Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Kerusakan Situ (Kasus Pemukiman Sekitar Situ Pladen, Kelurahan Beji, Kota Depok)

(1)

ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI MASYARAKAT

AKIBAT KERUSAKAN SITU

(Kasus Pemukiman Sekitar Situ Pladen, Kelurahan Beji, Kota Depok)

NADIA WULANDARI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

(3)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Kerusakan Situ (Kasus Pemukiman Sekitar Situ Pladen, Kelurahan Beji, Kota Depok) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Nadia Wulandari


(4)

NADIA WULANDARI. Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Kerusakan Situ (Kasus Pemukiman Sekitar Situ Pladen, Kelurahan Beji, Kota Depok). Dibimbing oleh AKHMAD FAUZI dan BENNY OSTA NABABAN.

Situ Pladen yang berlokasi di Kelurahan Beji, Kecamatan Beji, Kota Depok merupakan salah satu situ yang mengalami kerusakan. Kerusakan ini tidak hanya menyebabkan penurunan nilai guna dan non guna situ, tetapi juga mempengaruhi kesejahteraan masyarakat sekitar situ. Masyarakat menderita kerugian ekonomi akibat banjir Situ Pladen. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengestimasi nilai kerugian ekonomi masyarakat akibat kerusakan Situ Pladen. Sejalan dengan tujuan tersebut, maka perlu diketahui karakteristik sosial ekonomi masyarakat, persepsi masyarakat mengenai kerusakan situ, dan program-program yang telah dilaksanakan Pemerintah Kota Depok dalam mengendalikan kerusakan Situ Pladen. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, uji friedman, dan metode valuasi ekonomi. Total kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir tahun 2013 adalah sebesar Rp 92 956 229.23. Total biaya pencegahan masyakat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir adalah sebesar Rp 1 640 325 566.81. Nilai Kerugian ekonomi masyarakat ini menunjukkan nilai dampak kerusakan ekosistem Situ Pladen. Oleh karena itu, perlu adanya pengelolaan Situ Pladen yang berkelanjutan

untuk mengurangi dampak kerusakan tersebut. Kata kunci: kerugian ekonomi, kerusakan situ, metode valuasi ekonomi, Situ

Pladen

ABSTRACT

NADIA WULANDARI. Assessment of Economic Loss to Community From Lake Damage (Case of Settlement around Pladen Lake, Beji Village, Depok City). Supervised by AKHMAD FAUZI and BENNY OSTA NABABAN.

Pladen Lake which is located in Beji Village, Beji Subdistrict, Depok City is one of lakes that has damage. This damage not only causes decline of use and non-use value of the lake, but also affects the prosperity of society around the lake. Those people suffered economic losses due to pladen lake flood. The main purpose of this study was to estimate the economic losses due to Pladen Lake damage. In line with this purpose, it was necessary to know the socio-economic characteristics of the community, the public perceptions about the lake damage, and programs that have been implemented by Government of Depok City to control Pladen Lake damage. This study used descriptive analysis, friedman test, and economic valuation methods. The total economic losses caused by flood in 2013 was Rp 92 956 229.23. Total prevention costs of society in the past 10 years was Rp 1 640 325 566.81. These economic losses of society indicated the damage impact values of Pladen Lake ecosystem. Therefore, it is important to manage pladen lake sustainable to reduce the impacts of such damage.

Keywords: economic losses, economic valuation methods, lake damage, Pladen Lake


(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

AKIBAT KERUSAKAN SITU

(Kasus Pemukiman Sekitar Situ Pladen, Kelurahan Beji, Kota Depok)

NADIA WULANDARI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(6)

(7)

Situ (Kasus Pemukiman Sekitar Situ Pladen, Kelurahan Beji, Kota Depok)

Nama : Nadia Wulandari

NIM : H44090022

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc Pembimbing I

Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T Ketua Departemen


(8)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan selama bulan April 2013 ini ialah Ekonomi Kerusakan Situ, dengan judul Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Kerusakan Situ (Kasus Pemukiman Sekitar Situ Pladen, Kelurahan Beji, Kota Depok).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc dan Bapak Benny Osta Nababan S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan karya ilmiah ini. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T dan Ibu Nuva, S.P, M.Sc selaku dosen penguji atas saran dan masukannya dalam penulisan karya ilmiah ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Satria Firstadi dari Dinas Bina Marga dan Sumberdaya Air, Bapak Teddy Rustandi dari Badan Lingkungan Hidup Kota Depok, Bapak Ardhanih selaku Lurah Kelurahan Beji dan kepada para pihak yang telah membantu selama pengumpulan data penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah (Jamahar), ibu (Erawati), adik-adikku (Iqbal Maulana dan Zahwa Zayana Asri), Jabnes Satria serta seluruh sahabat-sahabat terbaikku, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR. ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Batasan Penelitian... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Fungsi dan Manfaat Situ ... 6

2.2. Kerusakan Situ ... 6

2.3. Banjir ... 8

2.4. Konsep Nilai Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan ... 9

2.5. Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 9

2.6. Penelitian Terdahulu ... 10

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 12

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 12

3.1.1. Pendekatan Harga Pasar yang Sebenarnya ... 12

3.1.2. Pendekatan Modal Manusia ... 13

3.1.3. Pendekatan Biaya Kesempatan atau Pendapatan yang hilang ... 13

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 13

IV. METODE PENELITIAN ... 17

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian... 17

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 17

4.3. Teknik Penarikan Sampel ... 17

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 18

4.4.1. Identifikasi Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat dan Persepsi Masyarakat Mengenai Kerusakan Situ.. 18

4.4.2. Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Kerusakan Situ Pladen ... 20

4.4.3. Identifikasi Program Pemerintah Kota Depok dalam Mengendalikan Kerusakan Situ Pladen ... 24

V. GAMBARAN UMUM ... 26

5.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 26

5.1.1. Kondisi Umum Kelurahan Beji... 26


(10)

5.2. Kualitas Air Situ Pladen ... 30

VI. KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN PERSEPSI MASYARAKAT ... 33

6.1. Karakteristik Sosial dan Ekonomi Masyarakat ... 33

6.2. Persepsi Masyarakat Mengenai Kerusakan Situ Pladen ... 38

VII. NILAI KERUGIAN EKONOMI MASYARAKAT AKIBAT KERUSAKAN SITU PLADEN ... 43

7.1. Total Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Banjir Situ Pladen Tahun 2013 ... 43

7.2. Biaya Pencegahan ... 50

VIII. PROGRAM PENGENDALIAN KERUSAKAN SITU DAN KESESUAIANNYA DENGAN HARAPAN MASYARAKAT .... 52

IX. SIMPULAN DAN SARAN ... 57

9.1. Simpulan ... 57

9.2. Saran…... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN ... 61


(11)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1 Inventarisasi danau atau situ Kota Depok Tahun 2012 ... 3

2 Matriks analisis data ... 19

3 Jumlah penduduk Kelurahan Beji menurut usia ... 27

4 Mata pencaharian penduduk Kelurahan Beji ... 27

5 Hasil penilaian kualitas Situ Pladen Tahun 2011 ... 29

6 Nilai kualitas situ ... 29

7 Kualitas air Situ Pladen Tahun 2012 ... 32

8 Persepsi masyarakat mengenai kondisi fisik situ ... 39

9 Persepsi masyarakat mengenai kondisi lingkungan di sekitar situ ... 40

10 Persepsi masyarakat mengenai kenyamanan tinggal di sekitar situ .... 40

11 Persepsi masyarakat mengenai bentuk kerusakan situ ... 41

12 Persepsi masyarakat mengenai sumber kerusakan situ ... 42

13 Biaya perbaikan ... 45

14 Biaya kehilangan akibat kerusakan peralatan rumah tangga ... 46

15 Total kerugian fisik ... 46

16 Biaya pengobatan ... 47

17 Pendapatan yang hilang karena sakit ... 48

18 Biaya kesehatan ... 49

19 Pendapatan yang hilang karena memilih tidak bekerja ... 50

20 Total nilai kerugian ekonomi masyarakat Tahun 2013 ... 50

21 Biaya pencegahan ... 51

22 Penilaian masyarakat terhadap program pemerintah ... 54

23 Hasil uji friedman penilaian responden terhadap 3 program Pemerintah Kota Depok ... 55


(12)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1 Alur kerangka pemikiran ... 16

2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 34

3 Karakteristik responden berrdasarkan usia ... 34

4 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir ... 35

5 Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan ... 35

6 Karakteristik responden berdasarkan pendapatan rumah tangga ... 36

7 Karakteristik responden berdasarkan status kependudukan ... 37

8 Karakteristik responden berdasarkan status kepemilikan rumah ... 37

9 Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal ... 38

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman 1 Biaya perbaikan kerusakan komponen rumah dan peralatan rumah tangga... 61

2 Biaya kehilangan ... 62

3 Biaya pengobatan masyarakat ... 64

4 Kehilangan pendapatan karena sakit ... 65

5 Kehilangan pendapatan karena tidak bekerja ... 66

6 Biaya pencegahan pembuatan tanggul, peninggian lantai dasar, dan penambahan lantai rumah ... 67


(13)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerusakan lingkungan merupakan suatu kondisi terganggunya fungsi lingkungan sebagai akibat dari tindakan yang menimbulkan perubahan baik langsung maupun tidak langsung terhadap sifat fisik dan hayatinya (Dhewanthi et al. 2007). Kondisi ini menyebabkan penurunan nilai guna (use value) dan nilai non-guna (non-use value) dari sumberdaya sehingga tidak dapat menunjang pembangunan berkelanjutan. Selain itu, kerusakan lingkungan bisa berdampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat dilihat dari biaya eksternal yang ditimbulkan. Salah satu bentuk kerusakan lingkungan adalah penurunan fungsi situ atau danau.

Situ merupakan salah satu sumber daya air permukaan darat yang memiliki fungsi penting sebagai suatu ekosistem. Perairan situ berfungsi sebagai kawasan resapan air guna mengurangi volume air permukaan (run off) yang tidak tertampung sehingga dapat mencegah timbulnya banjir atau genangan. Kurangnya informasi terkait fungsi situ menyebabkan situ mengalami kerusakan. Sumberdaya situ dianggap sebagai barang bebas dan memiliki nilai yang rendah karena pada awalnya ketersediaannya yang melimpah. Kondisi ini mendorong terjadinya penurunan fungsi situ baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Beberapa situ di wilayah Jabodetabek sedang terancam fungsi dan keberadaannya. Permasalahan yang dihadapi situ-situ tersebut antara lain, sedimentasi (42%), dikonversi menjadi sawah, kebun, ladang, pemukiman atau perkantoran, dan fasilitas umum lainnya (34%), eutrofikasi (5%), tempat buang sampah atau limbah (2.4%), dan lainnya tidak jelas diketahui (15.7%) (KLH 2007). Kerusakan situ ini disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor fisik dan non fisik. Faktor fisik antara lain, pengurangan luasan situ karena alih fungsi, sedimentasi, kurangnya pemeliharaan sehingga perairan situ dipenuhi gulma air dan rerumputan, serta adanya kerusakan pada bangunan prasarana situ (KLH 2007). Faktor non fisik seperti penyalahgunaan wewenang pemberian izin pemanfaatan situ, pemberian hak atas tanah pada kawasan situ, penyerobotan atau


(14)

pemanfaatan lahan secara ilegal, keterbatasan kemampuan pengelolaan situ oleh pemerintah dan pemerintah daerah, kurangnya partisipasi masyarakat, serta kurangnya kesamaan persepsi terhadap perundang-undangan (KLH 2007).

Kota Depok merupakan salah satu wilayah Jabodetabek yang memiliki 22 situ (BLH Kota Depok 2012). Situ-situ ini tidak hanya berfungsi sebagai daerah resapan air bagi Kota Depok melainkan juga bagi DKI Jakarta. Keseluruhan situ tersebut tersebar di 7 kecamatan Kota Depok dengan karakteristik dan kondisi yang berbeda-beda. Luas situ di Kota Depok berkisar antara 0.6-28.25 ha. Kemudian volume tampung air situ berkisar antara 480-113 000 m3. Adapun data inventarisasi danau atau situ Kota Depok Tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.

Sebagian besar situ di Kota Depok dalam kondisi yang buruk dan memprihatinkan. Penyebab terdegradasinya kualitas dan kondisi situ tersebut adalah akibat aktivitas masyarakat di sekitarnya, seperti membuang sampah domestik di sekitar bantaran situ, membuat jaring apung dalam jumlah yang telah melewati daya dukung situ, dan menguruk perairan situ untuk dijadikan perumahan kumuh (alih fungsi lahan) di bantaran situ (BLH Kota Depok 2009). Hal ini menyebabkan fungsi situ sebagai daerah resapan air menurun dan pada musim hujan dapat menimbulkan banjir.

Situ Pladen merupakan salah satu situ di Kota Depok yang mengalami kerusakan. Bentuk kerusakan situ tersebut berupa pencemaran dan pendangkalan. Pencemaran disebabkan oleh adanya sampah dan limbah yang masuk ke situ. Selanjutnya, pendangkalan disebabkan oleh sampah yang masuk ke situ dan sedimentasi. Akibatnya saat curah hujan tinggi, Situ Pladen meluap dan menggenangi pemukiman di sekitarnya.

Kerusakan lingkungan dapat menyebabkan penambahan biaya bagi masyarakat yang terkena dampak kerusakan. Penambahan biaya ini mempresentasikan menurunnya kesejahteraan masyarakat. Begitu juga dengan kerusakan situ di Kota Depok yang dapat memberikan dampak kerugian bagi masyarakat sekitar. Penelitian ini mengestimasi nilai kerugian ekonomi masyarakat akibat kerusakan situ. Informasi nilai kerugian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam merumuskan kebijakan pengelolaan situ yang berkelanjutan.


(15)

Tabel 1 Inventarisasi danau atau situ Kota Depok Tahun 2012

No Nama situ Luas

(ha)

Volume

(m3) Kecamatan

1 Situ Pancoran Mas/Pitara 0.6 480 Pancoran Mas

2 Situ Bahar 2 6 100 Sukmajaya

3 Situ Buperta/Gemblung 7.2 - Cimanggis

4 Situ Gadog 1.3 - Cimanggis

5 Situ Jatijjajar 6.5 18 500 Cimanggis

6 Situ Cilangkap 6 12 000 Cimanggis

7 Situ Rawa Kalong 8.25 24 750 Cimanggis

8 Situ Cilodong 1 3 000 Cilodong

9 Situ Studio Alam 7.5 - Sukmajaya

10 Situ Citayam 8.25 3 000 Pancoran Mas

11 Situ Bojongsari 28.25 113 000 Bojongsari

12 Situ Asih Pulo 8 24 000 Pancoran Mas

13 Situ Pengasinan 6 18 000 Sawangan

14 Situ Rawa Besar 17 34 000 Pancoran Mas

15 Situ UI 17.5 52 500 Beji

16 Situ Pengarengan 7 14 000 Sukmajaya

17 Situ Pedongkelan 6.25 25 000 Cimanggis

18 Situ Pladen 1.5 1 500 Beji

19 Situ Tipar/Cicadas 11.321 33 396 Cimanggis

20 Situ Patinggi 5.5 11 000 Cimanggis

21 Situ Sidomukti/Baru 2 6 000 Sukmajaya

22 Situ Sawangan 2.85 - Sawangan

Sumber: BLH Kota Depok (2012)

1.2 Perumusan Masalah

Situ Pladen yang berlokasi di Kelurahan Beji, Kecamatan Beji, Kota Depok merupakan salah satu situ yang mengalami kerusakan. Permukaan air situ tersebut kotor agak hijau kehitam-hitaman, dipenuhi sampah padat hasil aktivitas masyarakat, sepanjang sempadan situ terdapat tumpukan sampah, dan menimbulkan bau busuk (BLH Kota Depok 2009). Pencemaran ini dapat memicu timbulnya berbagai penyakit terutama saat banjir. Wabah penyakit ini bisa menyerang masyarakat sekitar dan menimbulkan kerugian ekonomi bagi masyarakat.


(16)

Penurunan fungsi Situ Pladen juga disebabkan oleh adanya alih fungsi lahan di sempadan situ dan pendangkalan. Berkembangnya pemukiman penduduk di sekitar situ menyebabkan terjadinya penyempitan luas situ. Hal ini ditunjukan dar i kondisi situ yang tidak mampu menampung air hujan sehingga menimbulkan banjir. Bencana ini tentunya merugikan masyarakat dilihat dari adanya tambahan biaya yang dikeluarkan masyarakat yang terkena banjir.

Masalah hak kepemilikan (property right) menjadi hal penting dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Property right Situ Pladen berada ditangan Pemerintah Pusat dan dibantu pengelolaannya oleh Pemerintah Kota Depok. Pemerintah Kota Depok bertanggung jawab dalam pengelolaan Situ Pladen yang diwakili oleh Kelompok Kerja (Pokja). Permasalahannya saat ini Pokja Situ Pladen sudah tidak aktif. Ketidakjelasan wewenang dan tanggung jawab akan menyebabkan tidak optimalnya pengelolaan situ dan mendorong terjadinya kerusakan situ. Pada akhirnya kondisi ini juga akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat sekitar.

Berdasarkan uraian diatas, perumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1 Bagaimana karakteristik sosial ekonomi masyarakat dan persepsi

masyarakat mengenai kerusakan Situ Pladen?

2 Berapa nilai kerugian ekonomi masyarakat sekitar akibat kerusakan Situ Pladen?

3 Apa saja program pemerintah Kota Depok dalam mengendalikan kerusakan Situ Pladen dan bagaimana kesesuaiannya dengan harapan masyarakat?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui nilai kerugian ekonomi masyarakat akibat kerusakan Situ Pladen. Informasi ini diperlukan sebagai kerangka acuan dalam merumuskan kebijakan pengelolaan Situ Pladen yang berkelanjutan. Sementara itu, secara khusus penelitian ini bertujuan:

1 Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi masyarakat dan persepsi masyarakat mengenai kerusakan Situ Pladen.

2 Mengestimasi nilai kerugian ekonomi masyarakat sekitar akibat kerusakan Situ Pladen.


(17)

3 Mengidentifikasi program pemerintah Kota Depok dalam mengendalikan kerusakan Situ Pladen dan kesesuaiannya dengan harapan masyarakat.

1.4 Batasan Penelitian

Batasan dari penelitian ini adalah:

1 Penelitian ini mengestimasi kerugian tangible masyarakat sekitar meliputi kerugian fisik, biaya kesehatan, dan pendapatan yang hilang akibat banjir Situ Pladen periode Januari-Maret Tahun 2013.

2 Penelitian ini juga mengestimasi kerugian masyarakat berupa biaya pencegahan yang telah dikeluarkan masyarakat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Nilai kerugian tersebut dikonversi ke nilai uang saat ini atau Tahun 2013.

3 Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat RT 02/03 dan RT 03/03, Kelurahan Beji yang merasakan dampak langsung akibat Banjir Situ Pladen Tahun 2013.


(18)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fungsi dan Manfaat Situ

Situ merupakan genangan air dalam suatu cekungan di permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan yang airnya bersumber dari air permukaan dan atau air tanah, tergolong ke dalam ekosistem perairan air tawar terbuka dan dinamis (KLH 2007). Sebagai kawasan lindung, situ memiliki fungsi dan manfaat yang potensial dalam konservasi air. Agar manfaat dan fungsi situ ini tetap dapat dirasakan oleh generasi mendatang, perlu adanya keterlibatan masyarakat, pemerintah, dan pihak-pihak terkait dalam pengelolaan situ yang berkelanjutan.

Adapun fungsi dan manfaat dari sumberdaya situ antara lain (KLH 2007): 1 Fungsi Situ

Situ memiliki fungsi yang penting yaitu bisa menjadi tempat parkir air dan sekaligus bisa berfungsi sebagai kawasan resapan. Situ juga memiliki fungsi untuk mengurangi volume air permukaan (run off) yang tidak tertampung dan menjadi penyebab banjir atau genangan. Pada kondisi tertentu, situ dapat berfungsi sebagai pembangkit listrik, pengimbuh (recharge) air pada cekungan air tanah, serta penahan intrusi air asin.

2 Manfaat Situ

Manfaat situ terdiri dari manfaat ekologis dan sosio-ekonomis. Manfaat ekologis situ adalah sebagai sistem penyerapan air dan tandon air, serta keberlangsungan proses ekologis didalamnya. Selanjutnya, manfaat sosio-ekonomis situ antara lain sebagai cadangan sumberdaya air bersih, pengendali banjir, irigasi, sumber penyedia protein dari sektor perikanan darat, sebagai sarana rekreasi, dan sebagainya.

2.2 Kerusakan Situ

Situ sebagai sumberdaya alam memiliki kapasitas dalam mendukung kehidupan manusia. Mengingat bahwa daya dukung alam sangat menentukan bagi kelangsungan hidup manusia, maka kemampuan daya dukung alam tersebut harus dijaga agar tidak rusak dan berakibat buruk bagi manusia (Wardhana 1995).


(19)

Begitu juga dengan situ, kerusakan pada situ dapat berdampak buruk terhadap masyarakat sekitar jika masyarakat tidak bersedia menjaga kelestarian situ.

Salah satu dampak dari kerusakan situ yaitu krisis air. “Faktor utama krisis

air adalah perilaku manusia guna mencukupi kebutuhan hidup yaitu perubahan tata guna lahan untuk keperluan mencari nafkah dan tempat tinggal” (Kodoatie dan Sjarief 2005:43). Degradasi situ ini menyebabkan bencana banjir selalu terjadi setiap musim penghujan. Adapun bentuk kerusakan situ secara umum adalah pencemaran dan pendangkalan.

Dalam perspektif biofisik, pencemaran adalah masuknya aliran residual (residual flow) yang diakibatkan oleh perilaku manusia kedalam sistem lingkungan (Fauzi 2010). Residual ini dapat mencemari situ apabila kuantitas nya melebihi kapasitas penyerapan (absortive capacity) situ. Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui (Wardhana 1995):

1 Adanya perubahan suhu air

2 Adanya perubahan PH atau konsentrasi ion hidrogen 3 Adanya perubahan warna, bau, dan rasa air

4 Timbulnya endapan, koloidal, dan bahan terlarut 5 Adanya mikroorganisme

6 Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan

Air situ yang kotor dan tercemar oleh berbagai komponen pencemar menyebabkan lingkungan sekitar situ tidak lagi nyaman untuk dihuni. Menurut Wardhana (1995), pencemaran air dapat menimbulkan kerugian yang lebih jauh lagi, yaitu kematian. Kematian dapat terjadi karena pencemaran yang terlalu parah sehingga air menjadi penyebab berbagai macam penyakit. “Dari perspektif ekonomi, pencemaran bukan saja dilihat dari hilangnya nilai ekonomi sumberdaya akibat berkurangnya kemampuan sumberdaya-secara kualitas dan kuantitas untuk menyuplai barang dan jasa-namun juga dari dampak pencemaran tersebut terhadap kesejahteraan masyarakat” (Fauzi 2010:188). Oleh karena itu perlu adanya upaya pengendalian pencemaran agar situ dapat berfungsi optimal.

Pendangkalan merupakan proses kerusakan ekosistem air yang dapat digolongkan bersifat alami tetapi lebih sering disebabkan oleh manusia. Sebagai


(20)

contoh, konversi lahan menjadi pemukiman dapat menyebabkan pendangkalan. Secara alami, pendengkalan juga disebabkan oleh adanya sedimentasi yang merupakan hasil erosi. Menurut KLH dan PKSPL IPB (2003), dampak negatif sedimentasi terhadap biota sungai diantaranya terganggunya sistem pernapasan biota air, meningkatkan kekeruhan air, dan dapat menimbulkan masalah eutrofikasi. Salah satu upaya pengelolaan yang mempunyai faktor besar untuk mengurangi laju erosi adalah penanaman pohon (Kodoatie dan Sjarief 2005).

2.3 Banjir

Pembangunan ekonomi yang cenderung mengeksploitasi sumberdaya alam telah menimbulkan dampak-dampak negatif yang setiap tahun terjadi dan cenderung meningkat. Salah satu dampak negatif tersebut adalah banjir. pengertian banjir adalah aliran air di permukaan tanah (surface water) yang relatif tinggi dan tidak dapat ditampung oleh saluran drainase atau sungai, sehingga melimpah ke kanan dan kiri serta menimbulkan genangan atau aliran dalam jumlah melebihi normal dan mengakibatkan kerugian pada manusia (Naryanto et al.2009).

Kerusakan pada situ menyebabkan fungsi situ sebagai kawasan resapan air menurun. Akibatnya setiap musim penghujan menimbulkan genangan banjir dan merugikan masyarakat sekitar. Penyebab banjir pada dasarnya disebabkan oleh 3 hal, antara lain (Naryanto et al. 2009):

1 Kegiatan manusia yang menyebabkan terjadinya perubahan tata ruang dan berdampak pada perubahan alam.

2 Peristiwa alam seperti curah hujan yang sangat tinggi, kenaikan permukaan air laut, badai, dan sebagainya.

3 Degradasi lingkungan seperti hilangnya tumbuhan penutup tanah pada daerah aliran sungai, pendangkalan sungai akibat sedimentasi, penyempitan alur sungai, dan sebagainya.

Ada 4 strategi dasar untuk pengelolaan daerah banjir meliputi (Grigg 1996 dalam Kodoatie dan Sjarief 2005):

1 Modifikasi kerentanan dan kerugian banjir (penentuan zona atau pengaturan tata guna lahan).


(21)

2 Pengaturan peningkatan kapasitas alam untuk dijaga kelestariannya seperti penghijauan.

3 Modifikasi dampak banjir dengan penggunaan teknik mitigasi seperti asuransi, penghindaran banjir (flood proofing).

4 Modifikasi banjir yang terjadi (pengurangan) dengan bangunan pengontrol (waduk) atau normalisasi sungai.

2.4 Konsep Nilai Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Sumber Daya Alam dan Lingkungan (SDAL) menghasilkan barang dan jasa untuk menunjang pembangunan ekonomi. Namun, ketersediaan SDAL ini dapat berkurang jika tidak dikelola secara benar. Adanya eksploitasi SDAL yang berlebihan dipengaruhi oleh penilaian manusia yang rendah (undervalue) terhadap fungsi SDAL tersebut. Jika hal ini dibiarkan terus menerus, daya dukung SDAL dalam menunjang pembangunan akan menurun dan pada akhirnya dapat mengancam pembangunan berkelanjutan.

Nilai yang dihasilkan dari Sumber Daya Alam dan Lingkungan (SDAL) bisa berbeda jika dipandang dari berbagai disiplin ilmu (Fauzi 2010). Perbedaan pendangan inilah yang menyebabkan kerusakan pada suatu ekosistem. Persepsi yang sama terhadap pentingnya suatu ekosistem diperlukan untuk mengatasi kerusakan tersebut. Salah satu tolak ukur yang relatif mudah dan bisa dijadikan persepsi bersama berbagai disiplin ilmu tersebut adalah pemberian price tag

(harga) pada barang dan jasa yang dihasilkan SDAL (Fauzi 2010). Harga ini mencerminkan nilai ekonomi sumber daya alam.

2.5 Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Kerusakan lingkungan adalah terganggunya fungsi lingkungan sebagai akibat dari tindakan, misal pencemaran atau pengambilan berlebih dan atau perusakan SDAL, yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisiknya (Dhewanthi et al. 2007). Kerusakan SDAL ini juga dapat menyebabkan kerugian bagi masyarakat yang berada di sekitarnya. Penilaian kerusakan biasanya harus membangun hubungan sebab akibat antara sumber kerusakan dengan dampak dari kerusakan tersebut (Grigalunas et al. 1998).


(22)

Penilaian tersebut diperlukan karena merupakan proses yang sistematis dalam menentukan dan menilai sejauh mana kerugian dan penderitaan masyarakat sebagai akibat kerusakan ekosistem yang disebabkan oleh manusia.

Kerusakan akibat banjir bisa bersifat tangible dan intangible (Suriya et al. 2012). Kerusakan tangible dapat dibagi lagi menjadi kerusakan langsung (direct damage) dan tidak langsung (indirect damage) (Suriya et al. 2012). Kerusakan langsung disebabkan dari adanya kontak langsung air banjir dengan kerusakan properti (Suriya et al. 2012). Kerusakan tidak langsung adalah kerugian yang disebabkan oleh gangguan hubungan fisik dan ekonomi termasuk kehilangan produksi (loss of production), kehilangan pendapatan (loss of income), kehilangan bisnis, dan keterlambatan transportasi (Suriya et al. 2012). Kerusakan intangible

antara lain ketakutan, kecemasan, kekesalan, kesehatan yang buruk, dan hilangnya nyawa (Suriya et al.2012).

Nilai ekonomi kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan adalah nilai sekarang (present value) dari kerusakan sumber daya alam dan lingkungan sepanjang umur kerusakan itu sendiri (Dhewanthi et al. 2007). Penentuan nilai ekonomi kerusakan lingkungan dapat menggunakan pendekatan harga pasar dan pendekatan non-pasar (Dhewanthi et al. 2007). Pendekatan harga pasar (Market Value Approach) terdiri dari pendekatan harga pasar sebenarnya atau pendekatan produktivitas, pendekatan modal manusia (Human Capital) atau pendekatan nilai yang hilang (Foregone Earning), dan pendekatan biaya kesempatan (Opportunity Cost) (Dhewanthi et al. 2007). Kemudian untuk pendekatan non-pasar dapat digunakan melalui pendekatan preferensi masyarakat (Non-Market Method) seperti metode nilai hedonis (Hedonic Pricing), metode biaya perjalanan (Travel Cost), metode kesediaan membayar atau kesediaan menerima ganti rugi (Contingent Valuation), dan metode Benefit Transfer (Dhewanthi et al.2007).

2.6 Penelitian Terdahulu

Suriya et al. (2012) melakukan penelitian dengan judul “Flood Damage Assessment of an Urban Area in Chennai, India”. Fokus penelitiannya ialah mengestimasi nilai kerugian akibat kerusakan properti dan tambahan biaya yang dikeluarkan selama banjir (transportasi dan kesehatan), serta mengevaluasi biaya


(23)

mitigasi banjir. Hasil penelitian menunjukkan total biaya banjir adalah sebesar Rs 4 68 660.

Dewi (2011) melakukan penelitian tentang “Estimasi Nilai Kerugian

Ekonomi Masyarakat Akibat Situ Rawa Badung (Kasus Kelurahan Jatinegara,

Jakarta Timur)”. Penelitian ini memiliki 3 tujuan, yaitu: (1) mendeskripsikan keragaan pengelolaan Situ Rawa badung, (2) mengidentifikasi persepsi responden mengenai kerusakan yang terjadi di Situ Rawa Badung, dan (3) mengestimasi kerugian ekonomi yang diderita masyarakat akibat kerusakan Situ Rawa Badung. Hasil estimasi kerugian menunjukan biaya kesehatan masyarakat sebesar Rp 123 857 945 per periode dan Rp 256 699 094 per tahun, dan biaya pencegahan tahun 2011 sebesar Rp 3 887 085 449.

Saiverda (2008) melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Penduduk

Sekitar dan Unsur Lokasi terhadap Fungsi Situ Ria Rio Jakarta Timur”. Tujuan

penelitian ini ialah untuk menganalisis hubungan karakteristik penduduk sekitar dengan fungsi Situ Ria Rio Jakarta Timur dan mengkaji pengaruh unsur lokasi terhadap fungsi Situ Ria Rio Jakarta Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi fungsi Situ Ria Rio dipengaruhi oleh karakteristik pendidikan penduduknya yang sebagian besar rendah, kepadatan penduduk setempat yang tinggi, dan tidak tersediannya prasarana dan sarana sanitasi lingkungan yang sesuai untuk situ

Penelitian mengenai estimasi nilai kerugian ekonomi akibat kerusakan sumberdaya telah banyak dilakukan. Namun terdapat beberapa perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari tujuan dan metode penelitian pada Tabel 2.


(24)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Pendekatan pasar untuk menilai dampak lingkungan dibedakan menjadi 3 pendekatan yaitu pendekatan harga pasar yang sebenarnya, pendekatan modal manusia, dan pendekatan kesempatan atau pendapatan yang hilang (Suparmoko dan Ratnaningsih 2011). Pada penelitian ini, ketiga metode tersebut digunakan untuk mengestimasi nilai kerugian ekonomi masyarakat akibat kerusakan Situ Pladen. Kerugian yang diestimasi meliputi kerugian fisik, biaya pengobatan, hilangnya pendapatan karena sakit, hilangnya pendapatan karena memilih tidak bekerja dan biaya pencegahan.

3.1.1 Pendekatan Harga Pasar yang Sebenarnya

Dalam menilai atau memberikan harga pada suatu dampak proyek, selama ada harga pasar untuk produk atau jasa yang hilang atau yang timbul dari adanya suatu proyek, sebaiknya menggunakan harga pasar (Suparmoko dan Ratnaningsih 2011). Kerugian ekonomi masyarakat akibat kerusakan Situ Pladen yang dapat diestimasi melalui pendekatan harga pasar sebenarnya antara lain kerugian fisik (komponen rumah dan peralatan rumah tangga) dan upaya pencegahan. Pendekatan harga pasar sebenarnya tersebut terdiri dari:

1 Biaya perbaikan dan biaya kehilangan

Metode ini digunakan untuk mengestimasi nilai kerugian fisik rumah tangga berupa kerusakan komponen rumah dan peralatan rumah tangga. Nilai kerugian dari kerusakan komponen rumah dan peralatan rumah tangga yang sudah diperbaiki diestimasi melalui pendekatan biaya perbaikan. Kemudian Nilai kerugian ekonomi dari kerusakan peralatan rumah tangga yang belum diperbaiki dan atau sudah dibuang diestimasi melalui nilai sisa barang pada tahun kerusakan.

2 Biaya pencegahan (Preventive Expenditure)

Jika terjadi perubahan kualitas lingkungan, rumah tangga akan bereaksi atas kerusakan tersebut (Hanley dan Spash 1993). Pada metode ini, nilai lingkungan dihitung berdasarkan hal-hal yang disiapkan masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan kerusakan lingkungan (Dhewanthi et al.


(25)

2007). Nilai ini dapat diestimasi baik menggunakan pengeluaran aktual maupun potensi pengeluaran masyarakat (Dhewanthi et al. 2007).

3.1.2 Pendekatan Modal Manusia (Human Capital Approach)

Pendekatan Modal Manusia (Human Capital Approach) menilai nilai lingkungan melalui dampak kerusakan lingkungan terhadap kualitas dan kuantitas masyarakat (Garrod dan Willis 1999). Pendekatan ini fokus pada dampak lingkungan yang merugikan kesehatan masyarakat (Garrod dan Willis 1999). Kerugian tersebut ialah pendapatan yang hilang (Loss of Earning) karena sakit dan biaya perawatan medis (Cost of Illness) yang dikeluarkan masyarakat (Garrod and Willis 1999).

3.1.3 Pendekatan Biaya Kesempatan (Opportunity Cost) atau Pendapatan yang Hilang

Seringkali tidak mudah untuk mendapatkan harga pasar bagi produk atau jasa yang timbul karena adanya suatu proyek (Suparmoko dan Ratnaningsih 2011). Biaya kesempatan (Opportunity Cost) atau pendapatan yang hilang dari penggunaan SDA dapat digunakan untuk mengestimasi nilai SDA tersebut. Contohnya untuk menilai besaran manfaat ekonomi yang harus dikorbankan apabila terjadi perubahan sehingga kualitas lingkungan tidak dapat dikembalikan seperti semula (Dhewanthi et al. 2007)

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Situ Pladen merupakan danau kecil yang berlokasi di Kelurahan Beji, Kecamatan Beji, Kota Depok. Kondisi Situ Pladen saat ini mengalami kerusakan, yaitu adanya penurunan fungsi situ baik fungsi ekologi, ekonomi, sosial, dan budaya sebagai ekosistem danau. Bentuk kerusakan situ yaitu berupa pencemaran dan pendangkalan. Akibat kerusakan tersebut, pada musim penghujan Situ Pladen meluap dan menggenangi pemukiman di sekitarnya. Adapun faktor penyebab kerusakan tersebut antara lain adanya aktivitas masyarakat yang tidak peduli lingkungan, dibangunnya pemukiman di sempadan situ, dan ketidakjelasan wewenang dan tanggung jawab dalam pengelolaan situ.


(26)

Tujuan pertama dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi masyarakat dan persepsi masyarakat mengenai kerusakan Situ Pladen. Informasi karakteristik masyarakat perlu digali karena akan mempengaruhi pemikiran, motivasi, pengalaman, ketertarikan, dan tanggapan dari masyarakat yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kepedulian masyarakat terhadap lingkungan (Ismail et al. 2011). Selain itu, karakteristik masyarakat ini juga dapat mempengaruhi persepsi masyarakat mengenai kerusakan Situ Pladen. Selanjutnya, dengan mengetahui persepsi masyarakat dapat diperoleh informasi mengenai kondisi kerusakan situ. Adapun metode yang digunakan pada tujuan ini adalah metode statistik deskriptif.

Pendangkalan dan pencemaran menunjukkan telah terjadinya kerusakan pada Situ Pladen. Akibat kerusakan tersebut, pada musim hujan masyarakat di sekitar Situ Pladen mengalami musibah banjir. Musibah ini tentunya berdampak negatif dan menimbulkan kerugian bagi masyarakat sekitar. Hal ini dapat dilihat dari adanya tambahan biaya yang dikeluarkan masyarakat.

Tujuan kedua dari penelitian ini adalah mengestimasi nilai kerugian ekonomi masyarakat akibat kerusakan Situ Pladen. Kerugian tersebut meliputi kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir Tahun 2013 dan biaya pencegahan banjir yang telah dikeluarkan masyarakat. Kerugian banjir Tahun 2013 diestimasi menggunakan metode biaya perbaikan, biaya kehilangan, Cost of Illnes, Loss of Earning, dan Loss of Income. Kemudian, biaya pencegahan banjir diestimasi menggunakan metode Preventive Expenditure.

Tujuan ketiga dari penelitian ini adalah mengidentifikasi program pemerintah Kota Depok dalam mengendalikan kerusakan Situ Pladen dan kesesuaiannya dengan harapan masyarakat. Melalui hasil yang diperoleh pada tujuan penelitian ini, peneliti dapat memberikan gambaran mengenai sejauh mana program pemerintah bisa mengendalikan kerusakan Situ Pladen berdasarkan penilaian masyarakat dan pemerintah. Kemudian hasilnya juga diharapkan dapat menjembatani harapan masyarakat agar pemerintah dapat memberikan program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Metode yang digunakan adalah metode statistik deskriptif dan uji friedman.


(27)

Hasil penelitian ini memberikan informasi mengenai kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir yang disebabkan oleh kerusakan Situ Pladen. Melalui informasi tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemerintah dalam memelihara, meningkatkan, dan melestarikan fungsi situ. Agar hal tersebut bisa terwujud, perlu adanya kebijakan pemerintah yang berkelanjutan dalam pengelolaan situ kedepannya.


(28)

Gambar 1 Alur kerangka pemikiran Situ Pladen, Kelurahan Beji, Kota Depok

Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga situ

Terdapatnya pemukiman penduduk di sekitar sempadan Situ

Ketidakjelasan wewenang dan tanggung jawab dalam pengelolaan Situ

Kerusakan Situ Pladen: Pendangkalan dan Pencemaran Identifikasi program pemerintah dan kesesuaiannya dengan harapan masyarakat Estimasi Kerugian Ekonomi

Masyarakat Identifikasi karakteristik sosial ekonomi masyarakat dan persepsi masyarakat mengenai kerusakan Situ Pladen Genangan Banjir Kerugian Akibat Banjir Tahun 2013

Biaya Pencegahan Banjir

Preventive Expenditure

Descriptive Statistic dan Uji Friedman Descriptive Statistic Kehilangan Pendapatan Biaya Kesehatan n Kerugian Fisik Loss of Income Cost of Illness

dan Loss of Earning Biaya Perbaikan dan Biaya Kehilangan

Rekomendasi Kebijakan Pengelolaan Situ Secara Berkelanjutan


(29)

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di pemukiman sekitar Situ Pladen, Kelurahan Beji, Kecamatan Beji, Kota Depok. Pemilihan lokasi dipilih secara sengaja (purposive) karena berdasarkan hasil pra-survei, daerah ini mengalami dampak langsung dari kerusakan Situ Pladen. Penelitian dilaksanakan selama bulan April 2013.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan menggunakan kuesioner dan survei langsung ke lokasi di sekitar Situ Pladen. Data primer yang dibutuhkan antara lain: karakteristik sosial ekonomi masyarakat, persepsi masyarakat mengenai kerusakan Situ Pladen, total biaya yang dikeluarkan masyarakat akibat banjir, dan program yang sudah dilakukan pemerintah Kota Depok dan kesesuaiannya dengan harapan masyarakat. Data sekunder yang dibutuhkan antara lain data-data yang terkait dengan daerah penelitian serta data lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian. Data sekunder ini dapat diperoleh dari: buku referensi, internet, informasi dan sumber dari kantor Kelurahan Beji, Badan Lingkungan Hidup Kota Depok, Dinas Bina Marga dan Sumberdaya Air Kota Depok, serta Badan atau Lembaga terkait dengan Penelitian.

4.3 Teknik Penarikan Sampel

Pada awalnya teknik penarikan sampel untuk rumah tangga adalah menggunakan total sampling atau sensus karena jumlah sampel relatif kecil yaitu 41 Kepala Keluarga (KK). Namun, saat dilapang peneliti mengalami kendala ketika mewawancarai responden. Kendala tersebut antara lain beberapa responden tidak bersedia untuk diwawancarai, tidak berada di lokasi penelitian ketika peneliti hendak mewawancarai, dan faktor usia responden yang tergolong tua menyebabkan proses wawancara tidak efektif. Oleh karena itu, teknik penarikan


(30)

sampel untuk rumah tangga adalah dengan menggunakan metode non-probability sampling yaitu purposive sampling.

Purposive sampling yaitu teknik penarikan sampel dengan menentukan kriteria khusus terhadap sampel (Prasetyo dan Jannah 2008). Pengambilan responden dilakukan dengan memilih rumah tangga yang lokasi tinggalnya berdekatan dengan Situ Pladen, merasakan dampak langsung dari adanya kerusakan Situ Pladen berupa banjir tahun 2013 dan bersedia untuk diwawancarai. Jumlah responden yang diwawancarai adalah 32 orang dari masyarakat RT 02/03 dan 03/03 Kelurahan Beji.

Selanjutnya, teknik penarikan sampel untuk stakeholder pemerintah adalah menggunakan metode non-probability sampling yaitu snowball sampling. Teknik

snowball sampling digunakan jika peneliti tidak mempunyai informasi mengenai anggota populasi dan hanya memiliki satu nama anggota populasi (Prasetyo dan Jannah 2008). Jumlah responden yang diwawancarai adalah 3 orang yaitu dari Dinas Bina Marga dan Sumberdaya Air Kota Depok, Badan Lingkungan Hidup Kota Depok, dan Kelurahan Beji.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan bantuan program komputer, yaitu Microsoft Office Excell 2007 dan SPSS Statistics 20. Data diolah dan selanjutnya dianalisis secara deskriptif serta disajikan dalam bentuk diagram, tabel, dan perhitungan matematis. Pada Tabel 2 diuraikan matriks analisis data yang digunakan dalam menjawab tujuan-tujuan penelitian ini.

4.4.1 Identifikasi Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat dan Persepsi Masyarakat Mengenai Kerusakan Situ Pladen

Metode analisis data yang digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi masyarakat dan persepsi masyarakat mengenai kerusakan Situ Pladen adalah statistik deskriptif. Menurut Nazir (1999), metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Data dan informasi yang berasal dari kuesioner diolah menggunakan


(31)

statistik deskriptif, termasuk diantaranya distribusi frekuensi, dan distribusi persentase.

Tabel 2 Matriks analisis data

No Tujuan Penelitian Data yang Dibutuhkan Metode Analisis Sumber Data Jumlah Responden (Orang) 1 Mengidentifikasi

karakteristik sosial ekonomi masyarakat dan persepsi masyarakat mengenai kerusakan Situ Pladen

Data primer Descriptive Statistics

Wawancara masyarakat

32

2 Mengestimasi

nilai kerugian ekonomi masyarakat akibat kerusakan Situ Pladen Data primer: Biaya perbaikan dan biaya kehilangan Pendekatan Harga Pasar Sebenarnya Wawancara masyarakat Data primer: Biaya pengobatan dan pendapatan yang hilang karena sakit Human Capital Approach: Cost of Illness dan

Loss of Earning Wawancara masyarakat Data primer: Pendapatan yang hilang karena tidak bekerja Loss of Income Wawancara masyarakat Data primer: Biaya pencegahan Preventive Expenditure Wawancara Masyarakat 3 Mengidentifikasi

program Pemerintah Kota Depok dalam mengendalikan kerusakan Situ Pladen dan kesesuaiannya dengan harapan masyarakat Data primer: Program – program yang sudah dilaksanakan pemerintah dan kesesuaiannya dengan masyarakat Descriptive Statistics dan Friedman Test Wawancara Stakeholder dan Masyarakat Stakeholder: 3 Masyarakat: 32


(32)

Adapun karakteristik sosial ekonomi masyarakat yang diidentifikasi meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan kepala keluarga, pendapatan rumah tangga, status kependudukan, status kepemilikan rumah dan lama tinggal. Informasi ini penting untuk diketahui karena persepsi reponden terkait penelitian dapat dipengaruhi oleh karakteristik responden tersebut. Selanjutnya, persepsi responden mengenai kerusakan Situ Pladen yang diidentifikasi dalam penelitian ini meliputi penilaian responden terhadap kondisi fisik situ, kebersihan lingkungan di sekitar situ, kenyamanan masyarakat yang tinggal disekitar situ, bentuk kerusakan situ, dan sumber kerusakan situ.

4.4.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Kerusakan Situ Pladen

4.4.2.1 Pendekatan Harga Pasar Sebenarnya

Kerugian fisik yang diderita masyarakat akibat banjir meliputi kerusakan komponen rumah dan peralatan rumah tangga. Kerugian ini diestimasi menggunakan metode pendekatan harga pasar sebenarnya, yaitu biaya perbaikan dan biaya kehilangan.Biaya perbaikan yang ditanggung oleh responden dihitung dari sejumlah uang yang dikeluarkan responden untuk memperbaiki kerusakan komponen rumah dan peralatan rumah tangga. Nilai rata-rata biaya perbaikan dapat dilihat pada persamaan berikut:

RBPK = BPKi

n i=1

n ...(1)

Keterangan:

RBPK = Rata-rata biaya perbaikan (Rp/KK)

BPKi = Biaya perbaikan responden ke-i (Rp) n = Jumlah responden (KK)

i = Responden ke-i (1,2,3,....,n)

Selanjutnya biaya kehilangan dihitung berdasarkan nilai sisa peralatan rumah tangga pada tahun kerusakan dengan mempertimbangkan biaya penyusutan per tahun. Nilai penyusutan properti per tahun dihitung menggunakan metode garis lurus (Straight Line Method). Metode garis lurus menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama setiap tahun sepanjang umur manfaat barang (Warren et al. 2005). Pada penelitian ini diasumsikan nilai sisa pada akhir tahun


(33)

masa manfaat barang sama dengan nol. Nilai penyusutan per tahun peralatan rumah tangga diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut:

NP = HB

MM

...(2)

Keterangan:

NP = Nilai penyusutan barang (Rp/tahun) HB = Harga beli barang (Rp)

MM = Masa Manfaat (tahun)

Peralatan rumah tangga responden merupakan aset tetap yang manfaatnya dapat dinikmati lebih dari satu tahun. Unit manfaat dari aset tetap relatif lebih tidak dapat dikuantifikasi (KSAP 2007). Akibatnya, untuk aset tetap yang tidak mempunyai unit manfaat yang tidak terkuantifikasi secara spesifik digunakan indikator pengganti seperti prakiraan potensi masa manfaat (KSAP 2007). Pada penelitian ini, masa manfaat dari peralatan rumah tangga disesuaikan dengan karakteristik fisik peralatannya.

Biaya kehilangan peralatan rumah tangga merupakan nilai sisa perabotan rumah tangga pada tahun terjadinya kerusakan. Biaya kehilangan ini dapat diperoleh dari Persamaan 3. Kemudian, rata-rata biaya kehilangan responden diperoleh dengan cara membagi jumlah biaya kehilangan dengan jumlah responden yang menderita kerusakan peralatan rumah tangga. Nilai rata-rata biaya kehilangan dapat dilihat pada Persamaan 4 di bawah ini.

BK = HB – AP ...(3) Keterangan:

BK = Biaya kehilangan (Rp) HB = Harga Beli (Rp)

AP = Akumulasi penyusutan (Rp)

RBK = BKi

n i =1

n

...(4)

Keterangan:

RBK = Rata-rata biaya kehilangan (Rp/KK)

BKi = Biaya kehilangan responden ke-i(Rp) n = Jumlah responden (KK)


(34)

4.4.2.2 Human Capital Approach: Cost of Illness dan Loss of Earning

Kerugian kesehatan merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan responden untuk mengobati penyakitnya yang berasal dari genangan banjir dan hilangnya pendapatan responden akibat tidak bekerja karena sakit. Kerugian ini diestimasi menggunakan pendekatan modal manusia (Human Capital Approach) yaitu biaya kesehatan. Biaya kesehatan masyarakat diperoleh dari penjumlahan hilangnya pendapatan karena sakit dengan biaya pengobatan. Berikut persamaan biaya kesehatan:

C = P + MC ...(5) Keterangan:

C = Biaya kesehatan (Rp) P = Hilangnya pendapatan (Rp) MC = Biaya pengobatan (Rp)

1 Nilai Pendapatan yang Hilang (Loss of Earning)

Nilai pendapatan responden yang hilang karena sakit dihitung berdasarkan cost of time. Cost of time adalah kerugian responden yang tidak masuk kerja saat menderita sakit. Bagi responden yang bekerja sebagai pegawai, hilangnya waktu bekerja tidak mempengaruhi hilangnya pendapatan secara langsung. Cost of time pada responden yang bekerja sebagai non-pegawai sama dengan hilangnya pendapatan per hari. Adapun rumusnya sebagai berikut:

P = JHTKi ×PRi

n i=1

n ...(6)

Keterangan:

P = Hilangnya pendapatan responden tidak masuk kerja (Rp/KK)

JHTKi = Jumlah hari tidak bekerja karena sakit responden ke-i(hari) PRi = Pendapatan responden ke-iper hari (Rp/hari)

n = Jumlah responden (KK) i = Responden ke-i (1,2,3,....,n) 2 Biaya Pengobatan (Cost of Illness)

Biaya pengobatan yang ditanggung responden dihitung dari jumlah uang yang dikeluarkan untuk berobat, terdiri dari biaya kunjungan ke dokter atau puskesmas dan atau biaya pembelian obat. Biaya pengobatan responden


(35)

merupakan biaya yang dikeluarkan responden untuk mengobati sakit atau anggota keluarga responden yang menderita sakit yang menjadi tanggungan responden. Biaya pengobatan yang dikeluarkan responden dapat dilihat pada persamaan berikut:

MC = BBi

n i=1

n ...(7)

Keterangan:

MC = Biaya pengobatan per responden (Rp/KK)

BBi = Biaya berobat responden ke-i (Rp)

n = Jumlah responden (KK) i = Responden ke-i (1,2,3,....,n)

4.4.2.3 Pendapatan yang Hilang (Loss of Income)

Kerugian selanjutnya ialah kehilangan pendapatan harian masyarakat akibat banjir yang menghalangi mereka untuk bekerja. Kerugian ini diestimasi melalui pendekatan pendapatan yang hilang atau Loss of Income. Pendapatan yang hilang ini merupakan pendapatan harian yang tidak responden dapatkan karena responden memilih untuk tidak masuk kerja selama banjir. Berikut rumus yang digunakan dalam perhitungan ini:

HP = PRi ×LBi

n i=1

n ...(8)

Keterangan:

HP = Hilangnya pendapatan per responden (Rp/KK)

PRi = Pendapatan harian responden ke-i (Rp/hari) LBi = Lama tidak bekerja responden ke-i (hari)

n = Jumlah responden (KK) i = Responden ke-i (1,2,3,....,n)

4.4.2.4 Biaya Pencegahan (Preventive Expenditure)

Biaya pencegahan merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan responden untuk mencegah banjir. Rata-rata biaya pencegahan per Kepala Keluarga (KK) diperoleh dari hasil pembagian jumlah biaya yang dikeluarkan responden dengan jumlah responden yang melakukan tindakan pencegahan tersebut. Secara matematis, dapat dirumuskan sebagai berikut:


(36)

RBP = BPi

n i=1

n ...(9)

Keterangan:

RBP = Rata-rata biaya pencegahan (Rp/KK)

BPi = Biaya pencegahan responden ke-i (Rp)

n = Jumlah responden (KK) i = Responden ke-i (1,2,3,...n)

Biaya pencegahan yang dikeluarkan responden dikonversi ke dalam nilai saat ini (present value) sesuai dengan tingkat suku bunga yang berlaku. Perhitungan dari biaya pencegahan ini menggunakan rumus compounding yaitu:

FVi = BPi 1 + r t ...(10)

Keterangan:

FVi = Future Value dari biaya pencegahan responden ke-i (Rp) BPi = Biaya pencegahan responden ke-i (Rp)

r = Suku bunga Bank (%)

t = Selisih waktu saat ini dan saat biaya dikeluarkan (tahun) i = Responden ke-i (1,2,3,....,n)

4.4.3 Identifikasi Program Pemerintah Kota Depok dalam Mengendalikan Kerusakan Situ Pladen dan Kesesuaiannya dengan Harapan Masyarakat

Metode analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi program pemerintah Kota Depok adalah analisis deskriptif. Analisis ini dilakukan dengan mentabulasi data dengan bantuan program Microsoft Excel 2007. Menurut Nazir (1999), tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Uji friedman juga digunakan dalam tujuan penelitian ini. Friedman Two Way Anova (Analisis Varian Dua Jalan Friedman) digunakan untuk menguji hipotesis komparatif k sampel yang berpasangan bila datanya berbentuk ordinal (rangking) (Sugiyono 2011). Distribusi data yang terbentuk dari hasil uji ini adalah distribusi Chi Kuadrat sehingga rumus yang digunakan untuk pengujian adalah rumus Chi Kuadrat (Sugiyono 2011). Rumusnya adalah sebagai berikut:


(37)

X2 = 12

Nk (k+1) Rj 2 k

j=1 −3N(k + 1) ...(11)

Keterangan:

X2 = Chi kuadrat N = Jumlah responden k = Jumlah variabel

Rj = Jumlah rangking variabel ke-j

j = Variabel ke-j (1,2,3,....,n)

Adapun ketentuan pengujian friedman yaitu jika nilai Chi Kuadrat hasil

menghitung dari rumus diatas lebih besar atau sama dengan (≥) Chi Kuadrat tabel

maka H0 ditolak (Sugiyono 2011). Hasil dari analisis ini ialah dapat menentukan

nilai kesesuaian program berdasarkan penilaian masyarakat. Selain itu, analisis ini juga untuk menguji hipotesis adanya perbedaan penilaian masyarakat terkait dengan program-program yang sudah dilaksanakan pemerintah Kota Depok.


(38)

V GAMBARAN UMUM

5.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian 5.1.1 Kondisi Umum Kelurahan Beji

Kelurahan Beji merupakan salah satu kelurahan yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Beji Kota Depok. Kelurahan ini memiliki luas wilayah ± 216 710 ha dengan batas wilayah:

Sebelah Utara : Kelurahan Kukusan Sebelah Timur : Kelurahan Beji

Sebelah selatan : Kelurahan Depok Jaya, Kecamatan Pancoran Mas Sebelah Barat : Kelurahan Tanah Baru

Pada awalnya, penduduk Kelurahan Beji bersifat homogen yang hanya ditinggali oleh penduduk asli setempat. Namun, sejak adanya pengembangan pemukiman baru dan tingginya arus migrasi penduduk maka penduduk Beji makin bertambah dan berkembang dengan pesat, mulai tahun 1978 sampai sekarang (Kelurahan Beji 2012). Jumlah penduduk Beji berdasarkan data kelurahan akhir bulan Maret 2013 yaitu ± 35 385 jiwa yang terdiri dari 18 124 laki-laki dan 17 261 perempuan. Jumlah Kepala Keluarga (KK) yaitu sebanyak 15 767 KK yang tersebar pada 110 Rukun Tetangga (RT) dan 17 Rukun Warga (RW).

Jumlah penduduk menurut usia dibedakan menjadi lima kelompok usia. Kelima kelompok usia tersebut yaitu kelompok 00-05 tahun, 06-16 tahun, 17-25 tahun, 26-55 tahun, dan 55 tahun keatas. Perbandingan jumlah penduduk menurut kelompok usia dapat dilihat pada Tabel 3.

Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Beji antara lain petani, wiraswasta, pengrajin, buruh, pedagang, PNS, karyawan, TNI/POLRI, punawirawan/pensiunan, dan lain-lain. Mayoritas masyarakat bekerja sebagai wiraswasta. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 4.


(39)

Tabel 3 Jumlah penduduk Kelurahan Beji menurut usia

No Usia Laki-laki Perempuan Jumlah

1 00-05 th 2 500 2 155 4 655

2 06-16 th 3 894 4 041 7 935

3 17-25 th 3 390 4 308 7 698

4 26-55 th 4 120 3 120 7 240

5 55 th ke-atas 4 220 3 637 7 857

Jumlah 18 124 17 261 35 385

Sumber : Kelurahan Beji (2013)

Tabel 4 Mata pencaharian penduduk Kelurahan Beji

Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)

Petani 8

Wiraswasta 8 634

Pengrajin 600

Buruh 8 360

Pedagang 4 202

PNS 2 360

Karyawan 7 026

TNI/Polri 724

Punawirawan/pensiunan 801

Lain-lain 2 670

Jumlah 35 385

Sumber: Kelurahan Beji (2013)

Pada penelitian ini, daerah yang menjadi fokus hanyalah RW 03, khususnya RT 02 dan RT 03. Hal ini dikarenakan wilayah ini berdekatan langsung dengan Situ Pladen. Berdasarkan data Kelurahan Beji (2013), jumlah penduduk RW 03 yaitu 2 539 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 1 184 KK. Fasilitas sosial dan umum yang terdapat pada RW 03 antara lain mesjid, mushola, gereja, posyandu, sarana pendidikan, dan lain-lain.

5.1.2 Kondisi Umum Situ Pladen

Situ Pladen merupakan salah satu situ dari 22 situ yang ada di Kota Depok. Situ yang dikelilingi pemukiman ini berlokasi di Jalan Ridwan Rais, Kelurahan Beji, Kecamatan Beji. Berdasarkan informasi dari Dinas Bina Marga dan Sumberdaya Air dan Ketua RT 03/03, pada awalnya situ ini memiliki kedalaman


(40)

3-7 m dan luas 6 ha. Namun saat ini, kedalaman situ hanya berkisar 0.3-1 m dan memiliki luas 1.5 ha sehingga daya tampung situ menurun menjadi 1 500 m3. Situ ini memiliki dua inlet yang berasal dari Pasar Kemiri Muka dan Situ Rawa Besar dan satu outlet menuju Situ UI.

Kondisi Situ Pladen saat ini telah mengalami kerusakan. Berdasarkan informasi dari Ketua RT 02/02, kerusakan ini mulai terjadi sejak tahun 1992. Ketika musim penghujan situ meluap dan mengenangi pemukiman di sekitarnya. Namun banjir akibat meluapnya situ ini masih tergolong ringan. Pada tahun 2002, banjir dengan tingkat kerusakan yang parah mulai terjadi. Banjir ini disebabkan oleh tingkat kerusakan situ yang semakin meningkat.

Sebelum terjadi kerusakan pada situ, situ ini memiliki banyak fungsi. Fungsi Situ Pladen tersebut antara lain, tempat budidaya ikan, tempat memancing, dan sumber air tanah bagi masyarakat. Selain itu, kondisi fisik situ juga masih tergolong baik. Warna air situ jernih dan tidak mengeluarkan bau. Kondisi ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan kondisi situ sekarang. Situ Pladen saat ini telah banyak mengalami penurunan fungsi dan kondisi air situ sudah tidak layak untuk dimanfaatkan.

Akibat adanya kerusakan pada Situ Pladen, pada musim hujan situ sering meluap dan menggenangi pemukiman warga di sekitarnya. Sampah dan limbah yang masuk ke situ menyebabkan situ tercemar dan mengalami pendangkalan. Selain itu, terdapatnya pemukiman warga di sempadan Situ yaitu 50 m dari situ menyebabkan luasan situ semakin berkurang sehingga daya tampung situ menurun. Pengelolaan Situ Pladen yang tidak berwawasan lingkungan inilah yang memicu terjadinya kerusakan pada situ.

Status kondisi situ dapat diketahui dengan menggunakan kriteria penilaian kualitas situ berdasarkan indikator (morfologi, kualitas air, dan gulma air) (KLH 2007). Komponen penilaian situ meliputi penyusutan luasan situ, kedalaman situ, penurunan muka air situ, dan sempadan situ. Hasil penilaian kualitas situ Pladen dapat dilihat pada Tabel 5.

Berdasarkan hasil penilaian kualitas situ oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Depok (2011), total nilai kualitas Situ Pladen adalah sebesar 200. Pada Tabel 6, nilai kualitas situ berada dalam selang 167-233. Nilai ini


(41)

menunjukkan Situ Pladen dalam kondisi terganggu. Fungsi utama situ (sebagai daerah penampungan aliran air permukaan, peresapan air kedalam tanah, dan sumber air irigasi di musim kemarau) kurang optimal, dan atau kualitas air situ tercemar sehingga tidak sesuai dengan peruntukkannnya, serta wilayah situ masih tergenang pada musim kemarau (KLH 2007). Kondisi ini menyarankan agar situ direvitalisasi.

Tabel 5 Hasil penilaian kualitas Situ Pladen Tahun 2011 Kriteria

Bobot Kondisi Parameter Nilai

Total Nilai (Bobot x

nilai) Indikator Parameter

Morfologi Penyusutan luas Situ 10 tahun terakhir 20 Tinggi (>25%) Sedang (5-35%) Rendah (<5%) 1 2 3 40 Kedalaman

situ pada

musim penghujan

10

Dangkal (<2 m) Sedang (2-5 m) Dalam (>5 m)

1 2 3

20

Penurunan muka air situ pada musim kemarau 10 Tinggi (>50%) Sedang (25-50%) Rendah (<25%) 1 2 3 30 Sempadan

Situ 10

Tidak ada Ada (sempit) Ada, lebar (±100m)

1 2 3 20 Kualitas Air

Baku Mutu

Air 30

Sesuai kelas IV Sesuai kelas III Sesuai kelas I/II

1 2 3

30 Gulma Air Persentase

Penutupan 20

>50% 25-50% <25% 1 2 3 60

Nilai Akhir 200

Sumber: Diolah dari BLH Kota Depok (2011) Tabel 6 Nilai kualitas situ

Total Nilai Kualitas Situ Rekomendasi

100-166 Rusak Rehabilitasi Situ

167-233 Terganggu Revitalisasi Situ

234-300 Baik Perlidungan dan

Pelestarian Situ Sumber: KLH (2007)


(42)

5.2 Kualitas Air Situ Pladen

Mutu air Situ Pladen diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001. Kriteria mutu air Situ Pladen ini tergolong air golongan III, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mensyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut. Adapun data hasil uji kualitas Situ Pladen Tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 7.

5.2.1 BOD dan COD

Uji BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) merupakan suatu uji untuk melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air situ. Kadar BOD dan COD pada situ pladen melebihi baku mutu air Golongan III. Semakin tinggi nilai BOD, maka semakin tinggi pula zat pencemar organik yang terkandung dalam air situ. Begitu juga dengan COD, semakin tinggi nilai COD maka semakin banyak oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi material-material organik yang terdapat dalam air. Kondisi ini menyebabkan air situ pladen bewarna hijau kehitam-hitaman dan menimbulkan bau busuk. Selain itu, pencemaran air ini juga mempengaruhi biota air yang hidup didalamnya.

5.2.2 Seng (Zn)

Kandungan Seng (Zn) pada Situ Pladen melebihi baku mutu air Golongan III. Seng termasuk unsur yang esensial bagi makhluk hidup yakni berfungsi membantu kerja enzim. Seng ini tidak bersifat toksik bagi manusia. Namun apabila kadar seng tersebut tinggi pada air, dapat membahayakan manusia yang berinteraksi langsung dengan air tersebut.

5.2.3 Amonia (NH3-N)

Kadar amonia (NH3-N) pada situ Pladen adalah 0.75 mg/liter. Walaupun kadar amonia ini tidak ada baku mutunya, namun harus tetap mendapatkan perhatian. Senyawa ini tidak seharusnya ada di dalam air. Amonia dapat menimbulkan bau busuk pada air Situ Pladen.


(43)

5.2.4 Balerang (H2S)

Kadar Hidrogen Sulfida (H2S) pada situ melebihi baku mutu air golongan

III. Senyawa ini dapat timbul dari aktivitas biologis ketika bakteri mengurai bahan organik dalam keadaan tanpa oksigen (aktivitas anaerobik), seperti di rawa dan saluran pembuangan kotoran. Kandungan H2S dalam air dapat terdeteksi oleh

adanya bau seperti telur busuk.

5.2.5 Deterjen (MBAS)

Kadar deterjen pada Situ Pladen melebihi baku mutu air golongan III. Adanya bahan buangan zat kimia ini dalam air ditandai dengan timbulnya buih-buih sabun pada permukaan air. Larutan deterjen ini menyebabkan pH air Situ Pladen meningkat sehingga dapat mengganggu kehidupan organisme di dalam air.

5.2.6 Fecal Coliform dan Total Coliform

Berdasarkan hasil analisis mikrobiologi, konsentrasi Fecal coliform dan

Total coliform air Situ Pladen melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Keberadaan Total coliform mengindikasikan adanya pencemaran dari limbah domestik. Kandungan ini menyebabkan air situ tercermar dan tidak bisa dimanfaatkan sebagai sumber air bersih.


(44)

Tabel 7 Kualitas air Situ Pladen Tahun 2012

Parameter Satuan Hasil

Kriteria Mutu Air PPRI No 82/2001 Gol. III Metode Analisis/Alat Fisika pH

Residu Terlarut (TDS) Total Suspensi Solid (TSS) Temperatur Udara (Insitu) Temperatur Air (Insitu)

- Mg/liter Mg/liter 0 C 0 C 8.8 209 128 35 31.7 6-9 1 000 400 ± 3 SNI. 06-6989.11-2004 SNI. 06-6989.27-2005 SNI. 06-6989.3-2004 SNI. 06-6989.23-2005 Kimia Nitrat (NO3-N) Nitrit (N02-N) Oksigen terlarut (DO) BOD5

COD

Total Fosfat sbg P Minyak dan lemak Seng (Zn) Fenol

Amonia (NH3-N) Khlorida (Cl) Khlorin bebas (Cl2) Sulfat (SO4)

Balerang sbg H2S Deterjen (MBAS) Boron (B) Arsen (As) Besi (Fe) Kobalt (Co) Barium (Ba) Selenium (Se) Sianida (CN) Air Raksa (Hg) Kadmium (Cd) Kromium 6 (Cr6+) Tembaga (Cu) Timbal (Pb) Mangan (Mn) Fluorida (F) Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter Mg/liter 0.96 0.02 5.33 14.1 83.1 0.16 <1 0.71 <0.001 0.75 34.1 <0.03 10.9 0.03 0.53 0.29 <0.0002 0.69 <0.02 <0.03 <0.005 <0.01 <0.0002 <0.004 <0.01 <0.01 0.002 <0.01 0.13 20 0.06 Min. 3 6 50 1 1 0.05 0.001 - - 0.03 - 0.002 0.2 1 1 - 0.2 - 0.05 0.02 0.002 0.01 0.05 0.02 0.03 - 1.5 SNI. 06-6989.74-2004 SNI. 06-6989.9-2004 SNI. 06-6989.14-2004 SNI. 06-6989.72-2009 SNI. 06-6989.2-2009 SNI. 06-6989.31-2005 SNI. 06-6989.10-2004 SNI. 06-6989.7-2009 SNI. 06-6989.21-2004 SNI. 06-6989.30-2005 SNI. 06-6989.19-2004 Titrimetrik SNI. 06-6989.20-2004 SNI. 06-6989.70-2009 SNI. 06-6989.51-2005 SNI. 06-2481-1991 SNI. 06-6989.24-2005 SNI. 06-6989.4-2009 SNI. 06-6989.68-2009 SNI. 06-6989.39-2005 AAS SNI. 19-1504-1989 AAS SNI.6989.16-2009 SNI.6989.71-2009 SNI.6989.6-2009 SNI.6989.46-2009 SNI. 6989.5-2009 SNI. 06-6989.29-2004 Mikrobiologi Fecal Coliform Total Coliform Jml/100ml Jm/100ml

22 x 105 5 x 106

2 000 10 000

APHa 21st Edition-2005, Method 9221 F SNI. 06-6989.11-2004


(45)

VI KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN PERSEPSI

MASYARAKAT

6.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat

Karakteristik sosial ekonomi masyarakat penting untuk dikaji dalam penelitian ini. Karakteristik sosial ekonomi masyakat yang tinggal di sekitar Situ Pladen dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya kerusakan situ. Karakteristik masyarakat ini dapat mempengaruhi tingkat kepedulian masyarakat terhadap kondisi situ dan lingkungan di sekitar situ. Selain itu, karakteristik masyarakat juga akan mempengaruhi jawaban masyarakat terkait persepsi mengenai kerusakan situ, kerugian ekonomi yang diderita akibat kerusakan situ, dan kesesuaian terhadap program yang sudah dilaksanakan pemerintah Kota Depok dalam mengendalikan kerusakan situ.

Karakteristik sosial ekonomi masyarakat RT 02/03 dan RT 03/03 diperoleh berdasarkan survei terhadap 32 responden yang mewakili 41 Kepala Keluarga (KK). Karakteristik responden ini ditinjau dari beberapa aspek meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan Kepala Keluarga, pendapatan rumah tangga, status kependudukan, status tempat tinggal, dan lama tinggal. Penjelasan masing-masing kriteria karakteristik responden dapat dijabarkan pada pembahasan di bawah ini.

6.1.1 Jenis Kelamin

Sebagian besar responden yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah perempuan, yaitu 56.25% sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki 43.75%. Dominasi responden perempuan karena pada umumnya perempuan lebih memahami berbagai pengeluaran rumah tangga. Hal ini membantu peneliti dalam memperoleh informasi kerugian yang diderita responden akibat genangan banjir Situ Pladen. Perbandingan antar responden yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada Gambar 2.


(46)

Gambar 2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

6.1.2 Usia

Tingkat usia menjadi salah satu kriteria yang mencerminkan tingkat kedewasaan dan pola pikir seseorang dalam mengambil suatu tindakan atau keputusan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan dirinya. Usia responden tegolong cukup bervariasi dengan distribusi usia 21-68 tahun. Jumlah responden terbanyak terdapat pada sebaran usia 37-44 tahun, 45-52 tahun, dan 61-68 tahun yaitu masing-masingnya 21.88% dari keseluruhan responden. Distribusi tingkat umur responden dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Karakteristik responden berdasarkan usia

6.1.3 Pendidikan Terakhir

Tingkat pendidikan seseorang juga menjadi faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan dan pola pikir orang tersebut selain faktor usia. Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini bervariasi, mulai tidak sekolah sampai jenjang Perguruan Tinggi (PT). Mayoritas responden merupakan lulusan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 37.50% responden. Pendidikan masyarakat yang tergolong rendah akan menyebabkan kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kondisi situ. Hal ini karena masyarakat tidak mengetahui fungsi dan manfaat dari

0,00% 20,00% 40,00% 60,00%

laki-laki perempuan

R

es

po

n

de

n

(%

)

Jenis kelamin

0,00% 5,00% 10,00% 15,00% 20,00% 25,00%

21-28 29-36 37-44 45-52 53-60 61-68

R

es

po

n

de

n

(%)


(47)

ekosistem situ secara keseluruhan. Perbandingan persentase tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir

6.1.4 Jenis Pekerjaaan Kepala Keluarga

Jenis pekerjaan kepala keluarga di sekitar Situ Pladen bervariasi, mulai dari responden yang bekerja sebagai pedagang/wiraswasta, pegawai swasta, supir, buruh, PNS, dan pemulung. Mayoritas responden bekerja sebagai pedagang/wiraswasta yaitu sebanyak 40.63% responden, karena lokasi pemukiman ini berdekatan dengan Pasar dan daerah pertokoan. Perbandingan persentase jumlah responden pada setiap jenis pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaaan

6.1.5 Pendapatan Rumah Tangga

Besarnya pendapatan rumah tangga responden cukup bervariasi. Pendapatan rumah tangga yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah jumlah dari penghasilan utama dan sampingan kepala keluarga. Besarnya pendapatan mempresentasikan tingkat kesejahteraan rumah tangga. Mayoritas responden

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00

Tidak Sekolah

SD SMP SMA Diploma PT

R

es

po

n

de

n

(%)

Tingkat pendidikan terakhir

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00

R

es

po

n

de

n

(%)


(48)

memiliki pendapatan yang berkisar antara Rp 800 001-Rp 1 300 000 yaitu 40.63% responden. Variasi jumlah pendapatan rumah tangga dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Karakteristik responden berdasarkan pendapatan rumah tangga

6.1.6 Status Kependudukan

Status kependudukan dari responden mempengaruhi tingkat kepedulian sosial dan lingkungan tempat tinggalnya. Status kependudukan dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi penduduk asli dan pendatang. Penduduk asli ialah penduduk yang berasal (lahir) dan bertempat tinggal di RT 02/03 atau RT 03/03 Kelurahan Beji. Sebaliknya, pendatang ialah penduduk yang berasal dan bertempat tinggal di luar RT 02/03 atau RT 03/03 Kelurahan Beji sebelum menetap di tempat tinggal saat ini.

Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar responden merupakan penduduk pendatang, yaitu sebanyak 65.63%. Hal ini diduga kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kualitas lingkungannya, seperti terjadinya kerusakan situ. Selain itu, banyaknya jumlah pendatang meningkatkan jumlah pembangunan rumah di sekitar situ sehingga semakin memperparah kerusakan situ. Perbandingan persentase status kependudukan responden dapat dilihat pada Gambar 7.

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00%

R

es

po

n

de

n

(%

)


(49)

Gambar 7 Karakteristik responden berdasarkan status kependudukan

6.1.7 Status Kepemilikan Rumah

Berdasarkan hasil survei, mayoritas kepemilikan rumah responden adalah milik sendiri yaitu sebanyak 59.38% dari keseluruhan responden. Kemudian, Responden yang menyewa atau mengontrak rumah sebanyak 40.63%. Hal ini menunjukkan bahwa jika banjir situ Pladen terjadi, responden umumnya akan menanggung sendiri kerugian atas kerusakan rumah responden. Perbandingan distribusi status kepemilikan rumah responden dapat diihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Karakteristik responden berdasarkan status kepemilikan rumah

6.1.8 Lama Tinggal

Lama tinggal responden berkaitan dengan sejauh mana responden beradaptasi dengan lingkungannya. Berdasarkan hasil survei, mayoritas responden telah tinggal di sekitar Situ Pladen selama 1-11 tahun yaitu sebanyak 34.38% responden. Meskipun Situ Pladen sering meluap, masyarakat tetap nyaman tinggal di sekitar situ. Hal ini karena lokasinya yang strategis di pusat Kota Depok dan sosialisasi antar masyarakat yang baik. Perbandingan distribusi lama tinggal responden dapat dilihat pada Gambar 9.

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00

Penduduk Asli Pendatang

R

es

po

n

de

n

(%)

Status kependudukan

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00

Milik Sendiri Sewa/kontrak

R

es

po

n

de

n

(%)


(50)

Gambar 9 Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal

6.2 Persepsi Masyarakat Mengenai Kerusakan Situ Pladen

Situ merupakan danau kecil yang terbentuk secara alami. Meskipun ukuran situ pada umumnya kecil, fungsi situ sangat penting bagi suatu kawasan. Pada saat musim hujan, situ berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air permukaan sehingga tidak meluap menggenangi permukaan tanah. Namun, hal tersebut berbeda dengan Situ Pladen. Kerusakan situ pladen menyebabkan pada musim hujan situ tidak lagi mampu menampung air permukaan sehingga meluap menggenangi pemukiman masyarakat di sekitarnya. Akibatnya, masyarakat sekitar mengalami kerugian.

6.2.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Kondisi Fisik Situ

Perubahan pada kondisi fisik Situ menunjukan bahwa air situ telah tercemar. Kondisi fisik situ dikategorikan buruk apabila warna air situ tidak jernih, adanya bau yang keluar dari dalam air, dan terdapatnya sampah di permukaan air situ. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 32 responden di RT 02/03 dan RT 03/03 Kelurahan Beji, sebanyak 31 orang responden (96.88%) menyatakan bahwa situ dalam kondisi buruk sedangkan sebanyak 1 orang responden (3.13%) menyatakan bahwa situ tidak dalam kondisi buruk. Proporsi tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.

Mayoritas responden menyatakan bahwa situ dalam kondisi buruk. Hal ini karena air Situ Pladen yang dulunya jernih sekarang bewarna hijau kehitam-hitaman. Selain itu, air situ juga mengeluarkan bau yang tidak sedap terutama pada musim kemarau. Timbulnya bau pada air lingkungan secara mutlak dapat dijadikan sebagai salah satu tanda terjadinya tingkat pencemaran air yang cukup tinggi (Wardhana 1995). Selanjutnya, pada permukaan air situ juga terdapat

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00%

1-11 tahun

12-22 tahun

23-33 tahun

34-44 tahun

45-55 tahun

56-66 tahun

R

es

po

n

de

n

(%)


(1)

Lampiran 4 Kehilangan pendapatan karena sakit

No

Responden Pekerjaan KK

Pendapatan RT ( Rp/Bulan) Pendapatan RT (Rp/hari) Lama tidak bekerja (hari)

cost of time

(Rp)

1 pedagang/wiraswasta 800 000 32 000 0 0

2 Supir 1 500 000 60 000 7 420 000

3 Buruh 700 000 28 000 0 0

4 Pedagang 1 500 000 60 000 0 0

5 Swasta 1 000 000 40 000 4 0

6 Buruh 1 500 000 60 000 1 60 000

7 Pedagang/wiraswasta 2 100 000 84 000 0 0

8 Buruh 1 500 000 60 000 2 120 000

9 Pedagang/wiraswasta 400 000 16 000 0 0

10 PNS 3 000 000 120 000 0 0

11 Pedagang/wiraswasta 1 200 000 48 000 0 0

12 pedagang/wiraswasta 1 000 000 40 000 0 0

13 Swasta 1 200 000 48 000 0 0

14 Supir 1 500 000 60 000 0 0

15 Pedagang/wiraswasta 2 000 000 80 000 0 0

16 Swasta 1 500 000 60 000 0 0

17 Swasta 1 000 000 40 000 0 0

18 Swasta 2 000 000 80 000 0 0

19 wiraswasta 4 000 000 160 000 0 0

20 Swasta 1 200 000 48 000 0 0

21 supir 1 200 000 48000 0 0

22 buruh 1 500 000 60 000 0 0

23 pemulung 900 000 36 000 0 0

24 Swasta 2 500 000 100 000 0 0

25 buruh 1 000 000 40 000 0 0

26 pedagang/wiraswasta 1 500 000 60 000 0 0

27 pedagang/wiraswasta 1 050 000 42 000 0 0

28 pedagang/wiraswasta 1 500 000 60 000 0 0

29 pemulung 1 200 000 48 000 0 0

30 pemulung 1 050 000 42 000 0 0

31 pedagang/wiraswasta 1200000 48 000 0 0

32 pedagang/wiraswasta 1 500 000 60 000 0 0

Kehilangan pendapatan

(Rp) 600 000

Responden

(KK) 3

Rata-rata kehilangan pendapatan

(Rp/KK) 200 000

Populasi (KK) 41


(2)

Lampiran 5 Kehilangan pendapatan karena tidak bekerja

No

Responden Pekerjaan KK

Pendapatan RT (Rp/Bulan) Pendapatan RT (Rp/hari) Lama Tidak bekerja (hari)

cost of Time

(Rp)

1 pedagang/wiraswasta 800 000 32 000 7 224 000

2 Supir 1 500 000 60 000 0 0

3 Buruh 700 000 28 000 1 28 000

4 Pedagang/wiraswasta 1 500 000 60 000 1 60 000

5 Swasta 1 000 000 40 000 0 0

6 Buruh 1 500 000 60 000 0 0

7 Pedagang 2 100 000 84 000 2 168 000

8 Buruh 1 500 000 60 000 0 0

9 pedagang/wiraswasta 400 000 16 000 0 0

10 PNS 3 000 000 120 000 0 0

11 pedagang/wiraswasta 1 200 000 48 000 1 48 000

12 Pedagang/wiraswasta 1 000 000 40 000 2 80 000

13 Swasta 1 200 000 48 000 0 0

14 Supir 1 500 000 60 000 0 0

15 Pedagang 2 000 000 80 000 3 240 000

16 Swasta 1 500 000 60 000 2 0

17 Swasta 1 000 000 40 000 2 0

18 Swasta 2 000 000 80 000 0 0

19 pedagang/wiraswasta 4 000 000 160 000 7 1 120 000

20 Swasta 1 200 000 48 000 0 0

21 supir 1 200 000 48 000 2 96 000

22 Buruh 1 500 000 60 000 0 0

23 Pemulung 900 000 36000 14 504 000

24 Swasta 2 500 000 100 000 2 0

25 buruh 1 000 000 40 000 0 0

26 pedagang/wiraswasta 1 500 000 60000 2 120 000

27 pedagang/wiraswasta 1 050 000 42 000 10 420 000

28 pedagang/wiraswasta 1 500 000 60 000 3 180 000

29 pemulung 1 200 000 48 000 14 672 000

30 pemulung 1 050 000 42000 10 420 000

31 pedagang/wiraswasta 1 200 000 48 000 15 720 000

32 pedagang/wiraswasta 1 500 000 60 000 4 240 000

Kehilangan

pendapatan (Rp) 5 340 000,00

Responden

(KK) 17

Rata-rata kehilangan pendapatan

(Rp/KK) 314 117.65

Populasi (KK) 41


(3)

Lampiran 6 Biaya pencegahan pembuatan tanggul, peninggian lantai dasar, dan

penambahan lantai rumah

No Responden Biaya Pencegahan

Pembuatan tanggul Meninggikan lantai dasar menambah lantai

1 0 39 675 566.36 0

2 0 6 000 000 0

3 0 0 0

4 0 0 0

5 0 0 0

6 0 0 0

7 0 0 0

8 0 0 0

9 0 0 8 745 280.92

10 0 0 0

11 0 0 0

12 0 0 0

13 0 0 0

14 0 0 0

15 0 0 0

16 0 0 0

17 0 0 0

18 0 0 0

19 0 0 0

20 0 0 0

21 0 0 0

22 0 0 0

23 0 4 195 691.14 0

24 158 625 0 0

25 209 784.56 0 0

26 0 0 0

27 0 9 789 946 0

28 8 278 262.02 43 726 404,62

29 0 0 0

30 0 0 0

31 0 0 0

32 0 0 0

Biaya Pencegahan

(Rp) 368 409.56 67 939 465.52 52 471 685.54

Responden (KK) 2 5 2

Rata-rata biaya pencegahan

(Rp/KK) 184 204.78 13 587 893.10 26 235 842.77

Populasi (KK) 41 41 41

Total Biaya

Pencegahan (Rp) 7 552 395 .98 557 103 617.26 1 075 669 554


(4)

Lampiran 7 Dokumentasi penelitian

Kondisi Situ Pladen

Kondisi Air Situ Pladen

Outlet

Situ Pladen

Pemukiman di Sempadan Situ

Kondisi Situ yang Telah Diuruk

Warga

Banjir Situ Pladen

Jalan tergenang Air Situ

Rumah Warga Digenangi Air Situ

Kerusakan peralatan rumah tangga

(pompa air)

Kerusakan peralatan rumah tangga

(Meja Rias)


(5)

Lampiran 7 Dokumentasi penelitian (

lanjutan

)

Upaya Pencegahan

Penambahan lantai rumah

Peninggian lantai dasar

Pembuatan tanggul

Rumah panggung

Program-program dalam mengendalikan kerusakan situ

Penanaman pohon atau penghijauan

Saluran di pinggiran Situ


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sawahlunto, Sumatera Barat pada tanggal 09 Oktober

1991 sebagai putri sulung dari tiga bersaudara pasangan Jamahar dan Erawati.

Pada tahun 1998 penulis memulai pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 14

Pasar Remaja, Sawahlunto dan lulus pada tahun 2003. Penulis melanjutkan

pendidikan di Sekolah Menegah Pertama Negeri 1 Sawahlunto dan lulus pada

tahun 2006. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas

Negeri 1 Sawahlunto dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis

masuk sebagai salah satu mahasiswi Departemen Ekonomi Sumberdaya dan

Lingkungan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk

IPB (USMI). Penulis berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana pada tahun 2013.

Selama masa kuliah, penulis aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan

intra dan ekstra kampus. Tercatat penulis pernah menjadi Staff Divisi Promotion

and Marketing UKM Century (

Center of Enterepreneurship Development for

Youth

) IPB tahun 2010-2011, anggota Organisasi Ikatan Pelajar dan Mahasiswa

Minang (IPMM) tahun 2009, dan Bendahara Organisasi Himpunan Mahasiswa

Sawahlunto, Sijunjung, dan Dharmasraya (HIMASWISS) tahun 2010. Penulis

juga tercatat sebagai Asisten Praktikum Fisika Tingkat Persiapan Bersama (TPB)

IPB tahun 2010 dan 2012. Selain itu, penulis aktif sebagai panitia kegiatan

kemahasiswaan dan peserta pada berbagai kegiatan seminar terkait keilmuan

penulis.