari dilakukannya penelitian ini, diolah dan dianalisis. Analisis diawali dengan mengidentifikasi apa saja yang menjadi faktor internal dan eksternal dari lingkungan perusahaan pada Marun


(29)

Aromaterapi. Alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis usaha berdasarkan nilai IRR, PI, NPV, BEP, PP, R/C Ratiodan analisis sensitivitas.

1. Break Even Point(BEP)

Penentuan titik impas dengan teknik persamaan dilakukan dengan mendasarkan pada persamaan pendapatan sama dengan biaya ditambah laba. Penentuan titik impas dengan pendekatan grafis dilakukan dengan cara mencari titik potong antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya dalam suatu grafik yang disebut grafik impas. Penentuan titik impas dengan teknik persamaan dapat dilakukan dengan dua cara yakni sebagai berikut:

a. Laba adalah sama dengan pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya atau dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:

Y = cx – bx – a………(1) Keterangan :

Y : Laba a : Biaya tetap

b : Biaya variabel per satuan c : Harga jual per satuan x : Jumlah produk yang dijual

b. Persamaan dinyatakan dalam bentuk laporan rugi laba dengan metodevariabel

costing, persamaan tersebut berbentuk sebagai berikut:

Y = cx – bx – a………...….(2) Keterangan :

Y : Laba bersih a : Biaya tetap bx : Biaya variabel cx : Pendapatan penjualan

2. Payback Period(PP) : Nilai Investasi x 1 tahun ……….…(3)

Kas Masuk Bersih

3. Net Present Value adalah perbedaan antara nilai sekarang dari benefit

(keuntungan) dengan nilai sekarang biaya, yang besarnya dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :


(30)

19

o

…...……(4)

Keterangan :

Bt = Benefitbruto proyek pada tahun ke –t Ct = Biayabruto proyek pada tahun ke-t

n = Umur ekonomis proyek i = Tingkat bunga modal (%) t = Periode per tahun

Apabila dalam perhitungan NPV diperoleh lebih besar dari nol atau positif, maka proyek yang bersangkutan diharapkan menghasilkan tingkat keuntungan, sehingga layak untuk diteruskan. Jika nilai hasil bersih lebih kecil dari nol atau negatif, maka proyek akan memberikan hasil yang lebih kecil dari pada biaya yang dikeluarkan atau akan merugi (ditolak).

4. Internal Rate of Returndari suatu investasi adalah suatu nilai tingkat bunga

yang menunjukan bahwa nilai sekarang netto (NPV) sama dengan jumlah seluruh ongkos investasi proyek. IRR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

……….(5)

Keterangan :

I positif = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV positif I negatif = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV negative NPV positif = NPV pada tingkat suku bunga i positif

NPV negatif = NPV pada tingkat suku bunga I negatif

Jika nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (IRR>1), maka suatu perencanaan proyek dinyatakan layak untuk dilanjutkan, dan sebaliknya jika IRR<1, maka proyek ditolak.

5. Analisis Net B/C bertujuan untuk mengetahui beberapa besarnya keuntungan dibandingkan dengan pengeluaran selama umur ekonomisnya. Adapun rumus akan yang dipakai sebagai berikut :


(31)

Keterangan :

Net B/C ≥ 1 : usaha layak dilaksanakan Net B/C < 1: usaha tidak layak dilaksanakan 3.5. Asumsi

1. Usaha yang dilakukan adalah usaha mandiri. Dimana Marun Aromaterapi membeli bahan baku setengah jadi dari pemasok untuk dijual kembali ke konsumen. Umur proyek ditetapkan selama 3 tahun karena dianggap telah dapat merepresentasikan kondisi usaha yang dijalankan.

2. Biaya investasi di asumsikan dikeluarkan pada tahun ke-0.

3. Modal investasi awal berasal dari modal sendiri, dalam hal ini adalah pembentukan Marun Aromaterapi berupa lahan usaha, bangunan, dan peralatan yang dibutuhkan dalam menjalankan usaha.

4. Daftar nilai investasi awal (lahan, bangunan, dan peralatan produksi) adalah daftar harga sekarang (2011) berdasarkan keterangan pemilik Marun Aromaterapi.

5. Biaya reinvestasi alat produksi dikeluarkan untuk alat produksi yang memiliki umur teknis kurang dari 3 tahun.

6. Jangka waktu yang digunakan dalam perhitungan cash flow adalah pertahun.

7. Tahun dasar analisa kelayakan usaha menggunakan data penjualan Minyak Angin Aromaterapi dari marun .

8. Harga jual Flosh perbotol ditetapkan Rp. 18.000,- oleh Marun Aromaterapi (harga tahun 2011).

9. Perhitungan biaya bahan baku mengikuti harga yang diberlakukan oleh toko bahan pemasok (harga tahun 2011).


(32)

21

10. Harga seluruh input dan selama masa penelitian di asumsikan tetap (harga bahan baku tahun 2011) dan perubahan yang terjadi diperhitungkan dalam analisis sensitivitas.

11. Informasi perubahan (kenaikan/penurunan) harga pada analisis sensitivitas didapatkan dari pemilik Marun Aromaterapi) dengan mengacu pada tahun 2010 dan pada harga tahun 2011.

12. Faktor-faktor yang akan diteliti dalam analisis sensitivitas adalah perubahan harga bahan baku, penurunan harga jual produk dan kombinasi perubahan harga bahan baku serta harga jual produk. Perubahan harga bahan baku dan harga jual akan memberikan dampak yang besar dalam perhitungan cash flow.

13. Kegiatan produksi yang dilakukan oleh Marun Aromaterapi di asumsikan tetap setiap bulannya berdasarkan siklus produksi flosh, dengan kapasitas produksi flosh yaitu 3000 botol perbulan.

14. Peningkatan jumlah penjualan produk di asumsikan naik sebesar 9 % pada setiap tahunnya.

15. Biaya promosi hanya dikeluarkan pada tahun pertama.

16. Hasil analisis finansial disajikan dalam cash flowpengembangan usaha. 17. Suku bunga yang dijadikan dasar dalam perhitungan analisis kelayakan

pada penelitian ini adalah suku bunga kredit Bank Mandiri yaitu sebesar 14 %.

18. Pajak penghasilan diasumsikan sebesar 0 %, karena UKM Marun Aromaterapi belum memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) Badan Usaha.


(33)

4.1. Sejarah Pendirian Usaha Marun Aromaterapi (Flosh Minyak Angin Aromatherapy)

Marun Rumah Aromaterapi dimulai pada pertengahan tahun 2007,nama pengurus dan penanggung jawab adalah Rahmi Fitria. Marun Aromaterapi memiliki jumlah karyawan 2 orang pada awalnya menu yang dihadirkan adalah jasa pijat refleksi dan body message dengan menggunakan essential oil

(aromatherapy), segmen pasar yang dibidik adalah kaum wanita dan terapis

semua adalah wanita. Usaha ini menghadirkan konsep sehat dan cantik dengan

aromatherapy,segarkan dan rawatlah tubuh anda dalam suasana home spa. Dalam

perkembangannya jasa pelayanan sudah mencakup kepada perawatan tubuh. Sehubungan dengan lokasi usaha yang terletak didalam komplek perumahan (bukan jalan utama) maka pemilik menyadari usaha ini akan berkembang dari mulut ke mulut. Pada tahun 2010 usaha Marun Aromaterapi mulai dikembangkan dengan memproduksi minyak angin aromatik dan balsam aromatik dimana produksi perdananya pada awal pertengahan april 2010 kedua produk ini diberi merk dagang “Flosh” Minyak angin bermanfaat untuk masuk angin, flu, pusing, pegal, sekaligus memberikan sensasi kesegaran dengan wangi aroma, lavender, green tea, apple, dan lemon. Produk ini muncul dengan slogan “Flosh Minyak Aromatik Double Action” produk flosh aromatik berupa cairan dalam bentuk roll ondengan volume 8 ml untuk setiap botol. Untuk menjaga kualitas produk, maka

fragrances (bahan baku) Impor dari Australia dan Eropa. Harga ecerannya di

patok adalah 18.000 per botolnya. Sedangkan ide minyak angin ini di produksi, karena melihat hadirnya produk sejenis safe care, melihat potensi pasar yang menjanjikan produk ini masih terbilang baru dan kebetulan ahli untuk minyak atsiri di Indonesia adalah orang tua pemilik sendiri, maka formula ini di buat. Tenaga ahli adalah pegawai negeri yang bekerja di Balittro (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat) yang berada di pusat kampus penelitian pertanian cimanggu Bogor, yang sudah alang melintang selama puluhan tahun dalam bidangnya dan merupakan ahli peneliti utama dalam bidang minyak atsiri dan


(34)

23

juga bekerja sebagai konsultan lepas untuk berbagai perusahaan pemanfaatan minyak atsiri.

Pemilik mendaftarkan usahanya ke Departemen Perindustrian pada tahun 2010, Perdagangan dan Koperasi (Deperindagkop) agar usaha ini memiliki kekuatan hukum dan jaminan legalitas. Hal ini sejalan dengan kriteria UKM menurut Inpres No. 10 tahun 1998, dimana suatu usaha harus memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin tempat dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Marun Aromaterapi salah satu jenis perusahaan perorangan, karena kepemilikannya dimiliki oleh satu orang, yang bermodal kecil, terbatasnya jenis serta jumlah produksi, memiliki tenaga kerja atau buruh yang sedikit dan menggunakan alat produksi teknologi sederhana.

4.2. Gambaran Umum Perusahaan

Marun Aromaterapi berlokasi di Jln. Cimanggu Kecil No. CC 3 Komplek Puslitbang dan merupakan perusahaan keluarga yang bergerak di bidang produksi minyak angin aromatherpy. Dalam melakukan usahanya, Marun Aromaterapi memiliki visi untuk menjadi produk yang dapat bersaing dan diserap oleh konsumen di berbagai wilayah provinsi di Indonesia. Misi yang akan dijalankan oleh Marun Aromaterapi adalah : (1) Menjaga kualitas bahan baku komponen utama minyak angin; (2) Menggunakan botol yang berkualitas tinggi; (3) Kemasan yang menarik dan terkesan mewah; (4) Membuka dan membina distributor beserta agen sebanyak mungkin di setiap provinsi di Indonesia untuk melayani permintaan.

4.3. Analisis Kelayakan Usaha Marun Aromaterapi 4.3.1 Aspek Yuridis

Marun Aromaterapi telah memiliki legalitas usaha yaitu dengan telah memiliki surat-surat perijinan yang dibutuhkan oleh suatu usaha, seperti Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) Kecil No : 517/16/MIKRO/BBPPT/VIII/2010, Surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Perorangan No : 10.04.5.52.01418 dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Pribadi No Reg : 87.374.388.4-404.000. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Badan Usaha belum dimiliki oleh Marun


(35)

Aromaterapi, sehingga tidak dikenakan pajak penghasilan bagi wajib pajak badan usaha.

Lahan dan lokasi yang dipergunakan untuk kegiatan produksi oleh Marun Aromaterapi telah memiliki legalitas hukum yang jelas. Karena dengan dimilikinya Surat Izin Pendirian Bangunan, dan telah memiliki surat PBB (Pajak Bumi dan Bangunan).

4.3.2 Aspek Teknikal

Aspek teknikal membicarakan mengenai bagaimana cara Marun Aromaterapi mengelola kegiatan produksi baik alur produksi, peralatan yang digunakan, kapasitas produksi, pengawasan kualitas, letak pabrik beserta tata letak peralatan. Kegiatan produksi saat ini masih berada di Jln. Cimanggu Kecil RT.01/11 Komp.Puslitbang Kav CC-3 Bogor, karena lokasi saat ini masih menyatu dengan rumah tinggal, sehingga direncanakan pembuatan pabrik baru yang khusus yang akan digunakan untuk proses produksi akan dipindahkan ke lokasi baru yang mana bagunan pabrik baru ini, baru akan bisa digunakan dalam jangka waktu 2-3 bulan kedepan. Pembuatan pabrik secara khusus juga menjadi harapan Marun Aromaratepi untuk mendapatkan izin dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), karena diantara syarat untuk mendapatkan izin BPOM sendiri harus memiliki tata letak peralatan mesin produksi, memiliki kamar mandi karyawan pria dan wanita secara khusus. Penataan tata letak peralatan yang digunakan dalam kegiatan produksi dikelompokkan berdasarkan jenis pekerjaannya. Pengelompokkan peralatan dilakukan sesuai dengan alur proses produksi minyak angin aromatik, sehingga akan mempermudah para pekerja untuk mengambil bahan kerjaannya dan menyalurkannya setelah selesai untuk tahap proses selanjutnya. Peralatan yang digunakan untuk produksi sudah bagus, terlihat dengan adanya mesin pengaduk bahan baku utama, sedangkan peralatan pengisian minyak angin kedalam botol masih sederhana karena belum menggunakan mesin, tetapi masih menggunakan alat Gelas Ukur dan Suntikan yang dibuat sedemikian rupa yang berfungsi untuk memasukan minyak angin ke dalam botol yang memerlukan perlakuan khusus. Dalam pencatatan transaksi untuk pembelian dan penjualan yang dilakukan di catat dalam buku berisi kolom nama barang, jumlah, dan harga yang selanjutnya akan di inputkedalam komputer


(36)

25

untuk pengolahan lebih lanjut seperti mengetahui jumlah pendapatan dan pengeluaran, selain itu juga berfungsi sebagai data penyimpanan data (database) bila sewaktu-waktu dibutuhkan.

Bahan baku (komposisi) yang digunakan untuk proses produksi minyak angin aromatik adalah Menthol, Methyl Salicylate, Camphor, Essential Oils,

Fragrances, Carrier yang diperoleh dari pemasok tetap dan memiliki kualitas

yang telah terjamin. Pemilihan baku ini dilakukan langsung oleh pemilik usaha Marun Aromaterapi berdasarkan kebutuhan akan mutu, aroma dan harga akan bahan tersebut.

Botol yang digunakan sebagai kemasan merupakan salah satu produk impor dari luar negeri dan salah satu produk penting yang harus dijaga ketersediaannya serta harus terjaga akan kualitas botolnya. Marun Aromaterapi sengaja mengimpor botol dari luar karena pengalaman sebelumnya menggunakan botol buatan lokal yang tidak memuaskan sehingga banyak mendapatkan keluhan dari konsumen akan kualitas botol yang bocor dan merembes. Cara yang ditempuh oleh UKM Marun Aromaterapi dalam mendapatkan botol sesuai keinginan dengan mencari di internet untuk penyedia botol unggulan. Pemesanan awal sedikit, hanya dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut benar-benar dapat dipercaya dengan jumlah pemesanan botol yang terbatas. Setelah beberapa kali transaksi memalui internet dengan produsen pembuat botol, UKM Marun Aromaterapi melakukan pemesanan botol dalam jumlah yang banyak hingga sekali order untuk kebutuhan botol polos mencapai 30.000 botol/ order.

Berdasarkan kerjasama yang baik dengan pemasok botol, importir bersedia membuat botol yang sudah disablon berdasarkan desain yang UKM Marun berikan dan dikenakan penambahan biaya sablon untuk perordernya. Biaya pembelian akan bisa ditekan jika jumlah pemesanan botol semakin banyak, maka biaya perunit botolnya akan semakin murah. Alur proses produksi pembuatan minyak angin aromatik dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.


(37)

Gambar 2. Alur Proses Produksi

Tabel 1. Peralatan yang digunakan dalam memproduksi Minyak Angin Aromatherapypada UKM Marun Aromaterapi.

No Keterangan Satuan Jumlah (unit)

1 Botol kaca ukuran 5 liter unit 2

2 Botol kaca ukuran 2 liter unit 4

3 Timbangan digital unit 1

4 Gelas ukuran 10 ml unit 4

5 Gelas ukuran 50 ml unit 3

6 Gelas ukuran 100 ml unit 2

7 Gelas ukuran 250 ml unit 3

8 Timbangan biasa unit 1

9 Alat produksi lainnya unit 1

Sumber : Marun Aromaterapi, 2011

Fokus kegiatan operasional Marun Aromaterapi adalah penjualan minyak angin aromatherapy, oleh karena itu, proses produksi hanya dilakukan bila terdapat permintaan dari konsumen atau terjadi. Pemesanan botol kembali dilakukan bila persediaan botol sudah hampir habis. Botol dikirim setelah pembayaran dilakukan dan botol, baru diterima oleh UKM Marun Aromaterapi dalam jangka waktu 2 bulan dari tanggal pesan. Tahapan dalam proses pemasukan dan pencampuran bahan produksi di Marun Aromaterapi dalam pembuatan minyak angin aromatik adalah :

Penimbangan

(menggunakan alat t imbang dan gelas ukur)

Penyimpanan

Pengemasan (packaging)

Feeling

(menggunakan feeler manual) Pencampuran/ Pengadukan


(38)

27

1) Pemilihan aroma minyak angin

Pemilihan minyak angin berdasarkan aroma yang akan di klasifikasikan berdasarkan aroma yang ada yang akan di masukan ke dalam botol yang telah dilabel berdasarkan pembagian aroma seperti apple, lemon, green tea, lavender.

2) Pengukuran dan Pencampuran Bahan minyak angin kedalam botol 8 ml yang telah berlabel berdasarkan aroma.

3) Pengemasan Minyak Angin berdasarkan label aroma dan di paket dalam plastik berisi satu lusin. Paket dapat berisi 4 aroma berdasarkan permintaan dari konsumen yaitu, 3 aroma apple, 3 aroma lavender, 3 aroma green tea, dan 3 aroma lemon. Namun bisa disesuaikan dengan permintaan konsumen jika dalam sati lusin hanya terdapat satu aroma saja. Kemudahan dalam memilih aroma ini diberikan kepada konsumen untuk membina kerjasama yang lebih intensif sehingga diharapkan konsumen Marun Aromaterapi lebih setia terhadap pelayanan produk ini.

4.3.3 Aspek Pasar dan Pemasaran

Aspek pasar dan pemasaran dibutuhkan dalam menilai sejauh mana potensi usaha dapat dijalankan. Analisis terhadap aspek ini menjadi perhatian pertama agar dapat diketahui sejauh mana pangsa pasar dan peluang yang tersedia dan dapat melihat kondisi pasar yang terjadi, sehingga dapat diperkirakan anggaran usaha.

a. Bentuk Pasar

Bentuk pasar produsen untuk minyak angin aromaterapi adalah pasar persaingan sempurna. Pasar konsumen yang dipilih adalah pasar penjualan melalui distributor, agen, dan penjualan langsung (direct

selling), karena Marun Aromaterapi memiliki tempat yang tetap di garasi

rumah untuk memajang produknya.

b. Segmen konsumen yang ingin dicapai oleh Marun Aromaterapi adalah penduduk Kota Bogor dan warga Indonesia yang tersebar dalam beberapa provinsi umumnya, kalangan menengah keatas, terutama yang membutuhkan minyak angin aromatik yang terkesan mewah dengan desain kemasan yang unik, menarik, berkualitas, dan harga yang


(39)

ditawarkan cukup bersaing dari produsen minyak angin aromatherapy

lainnya. Dalam beberapa bulan penjualan untuk produk ini mencapai rata-rata penjualan sebanyak 3000 botol/bulan.

c. Analisis persaingan

Dengan semakin banyaknya bermunculan merek baru dalam usaha minyak angin aromatherapy , saat ini dapat ditemukan lebih dari 8 item merek yang beredar di pasaran. UKM Marun Aromaterapi memiliki kelebihan tersendiri yang tidak dimiliki oleh produsen merek lain dalam segi aroma yang ditawarkan lebih bervariasi dan lebih hangat, dengan kemasan botol

roll on 8 ml yang telah teruji mutunya. Marun Aromaterapi bahkan

memberikan garansi jika terdapat kebocoran pada botol dapat ditukarkan kembali dengan syarat dan ketentuan bersama yang telah disepakati. Marun Aromaterapi menyadari bahwa konsumen akan memilih produk yang unggul dari segi kemasan, kualitas dan pelayanan yang ramah terhadap konsumennya dan harga yang dapat bersaing. Strategi pemasaran yang dilakukan oleh Marun Aromaterapi dalam rangka memasarkan produknya dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Produk

Marun Aromaterapi menghasilkan produk berupa minyak angin aromatik berlabel merek flosh sesuai dengan merek dagang yang dijalankan oleh UKM Marun Aromaterapi. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan merek lain bila ada permintaan lain dari konsumen. Produk minyak angin yang dihasilkan tersedia dalam berbagai varian aroma yaitu apple, green tea, lavender dan lemon. Komposisi utama dari produk ini yaitu : Menthtol, Methyl Salicylate,

Camphor, Essential Oils, Fragrances, Carier. Sedangkan untuk

perbandingan bahan bakunya merupakan rahasia perusahaan, bukan untuk dipublikasikan. Strategi produk yang digunakan oleh Marun Aromaterapi selaku produsen minyak angin aromatherapy adalah dengan menggunakan bahan baku yang memiliki kualitas yang telah terjamin dan memenuhi standar yang ada di UKM Marun Aromaterapi.


(40)

29

2. Harga

Harga yang ditetapkan oleh Marun Aromaterapi untuk setiap botol 8 ml yang berupa kemasan roll onadalah Rp 18.000,-. Penentuan harga jual eceran tersebut, berdasarkan pada biaya penggunaan bahan baku, upah tenaga kerja, dan keuntungan yang ingin didapatkan. Harga untuk distributor yang diberikan sebesar Rp 10.300,- perbotol, dengan ketentuan dan kesepakatan yang di tandatangani oleh kedua pihak dengan surat perjanjian hitam diatas putih. Pengambilan jumlah minimal untuk distributor sendiri adalah 30 lusin perbulan. Sedangkan harga agen telah ditetapkan sebesar Rp.12.600,- perbotol dengan pengambilan minimal pembelian 3 lusin perorder. Harga titip jual pada toko dan outlet yang melakukan kerja sama dengan UKM Marun Aromaterapi juga sebesar Rp 12.600,- /botol. Harga yang diberikan tersebut belum termasuk ongkos kirim barang dari pabrik ke lokasi masing-masing konsumen diluar kota Bogor. Strategi harga yang dilakukan oleh Marun Aromaterapi adalah dengan tidak mengambil keuntungan yang besar dalam kegiatan usahanya sehingga perputaran modal usaha berjalan lancar dan perusahaan diharapkan akan bisa melakukan produksi dengan jumlah yang lebih besar jika ada permintaan lebih.

3. Distribusi

Saluran distribusi produk minyak angin aromatherapy pada UKM Marun Aromaterapi dilakukan secara langsung untuk wilayah Kota Bogor, dan menggunaka fasiltas kargo untuk pengiriman wilayah luar Bogor seperti jasa TIKI, POS, Bus, Dakota dan jasa pengiriman barang lainnya. Biaya kirim barang untuk luar kota Bogor sepenuhnya ditanggung oleh pembeli produk ini. Namun UKM Marun siap membantu memberikan referensi kargo dengan tarif kirim termurah ataupun mengirim barang melalui referensi yang diberikan oleh konsumen. Pembayaran dapat dilakukan setelah barang diterima oleh pelanggan yang sudah melakukan kerja sama dengan modal kepercayaan sebelumnya. Sedangkan bagi pelanggan baru, harus


(41)

melakukan pembayaran di awal untuk mengirim sejumlah uang sesuai pembelian yang dilakukan dan melakukan konfirmasi setelah mentransfer uang ke rekening pemilik Marun Aromaterapi, kemudian pihak Marun Aromaterapi melakukan penggecekan apakah uang sudah masuk atau belum, jika hal tersebut sudah dijalankan maka pengiriman barang akan dilakukan hari itu juga. Jika ternyata pembelian bersangkutan dilakukan pada hari libur nasional maka pengiriman barang dari UKM Marun ke konsumen diluar daerah Kota Bogor dilakukan pengiriman barang pada hari berikutnya. Strategi yang digunakan dalam kegiatan distribusi untuk wilayah Bogor adalah UKM Marun Aromaterapi untuk wilayah dalam kota Bogor memberikan ongkos kirim secara gratis dan dilakukan secara langsung dengan menggunakan sepeda motor dan mobil pemilik Marun Aromaterapi.

4. Promosi

Kegiatan promosi dilakukan oleh UKM Marun dalam rangka memasarkan produknya yaitu dengan membuat socket (tempat memajang produk), brosur, banner, kartu nama, membuat blog produk serta membuat website produk. Awal mula promosi dilakukan dengan membagikan sample/testerproduk secara gratis kepada teman terdekat, teman kantor dan tetangga. Kemudian pembagian sample produk beserta brosur dan kartu nama kepada toko apotik, toko herbal, outlet, hotel, koperasi kantor, dan distributor/ agen obat lainnya. Promosi juga dilakukan dengan pemberian diskon dengan jumlah pembelian tertentu pada bulan tertentu. Misalnya UKM Marun Aromaterapi melakukan harga promo di website untuk bulan Juli setiap pembelian 3 lusin, mendapatkan gratis 1 lusin. Untuk para distributor diberikan fasilitas brosur produk, socket dan banner. Untuk socket dan banner bisa didapatkan dengan membayar sebesar 50 % dari harga sebenarnya, hal ini dilakukan oleh UKM Marun Aromaterapi untuk membina para distributor baru yang akan bergabung dengan tujuan menjangkau pasar yang lebih luas. Mempertahankan hubungan baik dengan para


(42)

31

distributor guna memperlancar peredaran barang ke konsumen. Adapun syarat bagi distributor yang ditetapkan oleh Marun Aromaterapi adalah :

Ketentuan umum

1. Memiliki data nama dan alamat yang jelas. 2. Patuh pada peraturan dan tata terbit keagenan. 3. Disertakan surat keagenan dan distributor resmi.

4. Menerapkan harga jual produk yang sama diseluruh Indonesia. 5. Memiliki komitmen yang sama untuk mengembangkan kewirausahaan.

6. Pembayaran Cash langsung atau melalui transfer via Bank. 7. Biaya kirim ditanggung oleh agen dan distributor.

8. Order setelah transfer/ pembayaran tidak dapat dibatalkan. 4.3.4 Aspek Manajemen

Marun Aromaterapi dipimpin oleh pemilik usaha tersebut dan bertugas mengelola jalannya usaha pembuatan minyak angin aromatherapy. Kegiatan pengelolaan keuangan, produksi, pemasaran, dan sumberdaya manusia telah dibagi berdasarkan tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai perannya. Dalam menjalankan kegiatan usahannya, pemilik usaha menerapkan sistem kekeluargaan dengan setiap anggota keluarga yang sekaligus berfungsi sebagai karyawan. Namun dalam hal pengelolaan dan pembagian tugas masing-masing dilakukan secara professional. Struktur organisasi yang terdapat pada UKM Marun Aromaterapi dalam pembuatan minyak angin aromatik bisa dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Struktur organisasi Flosh Marun Aromaterapi

Karyawan

Bagian keuangan

Karyawan

Bagian pemasaran

Karyawan Pemilik


(43)

Marun Aromaterapi mengenal pembagian hasil keuntungan dengan sistem yang dibuat berdasarkan peran di organisasi yaitu, pendiri, pelaksana, dan pemodal. Pembagian hasil dari keuntungan penjualan yang diperoleh oleh Marun Aromaterapi dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2. Klasifikasi perhitungan bagi hasil dari keuntungan bersih penjualan produk

No Nama Peran dalam Organisasi Keuntungan Jumlah

1 Pendiri 40 % 5 orang

2 Pelaksana 45% 5 orang

3 Pemodal 15% 3 orang

Sumber : Data primer Marun Aromaterapi, 2011

Pemberian gaji kepada karyawan dihitung berdasarkan tingkat kedatangannya ketempat kerja yaitu diberikan konpensasi sebesar 30.000,-perhari. Dalam seminggu terdapat 4 hari kerja. Jam kerja dimulai dari pukul 08.00 hingga pukul 16.00 WIB tiap harinya. Sedangkan gaji untuk satu orang apoteker untuk Marun Aromaterapi diberikan sebesar 1.500.000,- perbulan. Keberadaan apoteker sendiri adalah hal wajib yang harus dipenuhi sebagai persyaratan dikeluarkannya izin BPOM. Selain pemberian upah kerja, UKM Marun Aromaterapi juga memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada setiap pekerjanya sebesar 500.000,- dan diberikan bantuan biaya pengobatan apabila ada pekerja yang sakit.

4.3.5 Aspek Lingkungan

Usaha pembuatan minyak angin aromatherapyyang dilakukan oleh Marun dapat dikatakan turut serta membantu perekonomian masyarakat sekitar, hal tersebut tercemin dari penggunaan tenaga kerja yang berasal dari lingkungan pabrik. Selain itu, limbah yang dihasilkan dari sisa produksi minyak angin tidak berdampak negatif terhadap lingkungan, karena sebagian besar bahan baku tersebut habis terpakai.

4.3.6 Aspek Keuangan

Aspek keuangan bertujuan untuk menentukan perkiraan besarnya dana yang dibutuhkan dalam menjalankan usaha produksi minyak angin aromatherapy


(44)

33

ini. Dana yang di butuhkan untuk usaha memproduksi minyak angin

aromatherapydigunakan untuk modal investasi dan modal kerja.

Analisis usaha pembuatan minyak angin Marun Aromaterapi menggunakan data tahun 2011 yang dipergunakan sebagai dasar untuk membuat perhitungan analisis usaha dari tahun ke 1 sampai tahun ke 3.

Berdasarkan data tahun 2011, total nilai investasi (tempat usaha dan peralatan) adalah sebesar Rp. 217.015.000.000,-. Total biaya tetap yang dikeluarkan sebesar Rp. 37.760.000,-. Total biaya variabel yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 139.008.000,- dan jumlah keuntungan yang didapatkan setelah pajak adalah sebesar Rp. 296.583.667,-. Pesanan minyak angin yang diterima Marun dari konsumen sebanyak 3000 botol dengan nilai sebesar Rp. 518,400,000,-. Analisis usaha proyeksi pendapatan minyak angin Marun tahun 2011 dapat dilihat pada Lampiran 7.

Proyeksi analisis usaha pembuatan minyak angin Marun Aromaterapi dari tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-3 dapat dilihat pada Tabel 3.

Berdasarkan tabel proyeksi analisis usaha pembuatan minyak angin Marun Aromaterapi dalam jangka waktu selama 3 tahun, maka didapatkan nilai R/C

ratio, nilai Break Even Poin (BEP) dan nilai Payback Period yang tersaji pada

Tabel 4.

Tabel 3. Proyeksi Analisis Usaha Pembuatan Minyak Angin Marun

Keterangan Tahun ke

1 2 3

Produksi(btl) 36.000 39.240 42.772

Harga (btl) 18.000,- 18.000,-

18.000,-Biaya prod/btl 8000,- 8.400,-

8.820,-Penerimaan 648.000.000,- 706.320.000,- 769.896.000,-Pengeluaran 288.000.000,- 329.616.000,- 377.249.040,-Keuntungan 360.000.000,- 376.704.000,-


(45)

Tabel 4. Nilai R/C ratio, Break Even Poin(BEP), dan Payback Period Keterangan R/C ratio BEP (nilai) BEP

(produk)

Payback Period Nilai 247.577.163,- 113.149.038,- 6286 1.25 tahun Sumber : Diolah dari data primer Marun Aromaterapi, 2011

Analisis usaha merupakan suatu gambaran untuk menilai kelayakan suatu usaha dengan melihat dari beberapa hal yaitu keuntungan, R/C Ratio, Break Event

Point(BEP) dan Payback Period(PP).

Tabel 5. Kebutuhan Modal Kerja dan Investasi Marun Aromaterapi Jenis Jumlah (Rp.) A. Aktiva

Bangunan Pabrik dan Instalasi

210.000.000,-Tanah

207.000.000,-Etalase

5.000.000,-Peralatan

7.015.000,-Perlengkapan 8.9

00.000,-Perizinan

1.000.000,-Jumlah Aktiva (A) 438.915.000,-B.Modal Kerja

Bahan Baku Produksi

32.000.000,-Biaya kemasan

10.000.000,-Biaya tenaga kerja

23.360.000,-Biaya lain - lain

200.000,-Jumlah Modal Kerja (B) 65.560.000,-TOTAL BIAYA KERJA (A+B) 504.575.000,-Sumber : Data primer Marun Aromaterapi, 2011

Kebutuhan investasi merupakan modal yang dikeluarkan pada awal periode usaha untuk pembelian sarana dan prasarana yang mendukung berjalannya usaha tersebut dan digunakan untuk memperoleh manfaat hingga secara ekonomis tidak dapat digunakan lagi. Jika investasi awal secara ekonomis sudah tidak dapat digunkan lagi, maka dilakukan investasi kembali atau yang disebut dengan reinvestasi. Total rencana kebutuhan modal pada periode pertama


(46)

35

usaha ini adalah Rp. 504.575.000,- terdiri dari kebutuhan investasi tahun ke nol Rp. 438.915.000,- dan perkiraan modal kerja Rp. 65.560.000,-.

Bahan baku produksi terdiri dari alkohol, bahan baku utama (Menthol,

Methyl Salicylate, Camphor, Essential Oils, Fragrances, Carrier ), dan botol.

Sedangkan kemasan yang digunakan adalah kemasan plastik berlogo agar dapat digunakan sebagai salah satu sarana promosi. Biaya lain–lain terdiri dari biaya tagihan listrik, air, telepon dan penyusutan. Perhitungan biaya penyusutan dapat dilihat dalam Lampiran 2. Sumber pendapatan untuk usaha produksi minyak angin Marun Aromaterapi seluruhnya berasal dari modal sendiri. Bangunan rumah merupakan tempat yang dimiliki keluarga pemilik yang sengaja dijadikan untuk melakukan usaha ini. Pendapatan yang akan diterima dari hasil penjualan produk. Pada tahun pertama Marun Aromaterapi ditargetkan mampu menjual 36.000 botol minyak angin aromatherapy. Hal itu berarti dalam satu bulan Marun Aromaterapi dapat menjual 3000 botol minyak angin. Seluruh penjualan tersebut diperkirakan akan naik 9 persen pada tahun berikutnya. Dengan harga modal yang diperkirakan naik 5 persen, maka dapat diproyeksikan penerimaan Marun Aromaterapi selama 3 tahun analisis.

4.3.7 Analisis Kriteria Investasi

Kelayakan usaha Marun dapat dilihat dengan menggunakan lima penilaian kriteria investasi, yaitu NPV, IRR, Net B/C, BEP dan PBP. Hasil perhitungan kriteria investasi secara komprehensif dapat dilihat pada lampiran 2 dan 7. Nilai dari kriteria penilaian investasi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai kriteria penilaian investasi Marun Aromaterapi

Kriteria Investasi Nilai

Net Present Value(NPV) Rp.

659,100,845-Internal Rate of Return(IRR) 79,50%

Net Benefit/Cost(Net B/C) 2.50

Breack Even Poin(BEP) Rp.

113.149.038,-Payback Period(PBP) 1.25 tahun


(47)

1) NPV

Kriteria NPV didasarkan atas konsep pendiskontoan seluruh arus kas ke nilai sekarang. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai NPV untuk Marun Aromaterapi adalah Rp. 659.100.845-. Nilai tersebut merupakan penerimaan kas bersih yang diterima usaha UKM minyak angin Marun Aromaterapi selama lima tahun periode analisis. Dari data tersebut didapatkan nilai positif yang menunjukkan bahwa nilai arus kas masuk lebih besar daripada nilai kas keluar, sehingga usaha produksi minyak angin aromatherapyini layak untuk dilanjutkan.

2) IRR

Menurut Rangkuti (1997), IRR adalah suatu metode untuk mengukur tingkat investasi. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai IRR dari Marun Aromaterapi 79.50 persen, nilai ini lebih besar dari nilai suku bunga pinjaman yang digunakan dalam perhitungan (14 persen). Hal ini berarti, tingkat pengembalian yang hasilkan dari investasi pada pengembangan usaha ini lebih besar nilainya dibandingkan tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi yang dilakukan pada bank. Dengan demikian, kriteria untuk usaha produksi minyak angin dapat dinilai layak.

3) NET B/C

Net B/C atau Rasio Keuntungan/Biaya sama dengan Profitability index (PI) menunjukkan kemampuan menghasilkan laba per satuan niali investasi. Hasil perhitungan untuk Marun Aromaterapi menunjukkan nilai 2.50. Nilai ini berarti perbandingan penerimaan dari usaha lebih besar daripada jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya, atau dengan kata lain usaha produksi minyak angin aromatherapy akan mendapatkan tambahan penerimaan Rp 2.50 dari setiap pengeluaran Rp. 1,00 dan karena nilai Net B/C ini lebih besar dari 1 (PI > 1), maka usaha Marun Aromatrapi ini layak untuk dilanjutkan.

4) BEP

BEP merupakan suatu keadaan dimana pendapatan usaha mencapai titik impas, artinya tidak mengalami keuntungan maupun kerugian.


(1)

฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀ investasi setelah dilakukannya analisis sensitivitas pada usaha produksi minyak angin aromatherapyMarun dapat dilihat pada Tabel 7.

a) ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀

฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀investasi setelah dilakukannya analisis sensitivitas pada usaha produksi minyak angin aromatherapyMarun dapat dilihat pada Tabel 7.


(2)

฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ investasi setelah dilakukannya analisis sensitivitas pada usaha produksi minyak angin aromatherapyMarun dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Akibat Kenaikan Harga Bahan Baku Sebesar 9 persen dan 10 persen

No Kriteria Investasi

Sebelum Kenaikan

Setelah Kenaikan (9%)

Setelah Kenaikan (10%) 1 NPV 659.100.845 1.941.335 (1.212.221)

2 Net B/C 2.50 1.06 0.96

3 IRR 79.50 23.10 18.05

Sumber : Diolah dari data primer Marun Aromaterapi, 2011

Kenaikan harga bahan baku yang masih dapat ditoleransi oleh Marun Aromaterapi adalah sebesar 9 persen, dimana akan menghasilkan nilai NPV sebesar 1.941.335, nilai Net B/C sebesar 1.06, dan nilai IRR sebesar 23.10. Berdasarkan nilai NPV,Net B/Cdan IRR tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa usaha pembuatan minyak angin aromatherapy Marun masih layak untuk dijalankan. Usaha pembuatan minyak angin Marun akan menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila kenaikan harga bahan baku telah mencapai sebesar 10 persen. Nilai NPV yang didapatkan sebesar (1.212.221), nilai kriteria investasi akibat perubahan harga bahan baku dapat dilihat pada Lampiran 9.


(3)

hidup perusahaan. Penurunan harga jual produk dapat terjadi karena pembeli melakukan penawaran terhadap harga yang telah diajukan, oleh sebab itu pihak penjual perlu mengetahui sampai sebatas mana harga jual yang ditetapkan akan mendatangkan keuntungan atau kerugian bagi perusahaan. Nilai kriteria investasi setelah dilakukan analisis sensitivitas pada usaha pembuatan minyak angin Marun dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Akibat Penurunan Harga Jual Produk Sebesar 20 persen dan 21 persen

No Kriteria Investasi

Sebelum Kenaikan

Setelah Penurunan (20%)

Setelah Penurunan (21%) 1 NPV 659.100.845 574,687 (912,746) 2 Net B/C 2.50 1.02 0.97

3 IRR 79.50 20.92 18.53

Sumber : Diolah dari data primer Marun Aromaterapi, 2011

Berdasar perhitungan analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual sebesar 20 persen, usaha pembuatan minyak angin aromatherapy Marun masih layak untuk dilakukan. Nilai NPV yang didapatkan sebesar 574.687, nilai Net B/C sebesar 1.02 dan nilai IRR sebesar 20.92. Apabila terjadi penurunan harga jual produk sebesar 21 persen, maka perhitungan analisis sensitifitas akan menghasilkan nilai NPV sebesar (912.746), nilai Net B/C sebesar 0.97 dan nilai IRR sebesar 18.53. Hal tersebut akan menyebabkan usaha pembuatan minyak angin aromatherapy pada UKM Marun menjadi tidak layak untuk dijalankan. Perubahan nilai kelayakan investasi akibat penurunan harga jual tersebut dapat dilihat pada Lampiran 9.

c) Kenaikan Harga Bahan Baku dan Penurunan Harga Jual Produk

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, nilai kenaikan harga bahan baku dan penurunan harga jual produk yang menyebabkan usaha Marun Aromaterapi menjadi masih layak untuk dijalankan adalah sebesar 6 persen dan 6 persen. Nilai NPV sebesar 2.477.408, nilai Net B/C sebesar 1.08, dan nilai IRR sebesar 23.95. Usaha pembuatan minyak angin Marun akan menjadi tidak layak apabila terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 7 persen dan penurunan harga


(4)

jual sebesar 7 persen, dimana menghasilakan nilai NPV sebesar (2,163,582) nilai Net B/C sebesar 0.93, dan nilai IRR sebesar 16.52. Nilai kriteria investasi setelah dilakukan analisis sensitivitas pada usaha pembuatan miinyak angin Marun dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Akibat Kenaikan Harga Bahan Baku Dan penurunan Harga Jual Produk

Sumber : Diolah dari data primer Marun Aromaterapi, 2011

Perubahan nilai kelayakan investasi akibat kenaikan harga bahan baku dan penurunan harga jual tersebut dapat dilihat pada Lampiran 9.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Hasil analisis kelayakan pada aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik dan teknologi dan aspek manajemen dan operasional menunjukkan bahwa usaha minyak angin ini layak untuk dilaksanakan.

b. Berdasarkan hasil analisis aspek finansial menunjukkan nilai NPV positif (Rp. 659.100.845,-), nilai IRR 79.50 persen dimana nilai ini lebih besar dari nilai suku bunga pinjaman yang digunkan (14 persen), Net B/C 2.50, BEP Rp. 113.149.038,-, dan PBP 1.25 tahun yang berarti usaha ini sudah dapat menutup biaya investasi awalnya sebelum umur usaha berakhir. Semua hasil perhitungan pada analisis finansial juga menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan.

c. Kenaikan harga bahan baku yang masih dapat ditoleransi oleh Marun Aromaterapi adalah 9 persen, dimana akan menghasilkan nilai NPV sebesar 1.941.335, nilai Net B/Csebesar 1.06, dan nilai IRR sebesar 23.10. Penurunan harga jual sebesar 20 persen, usaha pembuatan minyak angin aromatherapy No Kriteria

Investasi

Sebelum Kenaikan

Setelah Naik/Turun

(6 % / 6%)

Setelah Naik/Turun

(7%/7%) 1 NPV 659.100.845 2,477,408 (2,163,582)

2 Net B/C 2.50 1.08 0.93


(5)

574.687, nilai Net B/C sebesar 1.02 dan nilai IRR sebesar 20.92. Nilai kenaikan harga bahan baku dan penurunan harga jual produk usaha Marun Aromaterapi masih layak untuk dijalankan adalah sebesar 6 persen dan 6 persen. Nilai NPV sebesar 2.477.408, nilai Net B/C sebesar 1.08, dan nilai IRR sebesar 23.95.

2. Saran

Sebaiknya UKM Marun ini mempromosikan produknya lebih intensif. Dengan memaksimalkan penggunaan websiteproduk, membuat iklan atau artikel pada media cetak (koran, majalah bisnis), media elektronik radio, dan tv. Karena hingga saat ini UKM Marun belum berpromosi melalui media cetak dan elektronik, kecuali website.


(6)

Ketaren. 1985. Mengkaji Manfaat Minyak Atsiri. Edisi pertama. Indeks Jakarta.

Kotler,P.2004. Manajemen Pemasaran (Sudut Pandang Asia). Edisi Ketiga. Indeks Jakarta.

Moore,C.2008. Kewirausahaan (Manajemen Usaha Kecil). Salemba Empat. Jakarta.

Muhamadjen,E. 2008. Analisis Kelayakan Usaha Kapsul Ekstrak Di Taman Sringganis Bogor. Skripsi pada Depertemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Insitut Pertanian Bogor, Bogor .

Porter,M.2009. Keunggulan Bersaing. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Rangkuti,F.1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis (Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21). PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Simamora, H. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi III. Yogyakarta.

Umar,H.2009. Studi Kelayakan Bisnis. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Yulianto, A. 2009. Analisis Pengembangan Usaha dan Kredit Usaha Pembuatan Sandal Wanita (Studi Kasus Pengrajin Sandal Wanita Indra Jaya Ciomas Bogor). Skripsi pada Depertemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Zakaria,M. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Pengembangan Usaha Isi Ulang Minyak Wangi Pada Usaha Perseorangan Boss Farfum, Bogor. Skripsi pada Depertemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Insitut Pertanian Bogor, Bogor .