commit to user
43
berupa penggambaran keadaan kerajaan, kemakmuran kerajaan, nama raja yang memerintah, keadaan sitihinggil, patih dan sentana yang menghadap raja, dan situasi
di pasewakan.. Pada penggambaran keadaan alam ini diharapkan selalu mengingat kesatuan hidup, meliputi manusia, alam sekitarnya dan kekuasaan Tuhan.
Tata laku dalam alam manusia atau masyarakat disesuaikan dengan tata susila yang berlaku dalam suatu budaya. Namun di sini juga diingat latar belakang
kesatuan hidup dan usaha mencari kesempurnaan. Lingkungan hidup alam batin diambil ajaran-ajaran yang membawa manusia dari rasa nafsu naluri dan rasa
keakuan meningkat ke dalam rasa kesusilaan dan pengalaman dalam masyarakat Abdullah Ciptoprawiro 1986: 89. Pathet nem dengan posisi kayon sedikit miring ke
kanan melambangkan iman manusia yang harus dipelihara sebaik-baiknya.
2. Simbol Kehidupan Masa Dewasa pathet sanga
Pathet sanga, periode ini berlangsung pada pukul 24.00-03.00 dengan
ditandai gunungan yang berdiri tegak di tengah-tengah kelir seperti pada waktu mulai pergelaran. Pathet sanga ini dibagi menjadi tiga jejeran yaitu:
a Adegan bambangan, yaitu adegan seorang satria berada di tengah hutan atau sedang menghadap pendeta. Adegan ini melambangkan manusia yang sudah
mulai mencari guru untuk belajar ilmu pengetahuan. b Adegan Perang Kembang, yaitu adegan perang antara raksasa Cakil berwarna
kuning, Rambut Geni berwarna merah, Pragalba berwarna hitam, Galiuk berwarna hijau, melawan seorang satria yang diiringi panakawan. Adegan ini
melambangkan suatu tataran manusia yang sudah mulai mampu dan berani mengalahkan nafsu angkara murka sufiah, lawamah, amarah dan mutmainah.
c Adegan Jejer Sintren, yaitu suatu adegan seorang satria yang sudah menetapkan pilihannya dalam menempuh jalan hidupnya Sri Mulyono 1989: 112-113.
Serat Wedhapurwaka menerangkan demikian:
… Sabubare prang gagal pathete Salin Sanga prapteng tengah wingi…
Gya pandhitan wayah tengah wengi lire yuswaning wong ya wus tengah tuwuh ing wancine ya ing kono barang kang kinapti rarase wus salin
sarwo awas emut
commit to user
44
Dyan prang kembang wus ana pepati tegese lamun wong wus kuwawa nayuti nafsune pan wis bangkit amateni pancaindriya kang mrih
durlaksaneng kalbu Padmosoekotjo, 1995: 23
…setelah perang gagal pathetnya ganti sanga sampai tengah malam…
segera adegan pendhita saat tengah malam ibarat umur manusia
ya sudah tengah baya waktunya ya disitu segala kehendak
iramanya sudah berganti serba awas waspada
Sedang perang kembang telah ada kematian artinya kalau manusia
sudah mampu mengendalikan nafsu memang telah bisa meredam
panca indera yang hendak mengotori hati
Wejangan pada pathet sanga ini disampaikan kepada seorang satria oleh dewa, pendeta, pertapa, Semar atau pinisepuh lainnya. Wejangan berisikan kesadaran
dalam ngudi kasampurnaan. a Dari lingkungan hidup batin meningkat kemampuan rasa kesusilaan sampai
kemampuan rasa jati. b Perjalanan mencapai kesempurnaan melalui darma atau kewajiban dengan
memperoleh kesaksian atau jaya kawijayan. c Wejangan tentang manunggal, kesempurnaan Abdullah Ciptoprawiro, 1986: 89
3. Simbol Kehidupan Masa Tua pathet menyura