Islam Radikal dan Moderat di Indonesia

commit to user xliv horisontal dan vertikal 37 juga harus dipahami. Baru setelah teknik fotografi yang umum telah dikuasai, unsur jurnalistik akan ditambahkan, yang akan membuat foto tersebut jadi mempunyai nilai berita. Objek dan peristiwa merupakan hal yang sangat penting untuk diabadikan oleh seorang fotografer. Hal ini bersifat natural mengingat insting dari seorang fotografer yang sangat tinggi untuk selalu mengabadikan momen atau peristiwa yang langka. Banyak hal yang dapat diperoleh dari suatu peristiwa atau objek foto, karena biasanya menyangkut pokok pikiran dari sebuah artikel yang akan di muat dalam media cetak. Selain itu objek dan peristiwa yang akan diabadikan bersifat universal. Foto jurnalistik yang diabadikan berdasarkan objek dan peristiwa harus memiliki isi berita karena ukurannya, bukan seberapa jauh berita itu menjangkau tetapi bagaimana foto itu dapat menyentuh emosi dan perasaan pembaca. Gambar-gambar yang diambil oleh seorang fotografer juga harus bisa mewakili dari keadaan yang terjadi sebenarnya. Hal ini harus dilakukan agar bisa dinikmati oleh pembaca dan juga untuk menggugah emosi dan melibatkan perasaan pembaca melalui media cetak.

3. Islam Radikal dan Moderat di Indonesia

John L Esposito 1997 misalnya menyamakan istilah Islam politik dengan “fundamentalisme Islam: atau dengan gerakan-gerakan Islam lainnya. Sementara Oliver Roy 1994 cenderung menafsirkan Islam Politik sebagai aktivitas kelompok- 37 Prof. Dr. R.M. Soelarko. Op. cit, hal 77 commit to user xlv kelompok yang meyakini Islam sebagai agama dan sekaligus ideologi politik. Sedikit berbeda dengan Esposito, Roy lebih spesifik merujuk pada apa yang dia sebut sebagai gerakan neofundamentalisme yang antara lain menghendaki berlakunya pemberlakuan syariat Islam. 38 Istilah “fundamentalisme” biasanya dipakai untuk merujuk pada gerakan- gerakan Islam politik yang berkonotasi negative seperti “radikal, ekstrem, militan” serta “anti BaratAmerika”. Namun, tak jarang pula julukan “fundamentalisme” diberikan kepada semua orang Islam yang menerima Qur’an dan Hadist sebagai jalan hidup mereka. Dengan kata lain kebanyakan dari penegasan kembali agama dalam politik dan masyarakat tercakup dalam istilah fundamentalisme Islam. 39 Islam moderat bukanlah “Islam baru” seperti Islam liberal yang ingin membuat syariat baru. Namun, Islam moderat adalah Islam asli. Ia adalah usaha untuk mengembalikan umat Islam kepada Islam original sesuai dengan tuntunan Nabi. Moderat dalam Islam bisa dilihat dari sikap tengah Islam terhadap ajarannya yang berupa akidah, ibadah, akhlak, ruhani-materi, hukum, dan privat-publik. Moderat di dalam Islam sangat cocok untuk agama abadi seperti Islam. Moderat di dalam Islam berarti adil, istiqamah, bukti kebaikan, personifikasi keamanan, bukti kekuatan, dan pusat. Berbeda halnya dengan Islam radikal, Islam moderat menawarkan wacana pembebasan yang mencerahkan, sebab tidak berpijak pada pendekatan kekerasan dan 38 Endang Turmudi, Riza Sihbudi, Islam dan Radikalisme di Indonesia, Jakarta:, LIPI Press, 2005, hal.2. 39 Majalah National Geographic Indonesia edisi Oktober 2009 commit to user xlvi ketergesa-gesaan. Pembebasan dan keberpihakan pada kaum yang lemah diwujudkan dalam bentuk yang elegan, sistematis, dan evolutif. Penggunaan metode dan pendekatan inilah yang membedakan Islam moderat dengan Islam radikal. Fakta membuktikan bahwa agama merupakan kebutuhan asasi manusia. Karena itu, masalah agama adalah masalah yang senantiasa menyertai kehidupan umat manusia sepanjang sejarah sebagaimana masalah sosial lainnya,seperti ekonomi dan politik. Ilmu pengetahuan sosial, dengan berbagai paradigma dan metode, dikembangkan dalam rangka mengkaji perilaku manusia, tak terkecuali perilaku dalam beragama. Perilaku dalam beragama meliputi, perilaku individu dalam hubungannya dengan keyakinan yang dianut seperti pengalaman beragama, perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok, perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok pimpinannya, perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok, perilaku individu dalam hubungannya dengan sistem simboldoktrin agama tertentu, perilaku kelompok dalam hubungannya dengan pemimpin, stratifikasi sosial, perilaku pemimpin agama dalam sistem simbol, perilaku pemimpin agama dengan stratifikasi sosial.

4. Tempat atau Kejadian